Cerpen Jangan Baca A Jadi E

Spoiler

Jangan Baca A Jadi E ​

Lelaki ini, yang sekarang ada dihadapanku, yang selalu menyebutku dengan... "wanita rasa ayam goreng", aku tak tahu siapa dia... bahkan hanya untuk menyebutkan namanya pun, aku ragu. Bernarkah itu namanya? Hatiku berkata... rasanya bukan itu.

Tatapannya yang tajam menusuk hingga relung jiwa, namun aku tak tahu apa arti tatapannya...
"Kamu... bisa nggak berenti untuk nyari sosok dia di aku? Sia-sia!" suaranya begitu penuh kekecewaan dan permohonan ku dengar.

Aku diam, tak mengerti apa yang ada dalam kata-katanya. Ku coba menerawang ke dalam matanya, tapi aku tak bisa, ada bayangan yang selalu menghalangi ku. Ku coba hapus. Tapi, tak bisa.

Sedetik kemudian. Dia hapuskan emosinya. Lalu tersenyum kepadaku. Dan itu menjadi senyum ungkapan sayangnya kepadaku. Yang terakhir.



Waktu berlalu, begitu cepat... hari berganti hari, minggu, begitu juga dengan bulan. Hujan yang selalu mengiringi hati ini semakin berbisik. Aku butuh dia. Ingin rasanya aku ungkap semua rasa dihati. Tapi, begitu menyesakkan dada ketika aku ingat hari itu... 397 hari yang lalu.... dua minggu sebelum hari jadi kita yang ke empat bulan...

*bunyi ringtone Handphone monochrome*
Namamu yang muncul di HP monochrome berchasing monokurobo hitam putih.

"It's been along time, hunn" bisik ku dalam hati.

Ku jawab telpnya dengan sapaan ringan terbaikku.
"Sayang... kemana aja kamu...." agak terisak. "Dua minggu ilang gitu aja" lanjutku dengan nada sedikit manja.

Dia terdiam, yang kemudian berlanjut dengan helaan nafasnya yang terdengar begitu berat...
"Kita udahan aja yah..." dengan ringan dia mengatakan kalimat yang begitu mengahancurkan relung hatiku. Serasa terjatuh dari lantai 19.

Aku diam dan terhenyak. Entah. Alasannya tak bisa aku terima dengan sekali helaan nafas. Tak banyak kata, dia tinggalkan aku.

Kesakitan yang aku rasakan, membuatku seperti daun yang terlepas dari tangkainya. Terheyak oleh deru angin, disambar gelombang yang begitu memekakan telinga, hingga tersobek-sobek. Ketakutanku. Terbukti. Dia bahkan tak peduli kita aku merengek kepadanya, "putusnya nanti aja yach, please... jangan sekarang... yah yah yah..." sedikit terisak dan tertawa aku memohon. Dia tetap pada pendiriannya.



Masih dengan harapanku padanya, aku tetap ingin tahu bagaimana dia hari ini, dengan siapa, atau bahkan sekedar tahu bagaimana hatinya saat ini. Masihkah aku bisa bersamanya.

Lagi. Cemburu ini begitu membakar, ketika kudengar dia menginginkan orang lain.
Tepat seperti apa yang dikatakan laki-laki yang selalu memanggilku "wanita rasa ayam goreng". Aku masih mencarinya, mencari tempat dihatinya untuk ku lagi. Bahkan semakin aku pungkiri semakin kuat rasa ini timbul.



Sesosok laki-laki lain, datang. Sesaat ku lihat. Dengan yakin aku kirimkan pesan kepadanya. "Aku udah bisa lepasin kamu".

Awalnya, aku bisa melupakan dia yang selalu aku cari. Bahkan bayangnya, sudah tak terlihat sama sekali. Laki-laki ini membuat ku yakin. Tapi tidak lama. Hanya beberapa waktu berselang. Dia menghilang, lalu datang lagi. Meminta maaf dengan senyumnya yang hangat. Lalu menghilang kembali. Terus Seperti itu.

Lagi. Aku terhenyak dengan ketidak tahuan ku lagi harus kemana.
Bayangnya kembali muncul. Seperti meminta ku untuk kembali mencari, memohon dan merajuk untuk dipeluknya. Semakin coba ku tepis, bayang itu malah berbisik. Dengan jelas Dia berkata, "aku cemburu...". Bisikannya membuat... aku tertarik untuk kembali padanya.


Disisi lain. Ada sosok baru yang begitu mengharapkanku. Sosok itu, membuat ku nyaman saat ku bersamanya.

Tapi, bisikannya itu semakin membuatku begitu tertarik untuk kembali merasakan pelukannya yang begitu hangat dan manja. "aku cemburu". Benarkah itu?. Lalu siapa wanita itu? Yang tak lama kita berpisah kau inginkan dia? Apa artinya semua ini? Lalu apa yang harus ku lakukan? Haruskah aku tinggalkan, laki-laki yang terkadang hilang dan datang tanpa kepastian itu? Atau sosok baru yang membuat ku nyaman saat didekatnya, yang begitu mengharapkan ku selalu berada disampingnya... haruskah ku pupuskan harapannya?

Mengapa kau begitu tega membuat ku dalam kebimbangan ini, mengapa kau membuat aku dalam persimpangan rasa bersalah ini? Kenapa kau bisikan lagi kata itu? Kenapa kau katakan rasamu lebih dari apa yang kau rasakan dulu? Mengapa kau buat aku selalu melihat bayang mu?

----o0o----​

Kau tunjukkan senyuman manjamu yang terbaik, ketika ku tuliskan cerita ini... kau rengkuh aku utuh, dan berkata. “kamu itu Cuma milik aku”.

Spoiler

ini cerpen iseng, buat ikutan lomba cerpennya SF Fiction IDWS,
terima kasih buat yang sudah menginspirasi cerpen ini,
dan juga buat yang mw baca dan memberikan komentar...

 

Hai, IDWS Mania! Mohon bantuannya supaya IDWS berkembang dengan ikuti sosial media kami di:
Discord Forum IDWS - Facebook IDWS - Instagram IDWS - Twitter IDWS