1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Dunia Pendidikan: Belajar Lebih Menghargai

Discussion in 'Lifestyle' started by r3dchick3n, Aug 28, 2010.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. r3dchick3n M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Dec 1, 2009
    Messages:
    670
    Trophy Points:
    191
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +24,137 / -0
    ini cerita dah lama beredar di milist ataupun blog2 lokal... hingga sumber aslinya bnr2 susah dicari... tp, ane cm bermaksud sharing demi kebaikan bersama...
    jd, ane mohon maaf klo repost... :piss::piss: and bwt momod, closed aja klo emg repost... :hero:

    Encouragement

    Oleh: Rhenald Kasali *



    LIMA belas tahun lalu saya pernah mengajukan protes pada guru sebuah sekolah tempat anak saya belajar di Amerika Serikat.

    Masalahnya, karangan berbahasa Inggris yang ditulis anak saya seadanya itu telah diberi nilai E (excellence) yang artinya sempurna, hebat, bagus sekali. Padahal dia baru saja tiba di Amerika dan baru mulai belajar bahasa. Karangan yang dia tulis sehari sebelumnya itu pernah ditunjukkan kepada saya dan saya mencemaskan kemampuan verbalnya yang terbatas. Menurut saya tulisan itu buruk, logikanya sangat sederhana.

    Saya memintanya memperbaiki kembali,sampai dia menyerah.Rupanya karangan itulah yang diserahkan anak saya kepada gurunya dan bukan diberi nilai buruk, malah dipuji. Ada apa? Apa tidak salah memberi nilai? Bukankah pendidikan memerlukan kesungguhan? Kalau begini saja sudah diberi nilai tinggi, saya khawatir anak saya cepat puas diri. Sewaktu saya protes, ibu guru yang menerima saya hanya bertanya singkat. “Maaf Bapak dari mana?” “Dari Indonesia,” jawab saya. Dia pun tersenyum.

    Budaya Menghukum

    Pertemuan itu merupakan sebuah titik balik yang penting bagi hidup saya. Itulah saat yang mengubah cara saya dalam mendidik dan membangun masyarakat. “Saya mengerti,” jawab ibu guru yang wajahnya mulai berkerut, namun tetap simpatik itu.
    “Beberapa kali saya bertemu ayah-ibu dari Indonesia yang anakanaknya dididik di sini,” lanjutnya. “Di negeri Anda, guru sangat sulit memberi nilai. Filosofi kami mendidik di sini bukan untuk menghukum, melainkan untuk merangsang orang agar maju. Encouragement!” Dia pun melanjutkan argumentasinya.

    “Saya sudah 20 tahun mengajar. Setiap anak berbedabeda. Namun untuk anak sebesar itu, baru tiba dari negara yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris, saya dapat menjamin, ini adalah karya yang hebat,” ujarnya menunjuk karangan berbahasa Inggris yang dibuat anak saya.

    Dari diskusi itu saya mendapat pelajaran berharga. Kita tidak dapat mengukur prestasi orang lain menurut ukuran kita.Saya teringat betapa mudahnya saya menyelesaikan study saya yang bergelimang nilai “A”, dari program master hingga doktor. Sementara di Indonesia, saya harus menyelesaikan studi jungkir balik ditengarai ancaman drop out dan para penguji yang siap menerkam. Saat ujian program doktor saya pun dapat melewatinya dengan mudah.

    Pertanyaan mereka memang sangat serius dan membuat saya harus benar-benar siap. Namun suasana ujian dibuat sangat bersahabat. Seorang penguji bertanya dan penguji yang lain tidak ikut menekan, melainkan ikut membantu memberikan jalan begitu mereka tahu jawabannya.

    Mereka menunjukkan grafik-grafik yang saya buat dan menerangkan seterang-terangnya sehingga kami makin mengerti. Ujian penuh puja-puji, menanyakan ihwal masa depan dan mendiskusikan kekurangan penuh keterbukaan. Pada saat kembali ke Tanah Air, banyak hal sebaliknya sering saya saksikan. Para pengajar bukan saling menolong, malah ikut “menelan” mahasiswanya yang duduk di bangku ujian.

    Ketika seseorang penguji atau promotor membela atau meluruskan pertanyaan, penguji marah-marah, tersinggung, dan menyebarkan berita tidak sedap seakanakan kebaikan itu ada udang di balik batunya. Saya sempat mengalami frustrasi yang luar biasa menyaksikan bagaimana para dosen menguji, yang maaf, menurut hemat saya sangat tidak manusiawi. Mereka bukan melakukan encouragement, melainkan discouragement. Hasilnya pun bisa diduga, kelulusan rendah dan yang diluluskan pun kualitasnya tidak hebat-hebat betul. Orang yang tertekan ternyata belakangan saya temukan juga menguji dengan cara menekan. ( bagi yg udah pernah ujian skripsi, pasti sadar betul, bgmna gaya dosen penguji... saat qta sedikit keliru dlm memberikan jwbn... :takut::takut: )
    [​IMG]
    Suasana Ujian Skripsi​

    Ada semacam balas dendam dan kecurigaan. Saya ingat betul bagaimana guru-guru di Amerika memajukan anak didiknya. Saya berpikir pantaslah anak-anak di sana mampu menjadi penulis karya-karya ilmiah yang hebat, bahkan penerima Hadiah Nobel. Bukan karena mereka punya guru yang pintar secara akademis, melainkan karakternya sangat kuat: karakter yang membangun, bukan merusak. Kembali ke pengalaman anak saya di atas, ibu guru mengingatkan saya.

    “Janganlah kita mengukur kualitas anak-anak kita dengan kemampuan kita yang sudah jauh di depan,” ujarnya dengan penuh kesungguhan. Saya juga teringat dengan rapor anak-anak di Amerika yang ditulis dalam bentuk verbal.

    Anak-anak Indonesia yang baru tiba umumnya mengalami kesulitan, namun rapornya tidak diberi nilai merah, melainkan diberi kalimat yang mendorongnya untuk bekerja lebih keras, seperti berikut. “Sarah telah memulainya dengan berat, dia mencobanya dengan sungguh-sungguh. Namun Sarah telah menunjukkan kemajuan yang berarti.

    Malam itu saya mendatangi anak saya yang tengah tertidur dan mengecup keningnya. Saya ingin memeluknya di tengah-tengah rasa salah telah memberi penilaian yang tidak objektif. Dia pernah protes saat menerima nilai E yang berarti excellent (sempurna), tetapi saya mengatakan “gurunya salah”. Kini saya melihatnya dengan kacamata yang berbeda.

    Melahirkan Kehebatan

    Bisakah kita mencetak orang-orang hebat dengan cara menciptakan hambatan dan rasa takut? Bukan tidak mustahil kita adalah generasi yang dibentuk oleh sejuta ancaman: gesper, rotan pemukul, tangan bercincin batu akik, kapur, dan penghapus yang dilontarkan dengan keras oleh guru,sundutan rokok, dan seterusnya. Kita dibesarkan dengan seribu satu kata-kata ancaman: Awas…; Kalau,…; Nanti,…; dan tentu saja tulisan berwarna merah menyala di atas kertas ujian dan rapor di sekolah.

    Sekolah yang membuat kita tidak nyaman mungkin telah membuat kita menjadi lebih disiplin. Namun di lain pihak dia juga bisa mematikan inisiatif dan mengendurkan semangat. Temuan-temuan baru dalam ilmu otak ternyata menunjukkan otak manusia tidak statis, melainkan dapat mengerucut (mengecil) atau sebaliknya,dapat tumbuh.Semua itu sangat tergantung dari ancaman atau dukungan (dorongan) yang didapat dari orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian kecerdasan manusia dapat tumbuh, sebaliknya dapat menurun. Seperti yang sering saya katakan, ada orang pintar dan ada orang yang kurang pintar atau bodoh.

    Tetapi juga ada orang yang tambah pintar dan ada orang yang tambah bodoh. Mari kita renungkan dan mulailah mendorong kemajuan, bukan menaburkan ancaman atau ketakutan. Bantulah orang lain untuk maju, bukan dengan menghina atau memberi ancaman yang menakut-nakuti. (*)


    :sembah::sembah::sembah::sembah::sembah::sembah:
     
    • Thanks Thanks x 5
    • Like Like x 2
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. Dastxus Members

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Oct 27, 2009
    Messages:
    372
    Trophy Points:
    101
    Ratings:
    +3,289 / -0
    bener sekali tuh
    dulu msh SD aja hukumannya udah ke fisik :sigh:

    msh kecil aja diperlakukan begitu ampe dewasa gmn bisa maju :piss:
     
  4. hatsa Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Nov 20, 2009
    Messages:
    154
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +28 / -0
    emang gitu neh guru2 suka bawa masalah rumah ke sekolah...
    eh malah murid2 nya yg jadi inceran fisik...
     
  5. SkyRune M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Dec 20, 2009
    Messages:
    544
    Trophy Points:
    77
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +925 / -0
    Betul sekali nih, malahan ada dosen Ane, yang Ane minta jadi pembimbing
    Ane malah disuruh baca lagi Prapos Script-Shit Ane tanpa diberitahu dimana letak kesalahan Ane :sedih:
    Terus katanya klo dia yang nguji pasti penuh dengan ketakutan karena pasti mencari kesalahan kita :hulk:
     
  6. KluaKa Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 12, 2011
    Messages:
    156
    Trophy Points:
    26
    Ratings:
    +211 / -0
    weew... :terharu:
    gtu ya model pndidikan negra maju... top bgt :top:
    cba indonesia kya gtuu.. :yareyare:
    mdhan bsa skolah d luar :siul: harus :belajar:giat nih.. :semangat:
     
  7. CIVICGT2 Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 4, 2010
    Messages:
    78
    Trophy Points:
    21
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +6 / -0
    anehnya udah tau sistem pendidikan kita dari dulu begitu-begitu aja tapi masih tetap dipertahankan....hmmm...manusia memang lbh cenderung memakai cara lama yg terbukti gagal, tapi takut mencoba cara-cara baru yang mungkin saja jika dilakukan akan merubah keadaan menjadi lebih baik.....seharusnya karakter guru di Indonesia dalam mendidik siswa harus diubah, jangan hanya mewarisi didikan guru kolot zaman dulu...ingat zaman sudah banyak berubah....patokan pengajaran zaman dulu sudah kadaluarsa untuk diterapkan pada zaman sekarang
     
  8. ComengSoon M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Feb 20, 2011
    Messages:
    292
    Trophy Points:
    31
    Ratings:
    +16 / -0
    bener bro, dan mungkin yang sudah melakukan percobaan cara" baru (kurikulum yang berhasil diluar ngeri) ya cuma sekolah" swasta yang mahal dan ekslusif, kalau negri masih banyak yang ikut cara lama, dan hasilnya jarang sekali berhasil mirisnya sering bobrok ..
     
  9. unyon M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 5, 2010
    Messages:
    514
    Trophy Points:
    56
    Ratings:
    +19 / -0
    boleh numpang copas agan sekalian?
    inilah perbedaan dasar pola fikir dalam pendidikan barat dan timur. kita dengan adat ketimuran yg terbiasa "bersakit sakit dahulu bersenang senang kemudian" sejak kecil dibiasakan hidup keras agar besarnya tidak terkesan manja. saya benar2 bingung dalam masalah pendidikan ini. tp kembali pada pola pikir, mind set yg berbeda pd ajaran timur dan barat. barat yg lebih individualis, lebih terkesan membebaskan anak2 dgn pilihan, sedangkan timur lebih terkesan harus giat dan rajin. tapi menurut saya itu semua kembali pada orangtua masing2, akan memilih didikan yg seperti apa.
     
  10. zz11 Veteran

    Offline

    Rockstar

    Joined:
    Mar 11, 2009
    Messages:
    40,084
    Trophy Points:
    252
    Ratings:
    +33,311 / -0
    Yang gw liat di Indonesia budaya balas dendam di pendidikan itu udah lumayan kental di mana2.
    Yang jadi dosen/guru biasanya killer/sulit meluluskan, karena di jaman dia sendiri jadi murid/mahasiswa, dia pun lulusnya susah gara2 dosen/gurunya juga begitu.
    Jadi ada rasa pengen balas dendam... Dan ini berkelanjutan terus.
    Inilah yg bikin discouragement culture sangat kental di sini.

    *just sharing my opinion
     
  11. babi_dugem Members

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Mar 27, 2010
    Messages:
    247
    Trophy Points:
    31
    Ratings:
    +60 / -0
    Iya, selain yg dibilang momod ttg "Dendam"..
    di Indonesia jg budaya senioritas masih kental bgt..

    biasanya hal kaya gini memicu siswa untuk takut datang ke sekolah..
     
  12. hojong Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    May 18, 2011
    Messages:
    21
    Trophy Points:
    1
    Ratings:
    +0 / -0
    nice share gan... cara pandang guru di indo ne emang kurang terbuka sih kalo gw bilang..
     
  13. zz11 Veteran

    Offline

    Rockstar

    Joined:
    Mar 11, 2009
    Messages:
    40,084
    Trophy Points:
    252
    Ratings:
    +33,311 / -0
    ya betul, dari jaman masih murid saja sudah dibiasakan seperti itu...
    dan selalu saja diteruskan dengan alasan sudah budaya turun temurun...
    memang kalo urusannya balas dendam ga akan ada habisnya...
    dan itu justru merupakan pemikiran lose-lose (bukan win-win) yang menjatuhkan semua pihak terkait.
     
  14. sowelu92 Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Dec 10, 2010
    Messages:
    51
    Trophy Points:
    21
    Ratings:
    +4 / -0
    betul tuh! waktu saya kelas 3 SD, saya pernah kena gampar guru saya gara2 gak ngerjain tugas (masih membekas sampai sekarang) gara-gara itu saya jadi trauma sama namanya guru .
    mungkin itu gara-gara pengaruh dari penjajah belanda kali. gurunya pada jadi tukang siksa semua
     
  15. fransrouvell M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Apr 2, 2010
    Messages:
    564
    Trophy Points:
    71
    Ratings:
    +37 / -0
    :niceinfo: semua murid tidak sama. bahkan semua manusia tidak sama talenta nya. akan sangat menyedihkan bila menilai kemampuan anak dari 1 sisi saja, padahal Tuhan telah mengkaruniakan banyak kemampuan lain yang berharga
     
  16. sowelu92 Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Dec 10, 2010
    Messages:
    51
    Trophy Points:
    21
    Ratings:
    +4 / -0
    sama menyedihkannya ketika guru cuma menilai kita dari pinter nggaknya kita dalam hal pelajaran, dan tidak mau melihat bakat luar biasa kita .(di jamin nyesek seumur hidup):panda:
     
  17. stevanuss M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Dec 17, 2010
    Messages:
    240
    Trophy Points:
    51
    Ratings:
    +295 / -0
    benar sekali..
    guru lagi gusar.. malah lampiasin ke anak murid, apesnya saya yang kena
    abis deh jadi bulan2an guru jahat :sedih1
     
  18. XaoFeng Members

    Offline

    Beginner

    Joined:
    May 15, 2009
    Messages:
    232
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +5 / -0
    memang benar.... kita bisa berkembang ke arah positif kalo lingkungan disekitar kita juga positif, sama yang telah TS sebutkan....
    seperti kata-kata positif, atau perilaku yang positif....

    tetapi hal yang sebaliknya jg berlaku untuk hal yang negatif....
    karena itu kita jg harus terbiasa untuk bersikap positif untuk diri sendiri ataupun orang lain....

    thx for sharing TS
     
  19. RisingSun M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Apr 1, 2011
    Messages:
    1,065
    Trophy Points:
    162
    Ratings:
    +4,211 / -0
    Yg namanya menjaga tradisi itu harusnya juga bisa membedakan dong yang baik dan buruk. Tradisi yg jelek kenapa harus dipertahankan??
    Kekolotan itu yang bikin susah maju, kadang-kadang dosen/guru gak mau dengerin kritikan dari muridnya. Jangankan mengkritik, mau menjawab soal aja udah dag dig dug gak karuan ngeliat guru/dosen killer.
    Katanya sering studi banding ke luar negeri, tapi gak membawa efek apa pun bagi pendidikan dalam negeri. Kualitas pendidikan belum meningkat, justru biayanya dulu yang ditinggikan. Gw kasian liat adik" yg udah lulus SNMPTN tapi gak bisa kuliah hanya karena uang kuliah yang begitu mahal. Ironis.
     
  20. aareza M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Aug 6, 2010
    Messages:
    758
    Trophy Points:
    72
    Ratings:
    +143 / -0
    kapan ya negara ini ngikutin cara terpuji ini?
    ane yang baru mulai magang aja ngrasa tertekan karena pembimbing perusahaan yang tegas dan terkesan enggak kooperatif.
    bete banget.
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.