1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

OriFic Gun Carnival

Discussion in 'Fiction' started by MaxMarcel, Apr 21, 2011.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. MaxMarcel M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jun 8, 2009
    Messages:
    536
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +2,847 / -0
    Tags: Action, Adventure, Post-Apocalypse theme


    Sinopsis



    Our main character
    Elaine
    Age: 16 years
    Height: 156 cm
    [​IMG]
    ^
    Artist: Saitom


    Mikhail Vadik Ursa
    Age: +40 years
    Height: 283 cm
    [​IMG]
    ^
    Source: Biomega


    Rune
    Age: 28
    Height:178 cm
    [​IMG]
    ^
    Artisi: Kotoba Noriaki
     
    • Like Like x 1
    • Thanks Thanks x 1
    Last edited: Apr 24, 2011
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. MaxMarcel M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jun 8, 2009
    Messages:
    536
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +2,847 / -0
    Prologue

    Suara gemuruh petir telah membangunkan seorang wanita dari tidurnya. Ia menatap langit-langit kamar apartemennya, memandang kosong pada kipas angin yang berputar dengan pelan. Dalam sebuah gerakan lembut ia bangkit dari kasurnya dengan malas.

    Langit berwarna oranye yang ditemani awan hitam dan petir menyambut pemandangan paginya. Ia menghela napas panjang mengambil sepasang pistol yang tergeletak di atas meja kemudian merenggut sebuah mantel panjang yang tergantung di lemari. Dalam sekejap wanita itu sudah meninggalkan kamar apartemennya.

    Suara langkah kakinya tertelan oleh tetes-tetes gerimis yang membasahi jalan. Tanpa suara wanita muda itu berjalan di tengah langit gelap. Bayangan bangunan-bangunan bertingkat yang terbuat dari batu dan logam seakan menelan sosoknya.

    Tidak ada yang memperhatikan dirinya. Ia seperti sebuah hantu di tengah kota itu. Mantel panjang berwarna putih keabu-abuan yang sudah lusuh dan tudung yang dikenakannya seakan menyembunyikan dirinya. Apa lagi cara berjalannya yang agak menunduk, hal itu makin menyembunyikan postur tubuhnya yang sebenarnya.

    Ia terus menelusuri jalan itu hingga ia berbelok di sebuah gang sempit. Gang itu hanya selebar dua meter dan dipenuhi lubang-lubang yang tergenangi. Di ujung gang tersebut terdapat sebuah pintu tua yang lusuh, cat merahnya terkelupas di sana sini dan sisi-sisinya ditumbuhi lumut berwarna ungu.

    Dengan teratur sang wanita mengetukkan jarinya empat kali di pintu tersebut. Beberapa detik kemudian diiringi decit yang mengganggu pintu tersebut terbuka. Celah yang terbuka pada pintu itu kecil, tapi cukup besar untuk menjulurkan sebuah tangan.

    Sebuah tangan dengan kulit berwarna kecoklatan tampak menjulurkan amplop kecil. Dalam kebisuannya wanita itu mengambil amplop tersebut dan melihat isinya.

    “Bunker bank data. Bos menginginkan hard disk di dalamnya. Dua puluh ribu NO.” sebuah suara dingin yang datar keluar dari celah pintu tersebut.

    Sang wanita mengangguk pelan setelah mendengar penjelasan singkat itu.

    “Bagus.” terdengar sedikit nada senang bercampur lega dari suara dingin tersebut, “Heli sudah menunggu di atas. Misi kali ini agak sulit jadi kami menyiapkan partner untukmu.”

    Tanpa peringatan pintu merah itu kembali mengayun tertutup begitu kalimat terakhir diucapkan. Untuk sesaat wanita itu memandangi isi amplop yang baru saja ia terima. Terdapat beberapa lembar foto yang menunjukkan target yang dimaksudkan.

    TIba-tiba sebuah deru mesin mengalihkan perhatiannya, “Helikopter.” bisiknya pelan begitu ia mengenali suara tersebut.

    Ia menyelipkan amplop foto itu ke saku mantelnya dan mulai memanjat tangga darurat yang berada di samping pintu merah tersebut. Setelah kurang lebih enam belas meter memanjat tangga darurat di tengah hujan ia akhirnya sampai di puncak bangunan tersebut.

    Begitu ia mencapai atap dari bangunan itu hembusan angin yang kuat langsung menyambut dirinya. Tudung yang ia kenakan langsung tergelepak ke belakang, diikuti oleh rambut panjangnya yang ikut tertiup angin.

    “Lupakan apa yang kubilang tadi! Crew yang satu lagi sudah datang!” tampak seorang pria dengan pakaian santai dan helm pilot berteriak lewat radio, berusaha menyaingi suara motor helikopter di belakangnya.

    Pria itu melambaikan tangannya pada si wanita dan memberi isyarat untuk memasuki helikopter, setelah melakukan hal itu ia sendiri langsung masuk ke dalam helikopter dan menempati kursi pilot.

    Untuk sesaat ia memandang sekelilingnya begitu ia berpijak di atap bangunan yang rata. Kota kecil itu tetap tampak tidak beraturan bahkan ketika dilihat dari ketinggian. Sambil menghembuskan napas ia berjalan ke arah helikopter tua itu. Pelat-pelat bajanya tampak di tambal di beberapa tempat dan asap hitam menghembus keluar dari motornya. Bahkan ia ragu benda ini masih bisa terbang.

    “Hei! Cepat masuk! Bahan bakar bukan hal yang mudah ditemukan sekarang ini!” teriak si pilot dengan jengkel.

    Kata-kata si pilot membuyarkan pikirannya, dan tanpa benar-benar disadarinya ia sudah melompat masuk ke dalam helikopter tersebut. Aku akan mati bahkan sebelum misinya dimulai, pikirnya begitu ia sadar apa yang tengah dilakukannya.


    Sepuluh menit kemudian helikopter tersebut sudah terbang rendah, menelusuri langit yang tidak bersahabat. Suara letupan keras beberapa kali terdengar dari mesin helikopter, tapi meskipun demikian benda tersebut masih terus berjalan.

    Dalam waktu yang singkat ia menyadari ada hal yang lebih aneh dari fakta bahwa benda yang ditumpanginya bisa terbang. Di depannya terdapat sebuah beruang grizzly raksasa yang sedang duduk dan membaca koran. Entah mengapa hal ini menciptakan atmosfir aneh di dalam helikopter. Kebisuan dirinya, makian sang pilot ketika ia memukul-mukul mesin helikopternya, dan si beruang yang diam membaca koran.

    “Ehm. . . Apa kau yang akan membantuku memasuki bunker data?” tanya wanita itu akhirnya kepada si pilot.

    “Huh? Percayalah aku ingin sekali menemani wanita cantik sepertimu. Tapi aku hanyalah sopir. Rekanmu adalah dia yang memakai baju beruang.” jawab si pilot sambil
    menunjuk ke arah beruang besar yang sedang membaca koran.

    “Ini bukan baju.” terdengar suara geraman dari balik koran.

    Ia terlonjak kaget. Ia tidak tahu apakah ia kaget karena ia melihat beruang untuk pertama kalinya atau karena beruang itu dapat membaca dan berbicara, atau bahkan karena kedua-duanya.

    “Mikhail Vadik Ursa, senang bertemu denganmu. Aku akan menjadi partnermu dalam misi ini.” kata beruang itu dengan suara berat sambil menurunkan korannya.

    Ia terlalu terkejut hingga ia tidak membalas perkataan si beruang yang mengaku bernama Mikhail. Ia tahu bagaimana caranya menghadapi mutan ataupun android, tapi ia sama sekali tidak tahu bagaimana menanggapi beruang (terutama yang bisa berbicara).

    “Nona muda, aku tahu dunia sudah kiamat. Tapi tidak adakah yang mengajarimu sopan santun, setidaknya sebuah anggukan atau senyuman sudah menjadi balasan yang sopan.” tegur beruang itu dengan nada sedikit jengkel.

    “Namaku Elaine, senang bekerja denganmu.” jawabnya dengan singkat.

    “Begitu lebih baik.” geram si beruang.

    Tiba-tiba si pilot berbicara, “Kau tahu, dulu ibuku selalu bilang jangan bicara dengan orang asing. Tapi sepertinya di jaman ini perkataan itu harus diubah menjadi; jangan bicara pada beruang asing.”

    Setelah mengucapkan hal itu si pilot langsung menampar lututnya sendiri dan tertawa terbahak-bahak. Ia terus tertawa sementara Elaine dan Ursa diam seribu bahasa. Si pilot baru berhenti tertawa setelah sadar bahwa tidak ada yang menganggap perkataannya mengandung unsur humor.

    “Perhentian selanjutnya bunker militer, sepuluh mil barat laut dari Nevolve.” kata si pilot salah tingkah.

    Si beruang hanya menghela napas kemudian kembali membaca korannya. Sementara itu Elaine memandang keluar jendela. Melihat hamparan luas tanah tandus yang berbukit-bukit. Semua tampak mati dalam pemandangan itu, kalaupun ada makhluk hidup bentuknya pasti sudah berubah.

    “Menyedihkan, bukan?” tiba-tiba sebuah suara berat membuyarkan lamunan Elaine.

    Si beruang tampak mengintip dari balik korannya.

    “Yang dibutuhkan tanah ini sebenarnya hanyalah air. Dan maksudku bukan air yang tercemar. Air, hanya air saja dan semuanya akan kembali seperti semula.” lanjut si beruang.

    Elaine hanya mengangguk pelan. Ia tidak tahu kebenaran dari kata-kata beruang tersebut, jadi ia hanya bisa mengangguk.

    Tiba-tiba Elaine menyadari kecepatan helikopter mulai memelan. Perlahan-lahan helikopter itu mendarat turun.

    “Voila! Tujuan sudah tercapai. Sekarang cepat turun!” teriak si pilot begitu helikopternya sudah mendarat.

    Si beruang langsung melipat korannya dan mengambil sebuah tas ransel besar di samping tempat duduknya beserta sebuah assault rifle. Dengan cepat makhluk besar itu sudah melompat turun. Elaine mengikuti beruang tersebut dan bergegas melompat turun dari helikopter.

    “Kau akan menunggu kami di sini?” tanya Elaine pada si pilot.

    Pilot tersebut hanya tertawa sebelum akhirnya membalas, “Tentu saja tidak! Aku harus pergi dari sini secepat mungkin! Suara motor heli ini pasti akan menarik perhatian para braindead! Dalam dua jam aku akan menjemput kalian lagi! Selamat berburu!”

    Diiringi suara letupan keras, si pilot langsung menaikkan helikopternya dan terbang menjauh. Meninggalkan Elaine dan si beruang di ladang tandus antah berantah. Tapi sayangnya mereka tidak sendiri di sini.

    Keheningan tidak berlangsung lama. Begitu suara deru mesin tidak terdengar lagi, suara gumaman yang aneh langsung menggantikannya. Suara gumaman tanpa makna yang kosong terdengar dari berbagai arah dan mendekati mereka.

    Dengan cepat Elaine mencabut kedua pistolnya. Si beruang tampak bersiaga sambil memegang assault riflenya dengan satu tangan. Dalam hitungan detik sejumlah sosok manusia menerjang dari berbagai arah. Pandangan mata mereka kosong dan lari mereka terseok-seok, mirip dengan makhluk bernama zombie yang biasa ada di film-film lama.

    Suara letusan senjata langsung membahana. Beberapa makhluk yang biasa disebut braindead tersebut langsung tersungkur dengan sebuah lubang diantara mata mereka. Sementara itu assault rifle si beruang dengan cepat mencabik sisa braindead yang ada.

    Salah satu braindead yang lolos dari tembakan mereka melompat ke arah si beruang. Tanpa peringatan sebuah cakar besar langsung menghantam makhluk tak berotak itu dan membuatnya terpental jauh.


    Kurang dari satu menit dan sudah tergeletak selusin mayat disekitar mereka berdua. Si beruang tampak mengelap cakarnya menggunakan sapu tangan yang dia ambil dari ranselnya.

    “Delapan tembakan kurang dari sepuluh detik Dan semuanya dengan akurasi seratus persen. Mengagumkan. Mata artificial?” tanya si beruang.

    Elaine hanya mendengus, “Hanya mata kiriku. . . Kau memukul braindead hingga ia terpental sepuluh meter. Pasti itu bukan baju beruang biasa.”

    “Sudah kubilang ini bukan baju!” geram beruang tersebut dengan kesal.

    Elaine tampak menahan tawanya, ia tersenyum, “Kau orang yang lucu. Maaf, tapi harus kupanggil apa kau?”

    “Ursa. Panggil saja aku Ursa.” jawab si beruang.

    “Baiklah, Ursa. Mohon kerjasamanya dalam misi ini.”


    ===============
    Footnote:
    NO= New Order, mata uang dalam cerita ini.
     
    Last edited: Apr 21, 2011
  4. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    Ehmm akhirnya ambil tema post apocalypse juga ni max..

    Book of eli? similiar ke situ pertama kali wa kira jika dilihat genrenya.
    secret organization? licence of Kill?
    yg agak aneh mungkin beruang (bukan pedo bear kan?).. klo ini fantasy dan menggunakan beruang mutant gpp.. wajar. :peace:
    atau seperti golden compass ya? (patnernya beruang)

    braindead? zombie? good i like it :top:
    spreading mutated.. jangan2 agak horror juga ni. kita lihat selnjutnya seperti apa.. :nikmat:

    btw, max itu ada yg disensor. emang apaan kata2 nya???
     
  5. MaxMarcel M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jun 8, 2009
    Messages:
    536
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +2,847 / -0
    Wew, semua judul yang lu sebut gw cuma tau trailernya doang. Jadi kalo di bilang mirip gw sama sekali ga tau mirip apa engga. Maklum ga terlalu hobi nonton film.

    Sebenernya tentang zombie disini. Itu cuma wabah yang menyerang waktu pertama kali perang nuklir. Survivor yang sekarang ini udah punya antibodi sama wabah itu jadi ga bisa infected.
    Nanti pelan2 dijelasin koq seiring cerita.

    Kata de*tik :hammer:
    Gw gak nyangka kenapa kata de*tik bisa kena sensor
    Tapi kalo di edit langsung lulus sensor. Aneh.
     
  6. MaxMarcel M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jun 8, 2009
    Messages:
    536
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +2,847 / -0
    Chapter I: Partner

    “Awas di kananmu.” kata Elaine memperingati.

    Dengan sigap Ursa menengok ke kanan dan memukul seorang braindead dengan keras. Kepalanya yang sudah busuk langsung melayang terbang begitu terhantam cakar-cakar Ursa.

    Ursa tertawa kecil, “Elaine, aku salah menilaimu. Kukira kau akan menjadi sebuah beban. Tapi ternyata kau jauh lebih berguna.”

    “Jangan menilai buku dari sampulnya.” balas Elaine sambil menembak beberapa braindead yang datang ke arah mereka.

    Dengan cepat dua orang rekan ini saling bekerja sama menembus kelompok braindead sambil menuju ke lokasi bunker yang dimaksudkan dalam misi mereka.

    Mereka berdua memandang sebuah palka baja yang terletak di permukaan tanah. Lebarnya sekitar enam meter, di sampingnya terdapat sebuah mesin dengan layar menyala.

    Enter code: ###
    7 8 9
    4 5 6
    1 2 3​


    “Kita tidak mungkin masuk ke dalam. Setidaknya kita butuh banyak peledak untuk menghancurkan pintunya.” keluh Elaine begitu melihat interface di layar tersebut.

    Untuk sesaat Elaine berjalan mengitar palka bunker tersebut sambil memikirkan cara untuk masuk ke dalam. Apa mungkin aku hentikan perjalanan sampai di sini dan kembali ke kota dulu untuk membawa peralatan yang memadai. Tidak, ia menginginkan hard disk itu sekarang. Ia tidak suka disuruh menunggu.

    Ditengah pikirannya, Elaine dikejutkan oleh suara mekanikal yang tiba-tiba berderu di sampingnya. Ia tidak percaya apa yang terjadi, pintu palka tersebut sedang membuka. Dengan cepat lampu-lampu darurat menyala di sepanjang lorong tersebut,menampakkan tangga-tangga yang mengarah ke bawah.

    Elaine menengok ke arah Ursa dan menemukan beruang itulah yang memecahkan kode pembuka palka.

    “Kodenya hanya tiga digit dan kau sudah berpikir untuk meledakkan pintunya?” kata beruang tersebut sambil berjalan (dengan dua kaki) ke arah Elaine.

    “Bagaimana kau melakukannya?” tanya Elaine tidak percaya.

    “Walaupun kau menyuruh orang memilih tiga angka secara acak. Mereka selalu mengikuti beberapa pola yang sama. Dulu itu merupakan pengetahuan umum.” kata Ursa dengan santai.

    ***​

    “Awas, granat!” teriak Ursa begitu ia melemparkan beberapa granat sekaligus.

    Elaine langsung berlindung di balik sebuah kotak dari logam. Sementara itu suara automatic machine gun terus menerus menderu, sampai akhirnya suara tersebut tenggelam dalam ledakan.

    Setelah keadaan lebih tenang ia mengintip keluar dari tempatnya berlindung. Droid yang tadinya menghalangi jalannya sekarang sudah berserakan di seluruh lantai.

    “Tadi cukup merepotkan juga. Tapi memang seperti inilah penjagaan bunker militer.” kata Ursa sambil keluar dari tempat perlindungannya.

    Elaine juga beranjak keluar dari tempat perlindungannya. Beberapa menit yang lalu mereka terpaksa bersembunyi begitu beberapa droid penjaga menghadang mereka. Robot-robot berbentuk humanoid tersebut dipersenjatai dengan senapan mesin berat dan tidak segan-segan memuntahkan pelurunya ke Elaine dan Ursa. Dan mereka baru bisa mengatasi droid tersebut ketika Ursa melemparkan granat-granatnya.

    “Kukira di luar sana buruk, tapi di dalam sini ternyata jauh lebih buruk.” kata Elaine sambil berjalan ke arah sisa-sisa droid.

    “Di lain sisi. Bila droid penjaga masih ada, seharusnya bagian dalam bunker belum terinfeksi mutan.” kata beruang besar itu sambil berjalan lebih dalam lagi dalam lorong bunker.

    Elaine berlari kecil mencoba menyamai langkah-langkah besar partnernya. Mereka berjalan menyisiri lorong-lorong bunker. Suara kaki mereka bergema keras pada lantai keramik bunker tersebut.

    Selain droid yang mereka temukan di ruangan depan bunker, sensor di mata kiri Elaine sama sekali tidak menangkap pergerakan. Ia menyalakan sensor pendeteksi panas, dan setidaknya tidak ada kehidupan dalam jangkauan sepuluh meter. Elaine
    menghembuskan napas lega dan kembali mengubah mata kirinya ke dalam mode normal.

    Ia mengakui mata kirinya selalu berguna, tapi ia tidak pernah terbiasa melihat dengan dua mata yang berbeda sekaligus. Rasanya sangat aneh dan sedikit memusingkan ketika mata kananmu melihat dengan normal dan mata kirimu hanya melihat warna hijau dan merah. Elaine mengusap-usap kedua matanya sambil berjalan.

    “Apakah rasanya melelahkan?” tanya Ursa sambil menengok ke arah Elaine.

    “Apa maksudmu?” Elaine bertanya balik sambil terus mengusap matanya.

    “Bagian tubuh artificial. Melelahkan?”

    Elaine tertawa kecut, “Sama sekali tidak. Mesin tidak dapat merasa lelah, tapi tubuh yang menyokong mesin ini yang menjadi lelah.”

    Ursa menatap Elaine untuk sejenak sebelum akhirnya berkata, “Kalau begitu kau sebaiknya bersiap sekarang. Karena kita akan menyerbu masuk ke dalam bank datanya.” Ursa menunjuk ke arah pintu besar dari baja yang ada di depan mereka.

    Seperti biasa, pintu itu tertutup rapat dan terdapat sebuah interface untuk memasukkan kode aktivasi pintu. Dan sekali lagi seekor beruang grizzly melakukan hal yang tidak bisa dilakukan Elaine.

    Dalam waktu beberapa detik pintu berat tersebut bergeser terbuka perlahan-lahan. Bedanya kali ini, tidak ada lagi lampu neon darurat di balik pintu tersebut. Ruangan bank data tersebut kelihatan gelap gulita.

    “Tetap siaga.” kata Ursa sambil melangkah masuk.

    Elaine menggenggam kedua pistolnya dengan erat dan mengikuti langkah Ursa. Begitu masuk ke dalam kegelapan yang pekat, ia langsung mengaktifkan mode night vision. Dengan jelas ia bisa melihat komputer utama yang terletak di tengah ruangan. Pandangannya menyusuri ruangan yang berbentuk lingkaran itu dan tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan. Hanya ada kabel-kabel yang tersambung ke komputer utama.

    “Kurasa, ruangan ini aman. Aku tidak melihat tanda-tanda droid ataupun mutan.” kata Elaine. Ia harus menahan rasa gelinya ketika memandang seekor beruang grizzly raksasa yang meraba-raba udara kosong, seakan mencari saklar lampu.

    “Tetap waspada. . . Tombol untuk menyalakan lampunya pasti ada di sekitar-“ Ursa tiba-tiba terdiam seakan menyadari sesuatu, “Elaine! Di atasmu!”

    Sepertinya Ursa yang mengandalkan kepekaan indera dapat menyadari gangguan lebih cepat dari Elaine yang mengandalkan sensor robotiknya. Wanita itu menengadah ke atas, hanya untuk menemukan sesosok binatang mutan sedang meluncur dengan cepat ke arahnya.

    Dalam waktu yang sempit itu Elaine hanya bisa memukul makhluk itu dengan lengan kanannya, berusaha menjauhkan mutan itu dari dirinya. Ia bisa merasakan sejumlah cairan membasahi lengan kanannya begitu ia menghantam makhluk tersebut.

    Suara berat dari dentuman assault rifle langsung terdengar begitu makhluk itu terlempar ke lantai. Di tengah kekacauan ini Elaine sempat melihat mutan yang ternyata bentuknya seperti serangga itu mati terkena tembakan untung-untungan dari Ursa.

    Tiba-tiba lampu dalam ruangan itu menyala, sepertinya Ursa telah berhasil menemukan tombol untuk mengaktifkan penerangan. Terima kasih karena itu juga pandangan Elaine langsung kacau. Bagian kanan pandangannya terasa silau, sementara pandangan bagian kirinya terang luar biasa.

    Butuh sejanak baginya untuk mengubah mode pandangannya menjadi mode normal dan mendapatkan penglihatan yang wajar.

    “Elaine, serangga mutan ini mengandung cairan asam. Kau tidak apa-apa?” Ursa terdengar kaget ketika menanyakan hal tersebut.

    “Kurasa. . . Ah.” Elaine mendecak kecewa begitu melihat lengan kanannya.

    Tidak ada yang rusak kecual lengan mantel Elaine. Lengan mantel tersebut tampak meleleh oleh cairan serangga itu. Membuat tangan kanan artificialnya tampak dengan jelas. Bahan logam yang melapisi tangan tersebut tampak sedikit menghitam pada tempat yang terkena cairan asam.

    “Ya, kurasa aku baik-baik saja.” jawab Elaine sambil menggerak-gerakan jarinya.

    Ursa menghela napas, “Kau sempat membuatku khawatir.”

    “Aku tidak apa-apa.” kata Elaine sambil memandang serangga raksasa yang sekarang sudah tergeletak di lantai.

    “Sepertinya kawan ‘kecil’ ini berhasil melewati para droid karena berjalan di langit-langit.” kata Ursa sambil mengikuti arah pandangan Elaine.

    “Tidak penting. . . Yang terpenting sekarang adalah hard disk komputer utamanya.” kata Elaine pelan sambil berjalan ke arah komputer utama.

    “Hey tunggu sebentar! Kau tidak bisa langsung-!” Ursa berusaha memperingati, tapi Elaine sudah memukul komputer tersebut dengan tangan kanannya dan sedang mengambil hard disknya dengan paksa.

    “Dan ini dia bayaran kita.” kata Elaine seraya memperlihatkan kotak hitam kecil yang dipegangnya.

    Ursa hanya menaruh cakar besarnya di atas wajahnya, seakan Elaine baru saja melakukan kesalahan besar. Dalam sekejap layar monitor pada komputer tersebut mengeluarkan tulisan besar dalam warna merah.

    *ERROR DALAM PEMBACAAN DATA. SISTEM SELF DESTRUCT DIAKTIFKAN*


    “Tolong katakan ini hanya lelucon. . .” kata Elaine lemah begitu membaca peringatan tersebut.

    “Tidak ada waktu lagi!” kata Ursa terburu-buru.

    Sebelum Elaine sadar apa yang terjadi Ursa menarik mantel Elaine dan melempar Elaine ke punggungnya. Ursa sendiri sudah berdiri dengan keempat kakinya dan mengambil ancang-ancang berlari.

    “Pegangan yang kuat!” raung Ursa sambil meluncur keluar ruangan.

    Elaine memekik kaget, tapi ia menuruti Ursa dan memeluk leher beruang besar itu dengan kedua tangannya. Sementara Ursa melesat dengan cepat, ledakan-ledakan yang berkala mulai terdengar di belakang mereka. Hal itu membuat Elaine makin mengencangkan pegangannya pada Ursa.

    Ia merasa seperti sebuah boneka marionette yang terbanting-banting setiap detiknya. Tubuhnya mengayun ke kiri dan kanan, ke atas dan bawah seiring dengan gerakan tubuh beruang grizzly itu. Entah apa alasannya, pada detik ini ia menangisi harga dirinya.


    Entah apa yang terjadi, tapi lima menit kemudian mereka berdua sudah ada di luar. Terbaring terlentang di atas tanah yang tandus dengan kehabisan napas. Tampak asap hitam membumbung tinggi dari dalam lubang bunker di belakang mereka.

    “Hah. . . Hah. . . Kau lebih berat dari perkiraanku. . . Hah. . . Memangnya berapa banyak anggota tubuhmu yang artificial?” tanya beruang itu di sela-sela napasnya.

    “Hanya sebuah mata dan sebuah tangan.” jawab Elaine dengan jujur, pikirannya masih shock karena terlalu banyak adrenalin.

    “Hah. . . Tadinya kukira kau salah satu dari. . . Kau tahulah, mereka yang senang mengganti tubuh mereka dengan tubuh artificial.”

    “Tidak. . . Aku tidak . . . terlalu menyukai hal seperti itu.” jawab Elaine pelan.

    “Begitukah. . . Kau masih memegang hard disknya?”

    Elaine mengangkat kotak hitam hard disk yang dari tadi ia genggam. Ursa tidak membalas, mereka berdua tampaknya setuju bahwa misi yang mereka ambil telah menguras seluruh tenaga mereka.
     
  7. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    Ursa nya pinter ni ya.. smart bear kfu kfu kfu :hahai:
    (bawaannya kalem, beda dengan Elaine)

    hmm.. jadi inget game KOTOR. waktu nerobos nyari "something" harus berhadapan juga dengan pasukan guard droid. seru ni misinya... Artificial girl with Clever Bear colaborated.

    Last, Apa yg akan terjadi selanjutnya? apakah mereka berdua lolos dari ledakan? saksikan minggu depan.. ooh bukan tunggu max added cerita lagi.. :peace:
     
  8. MaxMarcel M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jun 8, 2009
    Messages:
    536
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +2,847 / -0
    Starwars KOTOR?

    Bukannya memang udah lolos dari ledakan di bagian terakhirnya :jah:
     
  9. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    yuup Starwars KOTOR II

    beneran udah lolos ya itu..? kirain ada adegan apa lagi giitu :peace:
     
  10. MaxMarcel M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jun 8, 2009
    Messages:
    536
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +2,847 / -0
    Chapter II: Shark Pool

    Tidak terasa dua hari sudah berlalu sejak misi terakhirnya. Saat yang penuh adrenalin telah digantikan dengan kejemuan. Elaine tampak merebahkan tubuhnya sambil memandang langit-langit kamarnya dengan pandangan kosong. Dengan malas ia meraba-raba kasurnya yang berantakan tanpa mengubah posisi tidurnya. Ia langsung menghentikan tangannya begitu mendengar suara logam beradu dengan logam.

    Elaine mengangkat tangan kanannya. Ia mengamati koin-koin perunggu yang ada dalam cengkeraman jari-jari logam tersebut. Untuk sejenak ia merenung sambil memandang uang yang ia miliki.

    Dengan perlahan Elaine melepaskan cengkeramannya pada koin-koin tersebut, membiarkan benda itu bergulir jatuh ke atas tubuhnya.

    Untuk apa ia melakukan pekerjaan yang berbahaya ini terus menerus. Ia tidak benar-benar kekurangan uang dan juga tidak menginginkan lebih. Ia puas dengan apa yang dimilikinya saat ini. Elaine memandang tangan artificialnya sendiri dengan penuh pengertian.

    Tanpa disadari, ia sedang meraba mata kirinya dengan tangannya yang masih alami. Rasanya seperti meraba permukaan kelereng kaca; dingin, licin, dan keras. Pandangan kirinya terganggu ketika ia melakukan hal seperti itu. Ia seperti melihat layar televisi yang sinyalnya terganggu.

    Tiba-tiba sebuah suara beep kecil terdengar beberapa kali. Suara itu langsung menghentikan Elaine dari pikiran-pikiran anehnya. Ia meraba ke arah suara tersebut.

    Dengan mata yang sayu ia membaca pesan pada peger miliknya. Ursa mengajaknya untuk merayakan keberhasilan misi mereka. Ini yang kelima kalinya ia mendapat pesan tersebut. Dan akan menjadi kelima kalinya juga Elaine mengabaikan pesan tersebut.

    Ia baru saja ingin melempar peger itu ketika suara beep lainnya terdengar. Elaine melihat dengan malas pesan yang baru di dapatnya. Mata sayunya langsung sadar sepenuhnya begitu ia sadar isi pesan yang baru saja dibacanya.

    Kali ini pesan yang didapatnya berasal dari organisasi yang biasa memberinya pekerjaan. Misi lainnya untuk mengambil barang dari lokasi yang spesifik. Tapi kali ini akan berbeda dari biasanya. Misi yang dikirim melalui pesan berlaku umum bagi seluruh bounty hunter, itu artinya persaingan berat.

    Dengan sigap Elaine melompat turun dari kasurnya. Dengan cepat ia menyelipkan sebuah handgun di ikat pinggangnya. Ia berjalan ke arah lemari dan menarik sebuah mantel. Mantel lengan panjang tersebut berwarna abu-abu dan memiliki tudung. Entah mengapa Elaine hanya mau memakai mantel bertudung untuk keluar.

    Sebelum ia keluar dari kamarnya, Elaine mengambil sebuah sarung tangan kulit dan mengenakannya sehingga tangan kanan artificialnya tersembunyi.


    Di luar kota Nevolve tampak ramai dengan penghuninya. Di antara lalu lalang tersebut, Elaine melihat terdapat patroli keamanan kota. Tiga orang dengan pakaian militer compang camping, semuanya membawa assault rifle. Di belakang patroli manusia tersebut juga ada sebuah droid penjaga besar, bentuknya seperti laba-laba mekanikal yang dipersenjatai.

    Secara reflek Elaine langsung menghindar dari patroli tersebut. Ia berjalan dengan cepat ke sebuah gang dan bersembunyi di balik bak sampah.

    Sebenarnya ia tidak punya alasan untuk takut pada patroli kota. Tapi pesan yang diterimanya membuat ia waspada terhadap patroli penjaga kota, atau lebih tepatnya kepada ‘pihak berwenang’ di kota ini.

    Semua penghuni Nevolve tahu, bahwa di bawah kota ini terdapat bunker nuklir. Bunker tersebut berada jauh di dalam dan sepenuhnya terkunci. Tidak ada yang tahu isinya. Dan hari ini, Elaine mendapat pesan bahwa bunker tersebut berhasil di buka. Dan seperti biasa, ‘organisasi’ menginginkan sesuatu dari dalamnya.

    Tapi semua tidak semudah itu. Apapun yang ada di bunker itu, ‘pihak berwenang’ pasti menginginkannya juga. Dan itu hanya berarti satu hal, perpecahan dengan penjaga kota.


    Elaine berjalan masuk ke dalam gang lebih dalam lagi sampai ia melihat apa yang dari tadi ia cari-cari. Tampak sebuah lubang saluran air bawah tanah yang sudah terbuka.

    Sepertinya aku bukan yang pertama, sebaiknya aku berhati-hati, pikirnya sambil merangkak masuk ke dalam lubang tersebut.

    ***​

    Hawa lembab dan bau busuk langsung menyerang indera Elaine begitu ia memijakkan kakinya. Ia menutup hidungnya dengan sapu tangan secara reflek.

    Kegelapan menyelimuti dirinya di dalam lubang tersebut. Sambil menahan bau busuk di tempat itu, Elaine mengaktifkan mode night vision pada mata kirinya. Dalam sekejap ia langsung mendapatkan gambaran umum terowongan tersebut begitu matanya aktif.

    Terowongan yang ada di hadapannya tampak seperti labirin dengan banyak lorong-lorong. Sementara itu pipa-pipa air di sisi-sisi ruangan ada yang mengeluarkan cairan kental. Ia langsung mengenali cairan tersebut sebagai air yang sudah terkontaminasi. Kemungkinan besar akan ada mutan yang berkeliaran di terowongan ini.

    Elaine menghela napas, tiba-tiba terpikir di benaknya. Kenapa aku mengikuti misi seperti ini. Kemungkinan gagal dan terbunuh dalam misi ini terlalu besar. Mungkin lebih baik aku memanjat ke atas sekarang dan kembali ke apartemenku.

    Baru saja Elaine hendak meraih tangga, ia mendengar suara langkah kaki datang ke arahnya. Dengan cepat Elaine bersembunyi di bawah sebuah pipa air besar. Tidak lama setelah itu tampak sorot senter menerangi jalan.

    Ia dapat merasakan jantungnya mulai berdegup kencang dan napasnya menjadi tidak teratur. Ia merasa tubuhnya panas dan keringat bercucuran ketika suara langkah kaki tersebut makin dekat. Sekarang ia dapat mendengar dengan jelas suara-suara tersebut.

    “Ah sial, apa yang kita lakukan di lubang kotoran ini? Bahkan tanpa droid.” terdengar suara serak seorang pria.

    “Itu karena kau terlalu lambat, regu yang lainnya sudah memakai semua droid yang tersisa.” terdengar suara lainnya.

    Elaine membatu begitu melihat kaki-kaki bersepatu bot berjalan melewati tempatnya bersembunyi. Ia menghitung ada lima pasang sepatu.

    “Berada di tempat terkutuk ini tanpa droid. Apa lagi yang bisa lebih buruk dari ini?”

    “Diamlah. Setidaknya kita masih punya GPS yang menunjukkan jalan ke bunker 13.”

    Elaine langsung mendapat ide begitu mendengar perkataan salah satu dari penjaga kota. Ia menunggu sampai suara langkah kaki patroli tersebut menjauh dan langsung keluar dari persembunyiannya.

    Dengan hati-hati Elaine berjalan mengikuti mereka. Ia bisa melihat regu patroli tersebut selalu mengarahkan senter mereka secara asal. Ia mengambil kesimpulan bahwa diantara regu tersebut tidak ada yang bisa melihat dalam gelap, sehingga ia bisa aman mengikuti mereka. Yang penting adalah bagaimana memanfaatkan kegelapan untuk menyembunyikan dirinya.

    Walaupun tampak tidak begitu terlatih dan waspada, regu penjaga tersebut sepertinya dapat berjalan dengan cepat karena dibantu GPS. Tapi ada satu lagi keuntungan mengikuti mereka.

    Elaine memandang ke lantai dan dengan hati-hati melangkahi seoonggok mayat ‘tikus’. Bukan tikus biasa, karena tikus ini besarnya seperti anjing dan mempunyai cakar ekstra. Untungnya Elaine sama sekali tidak dikejutkan oleh makhluk macam ini. Jalannya sudah dibersihkan oleh regu penjaga di depannya.

    Elaine terus berjalan mengikuti regu itu dengan hati-hati. Tangan kanannya menggenggam sebuah handgun dengan erat. Bila situasi berubah ia bisa langsung menghabisi kelima penjaga tersebut dengan cepat.

    Pikirannya langsung buyar begitu ia mendengar keributan di depan. Dalam night visionnya ia bisa melihat regu yang ada di depannya tampak panik. Mereka sepertinya mendengar sesuatu dari radio. Detik selanjutnya regu tersebut langsung berlari melanjutkan perjalanan mereka dengan tergesa-gesa.

    Elaine yang menyadari pergerakan tersebut juga langsung berlari mengejar mereka. Ia bisa tersesat tanpa regu patroli tersebut.

    Sayang sekali tiba-tiba ia kehilangan mereka. Mata artificialnya tiba-tiba dibutakan oleh cahaya. Untuk sejenak ia berhenti dan menutupi matanya sendiri dengan lengan mantelnya. Butuh beberapa detik bagi dirinya untuk sadar, bahwa hal itu terjadi karena matanya masih dalam mode night vision.

    Sambil memaki pelan ia mengubah matanya ke mode normal dan dalam sekejap ia sadar bahwa ia tidak butuh GPS lagi. Ia sudah memasuki wilayah bunker.

    Terowongan-terowongan sudah berubah menjadi aula-aula luas yang dilengkapi lampu darurat. Pipa-pipa air sudah menghilang dan digantikan kabel-kabel generator.

    Elaine menengok kebelakang dan dapat melihat pintu baja raksasa terbuka dibelakangnya. Ia menghela napas melihat hal tersebut. Sepertinya ia terlalu panik dan mengejar para penjaga kota hingga tidak sadar bahwa ia sudah memasuki bunkernya.

    Rasanya ingin ia tertawa mengingat kesalahan yang baru saja diperbuatnya. Tapi sebuah suara tembakan dari dalam langsung membuat dirinya kembali waspada.

    Secara reflek Elaine langsung berguling ke sisi ruangan dengan handgun di tangan. Suara tembakan tersebut terus berbunyi hingga akhirnya kesunyian yang tersisa.

    Dengan hati-hati Ellaine berjalan masuk lebih dalam. Sensor di matanya menangkap suhu panas dari banyak kehidupan di depan. Tapi sungguh terkejut dirinya begitu mengetahui panas yang ditangkap matanya ternyata merupakan panas dari mayat.

    Elaine terpekik kaget dengan pemandangan di depannya. Ia sudah biasa melihat hal mengerikan di dunia yang hancur ini, tapi pemandangan di depannya merupakan sesuatu yang lain.

    Darah membasahi seluruh lantai dan dinding lorong. Usus dan organ tubuh lainnya tampak terburai di lantai. Elaine tidak bisa mengatakan berapa banyak mayat yang ada di lorong tersebut. Tidak mungkin untuk menghitung mayat yang tubuhnya sudah bertebaran di seluruh tempat. Tapi dari sisa-sisanya ia masih bisa mengenali cabikan dari seragam tentara dan pakaian bounty hunter.

    Tampak tidak ada yang selamat dari terror yang menyerang. Ia dapat melihat droid-droid yang sudah tergeletak rusak. Pelat baja mereka kelihatan tercabik oleh sejenis cakar.

    Elaine merasa kekuatan di kakinya tiba-tiba menghilang. Ia merasa tidak enak badan dan aneh setelah menyaksikan pemandangan tersebut. Ia merasa jijik dan mual. Tanpa ia sadari, ia sudah jatuh berlutut dan memuntahkan isi perutnya ke lantai.

    Tubuhnya terasa lemah dan tidak berdaya. Secara perlahan Elaine memeluk tubuhnya yang gemetaran dengan kedua tangannya sendiri. Handgun ia pegang dari tadi sudah tergeletak tidak jauh darinya.

    Elaine tidak bisa menahan beban pemandangan tersebut. Dalam kesunyian ia terisak perlahan-lahan. Ketakutan, cemas,terganggu, hatinya dipenuhi perasaan yang tidak dapat disebut. Ingin rasanya ia melarikan diri. Tapi ia sendiri tahu dengan baik ia tidak dapat melakukannya.

    Dengan tubuh yang masih gemetar dan hati yang gentar, Elaine memaksakan dirinya untuk berdiri. Ia menggunakan lengan mantelnya untuk menghapus air matanya yang menggenang di wajahnya.

    Tangan kanannya meraih handgun yang ia jatuhkan. Elaine butuh waktu beberapa saat hingga tangan tersebut bisa menggenggam dengan benar. Perasaannya yang kacau seakan telah membuatnya kehilangan kontrol penuh pada tangan tersebut.

    Pegangannya pada handgun tersebut terasa kendur dan Elaine sama sekali tidak bisa menguatkannya. Napasnya sendiri sudah tersengal-sengal dan ia dapat merasakan keringat bercucuran di balik tudungnya.

    Dengan langkah yang perlahan Elaine melangkahi lorong tersebut. Sepatu botnya membuat suara yang aneh setiap kali menapak di genangan darah. Tapi tekadnya untuk terus maju sudah bulat. Walaupun hatinya telah terikat oleh rasa takut, Elaine terus memaksa kakinya untuk melangkahi ladang kematian tersebut.

    Satu hal yang menjadi kekhawatiran utama dirinya. Ia hanya berharap keputusannya untuk terus maju tepat.

    ***​
     
  11. Senruika Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jun 27, 2010
    Messages:
    25
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +34 / -0
    Wow seriosly, this is really interesting

    setting dunia yang benar benar fresh

    btw gw rada kaget waktu kamu nulis beruang lagi baca koran, i dont really expected you mean it litelary lol
    apalagi pemeran utamanya yang ternyata half artificial

    everything looks so good

    tapi gw rada kaget juga ternyata dia gak terbiasa ngeliat mayat, gw kira dia udah beyond profesional

    and btw
    koran masih terbitkah pada masa seperti itu?
     
    • Like Like x 1
    • Thanks Thanks x 1
  12. MaxMarcel M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jun 8, 2009
    Messages:
    536
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +2,847 / -0
    :haha: kayaknya konsepnya cukup sukses

    Kan masih muda belia karakter utamanya, jadi kalo syok2 gitu kan wajar :P

    Mungkin dia bacanya koran lama :P
     
  13. MaxMarcel M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jun 8, 2009
    Messages:
    536
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +2,847 / -0
    Kesunyian menyelimuti dirinya. Sungguh sunyi, hingga satu-satunya suara hanyalah detak jantungnya sendiri. Pada saat ini Elaine mulai memikirkan kemungkinan bahwa ia merupakan satu-satunya orang yang masih hidup.

    Sepanjang perjalanannya ia terus menemukan mayat dari tentara dan bounty hunter. Apa yang terjadi? Apakah kedua pihak saling membunuh. . . Tapi tidak. Semua ini dilakukan oleh satu orang.

    Tiba-tiba sebuah suara di kejauhan mengejutkan dirinya. Sebuah suara metalik yang terdengar dari ujung lorong. Kedengarannya seperti sebuah benda logam yang saling bergesekan dengan kuat.

    Elaine bersandar pada dinding, suara tersebut langsung menciutkan niatnya kembali. Sekali lagi perasaan-perasaan yang tidak dapat disebut tengah mengacaukan dirinya. Ia berjalan dengan gemetar sambil terus menggunakan dinding sebagai tumpuan.

    Di tengah kerisauan itu pikirannya mulai bergejolak. Ia dapat mendengar suara-suara dalam kepalanya. Apa kau akan duduk disini ketakutan seperti dulu? Membiarkan orang-orang menginjakmu? Berbuat sesuka mereka? Seperti ketika mereka mengambil tangan dan matamu?

    “Tidak. . .” rintihnya pelan, “Tidak, aku tidak mampu. . .”

    Kau mampu, kau lebih kuat dari yang kau kira. Kau dapat selamat sampai sekarang bukan. Di dalam lubang neraka ini.

    “Diam. . . Diamlah. . . Aku tidak membutuhkannya. . .” kali ini ia terdengar lebih keras dari sebelumnya.

    Perlahan-lahan Elaine mulai bangkit berdiri di atas kedua kakinya. Tangan kanannya menggenggam handgunnya dengan mantap sekarang. Ia menunduk dan membiarkan bayangan dari tudungnya menutupi wajahnya.

    “Aku tidak akan ditekan. . . lagi.” bisiknya pelan.

    Elaine mulai melangkah, jantungnya perlahan-lahan berdetak dengan normal. Ia menghembuskan napasnya dengan tenang sekarang.

    Ia terus berjalan ke arah suara benturan logam itu terdengar. Semakin lama suara tersebut makin keras dan ia semakin dekat dengan akhir dari bunker tersebut.

    Pada akhirnya Elaine dapat melihat apa yang menyebabkan suara tersebut. Di depannya terdapat pintu yang mengarah ke ruang brankas. Dengan hati-hati ia berlindung di sisi pintu tersebut dan mengintip ke dalam. Suara gesekan antar logam terus terdengar dan sosok yang menyebabkan suara itu sangat membuat Ellie terkejut.

    Rambut putih panjangnya berkibar setiap kali ia menghantamkan tangannya ke pintu brankas. Jaket coklat yang dipakainya tampak sedikit kebesaran, bahkan untuk badannya yang tinggi. Sosok tersebut merupakan sosok seorang wanita, kemungkinan besar merupakan bounty hunter seperti Elaine.

    Tubuh wanita tersebut juga dilengkapi dengan bagian artificial. Tangan kanannya yang dari tadi memukul pintu brankas merupakan sebuah cakar besar. Elaine menebak ia memakai sebuah power arm dengan mata berlian. Pintu brankas setinggi enam meter tersebut tampak penyok di mana-mana dan sudah siap untuk terbuka.

    Elaine merasa sedikit lega bahwa ternyata yang melakukan kekejaman itu hanyalah bounty hunter lainnya. Tapi ia tidak bisa menurunkan penjagaannya. Ia harus mengingat bahwa wanita di depannya telah membunuh banyak tentara dan bounty hunter termasuk droid. Elaine memutuskan untuk melakukan observasi lebih lanjut sebelum bertindak.

    Pandangannya langsung terarah pada punggung wanita tersebut. Ia memperhatikan ada yang ganjil dengan punggung wanita tersebut, jaketnya tampak agak menonjol. Seakan ada sesuatu hal lainnya di bawah jaket tersebut. Mungkin sebuah implant tambahan? Elaine mencoba menerka-nerka.

    Akhirnya ia memutuskan untuk mengabaikan hal tersebut dan mencari petunjuk lain. Sayang sekali ia sama sekali tidak dapat mengidentifikasi lawannya lebih jauh lagi. Sama seperti dirinya, wanita tersebut juga mengenakan jaket lengan panjang dan celana panjang. Elaine tidak bisa mengatakan apakah dibalik pakaian tersebut terdapat organ artificial atau tidak.

    “Ya, sebentar lagi. Sebentar lagi.” terdengar sebuah suara tidak sabar keluar dari mulut wanita tersebut. Pintu brankas yang ada di depannya tampak mulai terbuka karena serangannya yang bertubi-tubi.

    Elaine mengeratkan pegangan pada handgunnya. Mungkin kesempatanku hanya sekarang. Selagi konsentrasinya terpusat pada brankas. . . Sebuah peluru di kepala dapat langsung membunuhnya. Taruhan terbaik yang kupunya adalah dengan mensinkronisasi sensor di mataku dengan gerak auto lock tanganku. . . Baiklah, ayo lakukan.

    Elaine melompat keluar dari tempat persembunyiannya, dengan cepat ia langsung membidik kepala wanita tersebut. Wanita tersebut langsung membalikan tubuhnya begitu menyadari kehadiran Elaine. Terlalu lamban. Kemenanganku, kata Elaine dengan percaya diri dalam hatinya.

    Jari artificialnya dengan cepat menarik pelatuk, meluncurkan sebuah selongsong timah ke arah wanita tersebut. Dalam waktu sepersekian detik peluru itu akan melubangi kepala lawannya. Tapi dalam sepersekian detik itu Elaine berani bersumpah ia melihat wanita tersebut tersenyum.

    Terdengar suara dentingan logam keras diikuti dengan percikap api pada pintu brankas yang sudah penyok. Pelurunya telah meleset jauh dari sasaran.

    “Ahh. . Pengganggu lainnya. Tidak bisakah aku bekerja dengan tenang.” sebuah suara dingin yang indah keluar dari mulut wanita tersebut. Wanita tersebut menatap Elaine tajam dengan sepasang mata berwarna merah.

    Dalam sekejap Elaine merasa tulang-tulangnya seperti ditusuk oleh pisau yang membekukan. Bulu kuduknya langsung merinding dan ketakutan kembali menghantui dirinya.

    Ia memberikan perlawanan dengan menembakkan pelurunya lagi ke arah wanita tersebut. Tapi secara ajaib semua pelurunya meleset dan mendarat di tempat yang jauh dari target.

    Elaine mundur selangkah, pistolnya masih teracung. Tapi ia bisa merasakan pegangannya pada pistol tersebut tiba-tiba menjadi lemah.

    “Tolonglah. Tidak ada gunanya. Serahkan saja nyawamu padaku.” suara yang dingin kembali keluar dari wanita itu. Sebuah senyum keji sekarang menghiasi wajahnya.

    Elaine menyaksikan pemandangan yang terindah dalam hidupnya. Diiringi suara kepakan yang keras, dua pasang sayang hitam mengembang tiba-tiba dari punggung wanita di hadapannya. Tampak jaket yang dia kenakan langsung terkoyak pada bagian punggung.

    Sementara musuhnya melayang dengan cepat ke arah dirinya, Elaine hanya bisa berdiam diri. Ia sudah tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Ia hanya berdiri di sana dengan tubuh yang gemetar dan hati yang ketakutan.

    Wanita itu melayang menggunakan keempat sayapnya. Ia tampak mengangkat cakar pada tangan kanannya. Begitu jarak mereka berdua hanya tinggal dua meter, wanita itu dengan cepat berputar di udara sambil mengayunkan cakarnya.

    Elaine dapat merasakan tubuhnya terhempas ke belakang. Pemandangan yang ada di depannya hanyalah serpihan-serpihan logam yang beterbangan ke segala arah.

    Dengan keras Elaine mendarat pada punggungnya, tubuhnya terpental hingga melewati pintu ruang brankas. Sementara pintu ruang brankas sendiri tampak terkoyak dalam pola cakar.

    Hal pertama yang disadari Elaine adalah bahwa tangan artificialnya sudah tidak berada di tempatnya lagi. Ia memandang tidak percaya ke arah potongan logam yang terkoyak pada bahunya, tempat tangan kanannya seharusnya berada.

    Nasib sepertinya tidak memberikan waktu bagi dirinya. Masih dalam keadaan bingung, sensor gerak di matanya langsung memberi peringatan. Musuhnya sudah berdiri tepat di depannya, siap untuk memberikan serangan terakhir.

    Elaine bisa merasakan air matanya siap untuk tumpah, “Tolong. Kumohon ampuni aku.”

    Dengan nada bergetar ia mencoba meminta belas kasihan, sementara kakinya menendang-nendang lantai dan berusaha untuk merangkak menjauh.

    “Kau tidak seharusnya menggangguku. Sekarang kau terima akibatnya.” kata wanita tersebut dengan nada kejam.

    “Tolonglah. Maafkan aku. Aku tidak ingin mati. Aku akan lakukan apa saja.” isar Elaine.

    “Diamlah!”

    Wanita tersebut mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi dan mengayunkan cakarnya. Secara reflek Elaine menunduk untuk menghindari serangan tersebut. Ia bisa merasakan hembusan angin keras tepat di belakang kepalanya.

    Serangan tersebut meleset, tapi tetap saja berbahaya. Tudung dan bagian punggung mantelnya langsung tercabik menjadi bagian-bagian kecil.

    Elaine bangkit dan kali ini menatap mata merah wanita tersebut secara langsung, “Kumohon, biarkan aku hidup. Aku akan melakukan apapun.”

    Wanita itu tampak tidak menanggapi perkataan Elaine dan sudah mengangkat cakarnya, siap untuk menhabisi Elaine. Tapi tiba-tiba ia berhenti, mimik wajahnya langsung berubah. Ia memandang Elaine dengan berbeda, pandangannya menjadi lunak.

    “Kau. . Kau hanya seorang gadis biasa.” wanita itu tampak terkejut melihat Elaine secara langsung.

    Nada bicaranya tidak lagi dingin, “Apa yang kau lakukan di sini? Kau tidak seharusnya di sini.”

    Elaine terkejut dengan perubahan kepribadian wanita tersebut yang tiba-tiba. Tapi perasaan shock pada diri Elaine masih belum hilang, setelah hampir kehilangan nyawanya.

    Wanita itu berlutut di depan Elaine. Wajahnya tampak prihatin ketika memandang Elaine. Perlahan-lahan ia mengangkat cakar tangan kanannya. Elaine yang terkejut dengan tindakan wanita tersebut langsung memejamkan matanya.

    Betapa terkejutnya ia ketika merasakan sebuah sentuhan dingin di wajahnya. Elaine membuka matanya hanya untuk melihat wanita tersebut mengangkat bulir-bulir air mata di pelupuk mata Elaine menggunakan cakarnya.

    “Maafkan aku, seandainya aku tahu. . . Aku tidak pernah mau melukai anak-anak.” nadanya terdengar sedih.

    Elaine memandang ke dalam mata wanita tersebut, dan ia sama sekali tidak menemukan keinginan jahat. Perlahan-lahan rasa takutnya hilang.

    Wanita tersebut tampak lega begitu melihat Elaine sudah tidak takut lagi padanya, “Namaku Rune. Siapa namamu, sayang.” tanyanya dengan lembut.

    “Elaine.” jawab Elaine dengan lemah.

    “Nama yang bagus. . . Elaine, kau tinggal di kota Nevolve?”

    Elaine mengangguk lemah.

    “Aku akan mengantarmu pulang. Tapi kau bisa bersabar sebentar kan? Aku masih punya pekerjaan untuk dilakukan.”

    Elaine menangguk sekali lagi, ia sudah terlalu bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi.

    Rune menggendong Elaine dengan tangan kirinya. Elaine sama sekali tidak melawan, ia mengalungkan tangan kirinya pada leher Rune. Ia dapat mendengar Rune membongkar pintu brankas dengan paksa.

    Tiba-tiba Elaine teringat tujuannya, dan ia tersenyum sendiri mengingat apa yang terjadi sekarang. Aku datang untuk mengambil obyek dalam bunker ini dan siap untuk membunuh siapapun. Tapi akhirnya akulah yang hampir terbunuh. Dan saat ini aku berada dalam belas kasihan pembunuhku.

    Elaine menyandarkan kepalanya ke buah dada Rune. Hangat. . . Ia merasa sangat nyaman dan aman dalam bekapan orang asing ini. Entah mengapa ia punya perasaan bahwa mereka bisa menjadi akrab.

    ***​

    =============================
    Kalau ada kesalahan dalam penulisan atau cerita kurang pas silahkan diutarakan.
    Maklum jam 2 pagi mata udah merem melek ini nulisnya :p
     
    Last edited: Apr 24, 2011
  14. red_rackham M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jan 12, 2009
    Messages:
    757
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +355 / -0
    Wow.....nice story ^____^

    Penggambaran dunia Post-apocalypse yang bagus.
    Menarik juga kalau salah satu karakter utamanya bukan manusia, tapi beruang ^___^

    Cant wait to read the next ^__^
     
  15. Senruika Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jun 27, 2010
    Messages:
    25
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +34 / -0
    agak bingung juga ini ceritanya mau dibawa kemana @_@
     
  16. MaxMarcel M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jun 8, 2009
    Messages:
    536
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +2,847 / -0
    Gimana storyline nya kk, udah pas belum? :P


    Setiap karakter punya complex-nya sendiri-sendiri yang terbentuk karena masa lalu mereka :D
    Ya. . . . . Jadi rada aneh awal2nya.
     
  17. Jars27 M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Oct 16, 2010
    Messages:
    437
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +21 / -0
    nice story :top:

    lanjutkan terus ceritanya... keren kok..
    btw, dapet ilustrasi karakternya darimana?? bisa jadi bahan inspirasi nih... :minta:

    ==edit==

    :kaget: oh iya, ternyata ada didepan.... baru sadar... keasikan baca cerita sih sampe gak liat :keringat:
     
    Last edited: Apr 24, 2011
  18. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    penggambaran deskripsi secara perlahan yang emmbangun suasana gelap dan mencekam terasa disini. dari 2 cerita update yg baru sedikit membuka suasana seperti apa after apocalypse. btw max, ini cerita habis perang nuklir kan?? atau cuma perang misil? elektronik masih nyala ya?

    liat Eleine yg artificial dan Rune yang juga sama, serasa mirip Kos-mos & Telos :peace: hanya imajinasi liar pembaca
     
  19. MaxMarcel M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jun 8, 2009
    Messages:
    536
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +2,847 / -0
    Makasih.
    Seniman sama sumbernya kan dikasih tau di depan :P

    Perang nuklir. Makanya ada mutan dll
    Elaine vs Rune. Ibarat ikan teri lawan ikan hiu (mengarah ke judul chapternya)
     
  20. MaxMarcel M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jun 8, 2009
    Messages:
    536
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +2,847 / -0
    Chapter III: Tension

    Elaine meringkuk dengan tenang dalam tidurnya. Kali ini ia tidak merebahkan dirinya dalam kekosongan jiwa seperti yang biasanya ia rasakan. Ia dapat merasakan kehangatan dan keamanan menyelimuti dirinya. Sebuah senyum kecil perlahan menghiasi wajahnya.

    Dengan perlahan-lahan ia membuka matanya. Dalam kegelapan ia dapat melihat sebuah lemari yang terbuka di seberang ruangan, mantel dan jaket yang lusuh tampak tergantung dengan rapih. Dengan cepat ia sadar bahwa ia sudah berada di dalam kamar apartemennya.

    Ia berusaha untuk bangkit dari kasurnya tapi sesuatu seakan menghalangi dirinya. Elaine sadar terdapat sesuatu seperti selimut yang menyelimuti seluruh tubuhnya. Ia berusaha menyibakkan hal tersebut dengan tangan kirinya.

    “Selimut hitam? Sepertinya aku tidak pernah mempunyai yang seperti ini. . .”

    Tiba-tiba sebuah suara sayu tepat dari belakang lehernya mengejutkan Elaine, “Kau sudah bangun, sayang?

    Elaine terlonjak kaget. Tiba-tiba ia menyadari bahwa seseorang sedang memeluk dirinya dari belakang. Ia menengok ke belakang dan dapat melihat sepasang mata merah yang sayu sedang menatap balik.

    “Ada apa? Kembalilah tidur, matahari bahkan belum terbit.”

    Rune tampak baru terbangun juga dari tidurnya. Rambut peraknya tergerai berantakan.

    Setelah sadar bahwa ia tidur dalam bekapan Rune, ia sekarang tahu benda hitam yang menyelimutinya. Benda itu bukan selimut, tapi sayap artificial milik Rune.

    Elaine yang sedikit kaget berusaha untuk mendorong sayap tersebut dan melompat turun dari kasurnya. Tapi dengan cepat seluruh gerakannya dihentikan. Ia bisa merasakan tangan kiri dan cakar Rune mempererat pelukannya, sementara itu Rune menyilangkan pahanya pada kaki Elaine.

    Ia bisa merasakan napas Rune yang hangat membelai belakang telinganya. Sementara itu buah dada Rune yang empuk terasa menggesek punggungnya.

    “Rune, bisakah kau membiarkan aku pergi?” pinta Elaine dengan nada memelas.

    “Maaf, tapi aku tidak bisa membiarkanmu pergi.” jawab Rune dengan lembut.

    “Apa maksud-?”

    Elaine tidak menyelesaikan kata-katanya, sebuah suara rentetan tembakan langsung mengejutkan dirinya. Tanpa peringatan beberapa peluru tampak menembus masuk ke dalam kamarnya secara acak.

    “Dasar sialan. Mereka sangat berisik.” Rune terdengar sangat kesal dan jengkel.

    “A-apa yang terjadi?” tanya Elaine gugup.

    “Tidak usah kau khawatirkan. Tadi hanya tembakan yang menyasar. . . Kau aman bersamaku disini.” nada bicara Rune langsung berubah menjadi lembut ketika menanggapi Elaine.

    “Tembakan yang menyasar? Dari siapa?” tanya Elaine bingung.

    “Mungkin penjaga kota. Mungkin juga dari orang-orang ‘organisasi’. Mungkin para bounty hunter. Entahlah, keadaannya sudah kacau ketika aku kembali. Sepertinya kota Nevolve sedang dalam perang sipil.” Rune tampak menerangkan dengan tenang, seakan ia tidak peduli apa yang sebenarnya terjadi.

    “Bukankah kita seharusnya pergi ke temat yang lebih aman sekarang?” Elaine sekali lagi mencoba untuk melomcat keluar dari sayap Rune, tapi hal itu percuma. Dengan mudah Rune menahan Elaine.

    “Tidak ada yang lebih aman dari tempat ini. Kau aman selama berada di dalam sayapku. Sayap ini mempunyai gelombang magnet tinggi yang dapat membelokkan peluru. Lagi pula sayap ini juga menjagamu tetap hangat bukan?” Rune menjelaskan dengan tenang.

    Elaine baru mengerti setelah mendengar hal tersebut. Alasan mengapa semua tembakannya dapat membelok dan meleset.

    “Jika keadaannya sudah tenang besok baru kita bisa keluar. . . Aku juga perlu mencarikanmu sebuah tangan artificial baru.” Rune menghela napas seperti baru mengatakan sesuatu yang berat.

    Elaine teringat insidennya dengan Rune. Tanpa sadar ia sudah meraba-raba bahu kanannya. Untuk pertama kalinya setelah jangka waktu yang lama ia kembali merasa tidak lengkap. Rasanya sungguh tidak nyaman ketika ia tidak bisa merasakan tangan kanannya, walaupun ia tahu itu hanyalah sebuah bagian artificial.

    Tiba-tiba Elaine merasa Rune mengusap-usap kepalanya, sepertinya wanita itu menyadari ketidak nyamanan Elaine.

    Rune terdengar lirih ketika berkata pada Elaine, “Maafkan aku. Aku tahu seperti apa rasanya jika kehilangan bagian dari tubuh kita. . . walaupun bagian itu hanyalah palsu. . . Aku akan memperbaikinya untukmu. Sekarang tidurlah.”

    Rune terus membelai kepala Elaine dengan lembut, dan entah mengapa Elaine merasa senang Rune melakukan hal tersebut. Itu membuat dirinya merasa lebih damai.

    Dengan perlahan Elaine membalikan tubuhnya sehingga ia dapat menatap Rune. Wanita itu memandang Elaine dengan sebuah tatapan penuh pengertian. Diam-diam Elaine meringkuk dan kembali tidur dalam dekapan Rune.
    ***​
     
  21. red_rackham M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jan 12, 2009
    Messages:
    757
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +355 / -0
    Yah.....gw juga pernah buat novel sci-fi dengan setting post-apocalypse, jadi gw gampang ngerti soal setting dunianya.

    Storyline cukup bagus....tapi kalau boleh ngasih saran: setelah chapter 1 yg rada lumayan klimaks, sebaiknya dibuat 1 chapter yang lebih mengarah ke penjelasan dunia dan keseharian karakter utama. Baru masuk ke chapter yg ngasih trouble baru dan naik ke klimaks. Tapi kalau memang tipe storyline-nya itu fast-pace, ga masalah kok ^___^

    Btw....kalau itu beruang emang main character, buat lebih sering muncul ^___^ unik soalnya.

    Lanjut gan! Nice story!
     
    • Like Like x 1
    • Thanks Thanks x 1
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.