1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

OriFic Undeadpocalypse

Discussion in 'Fiction' started by voiz, May 12, 2015.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. voiz M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Aug 4, 2009
    Messages:
    2,937
    Trophy Points:
    257
    Ratings:
    +80,726 / -81
    UnHidden Content Hide H:

    "Bregg. Kletak. Kletak."

    Terdengar suara tulang-tulang yang muncul dari dalam tanah. Mulai dari tangan yang menyembul sedikit demi sedikit, hingga kedua tangan digunakan untuk mengangkat badan yang seluruhnya cuma berupa tulang.

    Satu persatu tengkorak mulai bermunculan. Ketika tengkorak sudah sepenuhnya terbentuk, di tangannya mulai muncul senjata. Sebagian senjata yang muncul adalah pedang, sebagian kapak, sebagian perisai, sebagian busur panah.

    Selain tengkorak, muncul juga gumpalan hitam yang agak transparan, sekilas serupa dengan kabut hitam. Gumpalan-gumpalan hitam tersebut terus membesar, semakin memadat membentuk seperti tubuh manusia.

    Dan walaupun jumlahnya tidak sebanyak tengkorak dan gumpalan hitam, muncul juga tubuh-tubuh manusia yang kondisinya sudah membusuk dari dalam tanah.

    Yang menjadi pusat dari kemunculan makhluk-makhluk tersebut adalah seseorang dengan jubah gelap yang menutupi seluruh tubuhnya. Mukanya tertutup topeng.

    Tak berjarak jauh, terdapat segerombolan goblin yang berlari menuju kerumunan makhluk-makhluk tadi. Dengan teriakan-teriakan yang tidak jelas artinya, goblin-goblin tersebut mengayunkan senjatanya, seakan menantang makhluk-makhluk tadi.

    Setelah makhluk-makhluk yang berada di sekitarnya dirasa sudah cukup jumlahnya, si jubah hitam mengacungkan jarinya ke arah goblin.

    "Serang."

    Seucap kata keluar dari mulutnya.
     
    • Like Like x 1
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. voiz M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Aug 4, 2009
    Messages:
    2,937
    Trophy Points:
    257
    Ratings:
    +80,726 / -81
    UnHidden Content Hide H:
    Turnamen Mejik Akademi, turnamen yang diadakan setahun sekali oleh akademi mejik kerajaan.

    Turnamen ini sudah memasuki babak perempat final. Di atas arena berdiri 2 remaja yang usianya belum genap dua puluh tahun.

    Seorang remaja putri dengan wajah bak bidadari yang turun dari kayangan. Dia berdiri dengan tenangnya, tampak tak terpengaruh dengan teriakan-teriakan penonton yang terus mengelu-elukan namanya. Rambut panjangnya yang melambai tertiup angin yang seolah-olah ikut memberikan dukungannya, semakin membuat pemandangan terlihat lebih mempesona.

    Remaja itu adalah Eirin Aghweifv, remaja berusia 17 tahun yang menjadi kandidat terkuat memenangkan turnamen ini. Ia adalah seorang jenius yang menggemparkan akademi magic kerajaan sejak kedatangannya dua tahun lalu. Dengan sikap tenangnya yang bisa dibilang dingin bagaikan es, dia mengalahkan semua yang menantangnya duel. Dengan rekor tak terkalahkan sejak masuk akademi itulah dia menjadi kandidat terkuat pemenang turnamen tahun ini.

    Remaja yang menjadi lawan Eirin di babak semi final ini hanya bisa tersenyum masam saja mendengar teriakan penonton yang kebanyakan mengelukan nama lawannya. Dibandingkan dengan Eirin, dia memang bisa dibilang bukan siapa-siapa. Dia adalah Roen Rigrande, murid yang baru masuk tahun ini di akademi. Walaupun dia merupakan salah satu anak angkatan baru yang terkuat, dihadapan sang gadis jenius, ia bisa hanya dilihat sebelah mata.

    Ketika bel tanda dimulainya pertarungan, Roen mengambil inisiatif untuk menyerang duluan. Ia menganggap kalau terlalu banyak mengulur waktu akan memperkecil kemungkinannya untuk memenangkan pertarungan. Dia sadar diri, kalau lawannya lebih superior dari dia di segala bidang. Dia berharap sebelum lawannya familiar dengan kekuatannya, dia bisa mengalahkannya.

    Roen mulai mengumpulkan mana di sekitarnya. Mana merupakan suber energi yang terdapat di alam yang dapat digunakan untuk mejik.

    Mana yang berkumpul tersebut terfokus menjadi lima lingkaran disekitar tubuhnya. Tak berapa lama kemudian, gumpalan mana yang terhubung dengan Roen tersebut mulai membentuk hawa panas, berputar sedikit demi sedikit membentuk pijaran api, hingga akhirnya menjadi gumpalan api yang terus berputar. Ini adalah external mejik elemen api.

    Hampir bersamaan dengan terbentuknya api dari mana tersebut, Roen juga mengalirkan prana didalam tubuhnya untuk difokuskan di tangan kanannya.

    Hampir sama dengan mana, prana adalah sumber energi yang digunakan untuk mejik. Namun bedanya, prana berasal dari dalam tubuh manusia.

    Ketika Roen merasa prana di tangannya sudah cukup, dia mulai mengubahnya menjadi elemen es.

    "Swooosh!"

    Lima gumpalan api meluncur ke arah Eirin dengan cepat. Tak berjarak lama, es yang membentuk tombak yang berasal dari tangan kanan Roen mengikuti di belakangnya. Roen Hendak menggunakan serangan kombinasi external internal mejik!

    External internal mejik kombo, merupakan kombinasi antara eksternal dan internal mejik yang mempunyai efek yang saling melengkapi. Walaupun terdengar simpel, namun dalam kenyataanya hal ini sulit dilakukan. Mana dan prana, walaupun hampir sama, dalam pemrosesannya memerlukan penanganan yang berbeda. Karena diproduksi oleh tubuh, maka prana lebih mudah dikontrol dan digunakan. Sedangkan mana yang berada alam, selain lebih susah dikontrol, jumlahnya juga berbeda-beda di setiap tempat. Dua tempat yang berjarak beberapa meter bisa saja memiliki konsentrasi mana yang berbeda.

    Dan yang terpenting adalah timing! Dengan berbagai macam faktor ketidaktentuan dari external mejik, untuk memastikan agar external dan internal mejik tepat waktu saat mengenai sasaran, penentuan pelerasan serangan haruslah akurat. Dan tidak semua orang mempunyai kontrol external dan internal mejik yang bagus. Walaupun Roen adalah anak baru di akademi, dengan kontrol mejiknya yang bagus, bisa dibilang dia adalah salah satu jenius diantara murid baru tahun ini.

    Ketika serangan kombinasi Roen hampir mendekati Eirin, di depan Eirin mulai muncul batu-batu yang membentuk tembok. Tak berapa lama kemudian, mejik api Roen menggempur tembok batu dan menghancurkannya. Dan hanya sepersekian detik dibelakangnya, tombak es siap menerjang ke arah Eirin. Namun diantara celah sepersekian detik itu, tiba-tiba muncul pusaran api yang membesar seketika, menelan tombak es yang mengarah ke Eirin dan masih menyisakan api yang kemudian menyebar menjadi belasan butiran api. Butiran-butiran api tersebut kemudian mengerucut dan bergerak ke arah Roen.

    Merasa bahwa serangannya telah gagal dan lawan melakukan serangan balik, Roen segera bersiap untuk menangkis serangan lawan. Dari tangan kanannya, ia meluncurkan beberapa tombak es yang berukuran lebih kecil dari sebelumnya.

    Namun ketika es dan api bertemu dan meledak, tiba-tiba Eirin sudah berada di depen Roen. Dari tangan Eirin muncul percikan-percikan listrik. Dia pun mengayunkan tinjunya yang berisi aliran listrik ke dada Roen.

    Roen yang tidak megira kalau Eirin sudah berada didepannya tidak bisa berbuat apa-apa. Roen terpental sampai keluar arena. Untuk beberapa saat dia merasa mati rasa dan tak bisa bergerak.

    "Pemenang untuk pertarungan ini adalah Eirin Aghweifv!"

    Terdengar teriakan juri yang mengumumkan hasil pertarungan yang diikiti dengan sorakan dari penonton.

    Eirin membuktikan bahwa dirinya memang seorang jenius. Dari memotong serangan kombinasi lawan sambil menggunakannya untuk mengecoh lawan, kemudian diteruskan dengan memperkuat kakinya dengan element angin untuk mempercepat gerakan dan dengan sekejap sampai didepan lawan dan langsung mengakhiri pertandingan dengan satu pukulan.

    Mulai dari kontrol, timing dan efisiensi, hanya satu kata yang dapat menggambarkannya. Jenius.

    ***

    "Roen, gimana keadaanmu sekarang?"

    Seorang gadis berambut pirang sebahu dengan wajah agak khawatir memasuki tempat istirahat.

    "Sekarang udah agak mendingan. Walaupun sempat membuat sekujur tubuhku tidak bisa bergerak, serangannya tidak terlalu fatal. Setelah istirahat sebentar, kondisiku kembali normal."

    Aku mulai berdiri dan menghampiri gadis itu. Gadis itu adalah Linea Ishzar, pacarku sejak empat bulan yang lalu. Walaupun tidak secantik Eirin, diantara anak baru, Linea bisa dibilang salah satu yang tercantik.

    Aku beruntung bisa mengenalnya sejak minggu pertama masuk akademi, dan dua bulan kemudian berhasil menakhlukkanya menjadi pacarku.

    Hehe. Begini-begini, wajahku bisa dibilang diatas rata-rata. Digabungkan dengan bakatku dalam mejik tentu saja cukup untuk menakhlukan wanita.

    "Sekarang kita kemana, Roen?"

    "Ayo lanjut menonton sisa pertandingan saja."

    Walaupun sedikit kecewa dengan kekalahanku, aku harus tetap berpikir ke arah depan untuk meningkatkan kemampuan. Dengan semakin berkurangnya peserta yang tersisa, maka level pertarungan akan semakin tinggi. Aku bisa belajar banyak dari mengamati pertarungan yang lain!

    Dengan Linea berjalan disebelah kiriku, kami segera menuju kursi penonton.

    Dan seperti yang sudah diduga, Eirin menjadi pemenang diturnamen ini.

    ***

    Dua hari setelah turnamen, aku dan Linea pergi kencan melihat bunga Ceplukan. Bunga Ceplukan adalah bunga berwarna pink yang tumbuh dari pohon yang berbentuk silinder yang memanjang ke atas. Saat ini adalah waktu yang tepat untuk melihatnya, karena sebagian bunga akan gugur dan tertiup angin. Di tempat yang banyak pohon ceplukannya, guguran bunga-bunga tersebut akan tertiup angin dan menghasilkan pemandangan yang luar biasa cantik.

    Kami janjian untuk bertemu di samping gerbang akademi. Ketika aku sampai di sana, Linea ternyata sudah menunggu.

    Linea memakai atasan warna biru muda dengan hiasan berenda dan bawahan dengan warna yang sama. Dia terlihat sangat cute. Tampak beberapa orang yang lewat melirik ke arahnya.

    "Udah nunggu dari tadi?"

    Linea pun menoleh ke arahku dan wajahnya membentuk senyuman.

    "Belum lama kok. Baru nunggu bentar."

    Kemudian kami berangkat ke lokasi.

    Di area bunga ceplukan kami menggelar tikar dan bersiap untuk menikmati makanan. Berjarak tak begitu jauh, ada beberapa kelompok yang sudah menggelar tikarnya masing-masing dan menikmati makanan bersama orang-orang terdekatnya. Kebanyakan adalah murid akademi, karena lokasi tak begitu jauh dengan akademi.

    Setelah puas ngobrol dan menikmati pemandangan, kami bersiap untuk pulang ke akademi.

    Dari lokasi bunga ke akademi, ada beberapa jalan yang bisa ditempuh. Kami mengambil jalan yang melewati tempat tumbuhnya bunga Bulan. Malam ini adalah bulan purnama. Bunga Bulan akan layu saat bulan purnama. Walaupun merupakan jalur yang paling jauh, aku nurut saja karena Linea ingin melihat bunga Bulan.

    Ketika sampai di jalan dengan jurang di sebelah kiri dan tebing di sebelah kanan, tiba-tiba muncul beberapa orang yang meluncur dari tebing. Mereka memakai pakaian berwarna biru tua. Merasa ada sesuatu yang janggal aku berjalan di depan Linea.

    "Hati-hati. Sepertinya mereka berniat yang tidak baik."

    Sesaat kemudian, dari belakangku terdengar orang-orang yang merosot dari tebing.

    Aku berbalik dan melihat ternyata ada beberapa orang yang berada di antara aku dan Linea. Dikepung diantara tebing dan jurang, aku mulai mengumpulkan mana di sekitarku.

    "Lin-"

    Belum selesai aku memanggil Linea, salah seorang dari gerombolan berpakaian biru mulai menyerangku. Dari tangannya muncul bola api.

    Aku bersiap meluncurkan serangan dari tanganku. Namun tak ada apa-apa yang keluar dari tanganku. Aku pun kena serangan api dan terpental jatuh.

    Apa yang terjadi? Kenapa prana yang kukumpulkan tidak berubah menjadi elemen api seperti biasanya?

    Aku sekali lagi mencoba untuk menggunakan internal mejik. Dan hasilnya sama saja.

    Kemudian aku mencoba menggunakan eksternal mejik. Lagi-lagi hasilnya sama.

    Tiba-tiba dari belakang gerombolan berbaju biru terdengar suara.

    "Apapun yang kau lakukan, semua sia-sia. Kau tidak akan bisa menggunakan mejik hari ini."

    Suara itu tak terlalu asing di telingaku. Dengan agak kesulitan aku mulai berdiri. Dan benar saja, suara itu adalah suara milik Krom Radosan. Diantara aku dan Krom, orang-orang berbaju biru meminggir memberikan jalan.

    Krom Radosan, murid akademi satu tingkat di atasku. Dia adalah putra kedua dari keluarga Radosan, bangsawan dari kota Raogear. Setelah aku berpacaran dengan Linea, Krom mulai sering mengajak ribut denganku. Spertinya dia suka Linea. Dan di babak perdelapan final turnamen tahun ini, dia tak bisa berkutik melawanku. Mungkin hal ini semakin menambah dendamnya.

    Yang membuatku marah adalah Linea yang berada di sampingnya. Tangan kanan Krom memegang pundak Linea. Linea cuma bisa memandang ke bawah, ekspresi wajahnya tak terlihat dari arahku.

    "Bangsat kau Krom. Jauhkan tangan kotormu dari Linea."

    Mendengar teriakanku, Krom cuma tersenyum dengan lebarnya.

    "Habisi dia."

    Dengan aba-aba dari Krom, orang-orang berbaju biru itu mulai meluncurkan serangan-serangan mejik. Es dan api mulai menghantamku. Tubuhku pun roboh tah kuat menahan serangan yang bertubi-tubi. Lalu mereka mulai mendekat dan memukul dengan pukulan yang mengandung mejik.

    Setelah mereka berhenti memukul, aku merasa banyak tulangku yang patah. Untuk bergerak saja susah.

    Lalu mereka mambawaku ke tepi jurang. Aku melihat Krom dan Linea mulai mendekat.

    Setelah berjarak dua meter dariku, Krom berkata sesuatu yang menggetarkanku.

    "Makananmu telah diracuni dengan Arestacia, ya kan Linea."

    Otakku tiba-tiba seakan berhenti. Dan tubuhku dilempar ke jurang. Aku cuma bisa melihat senyuman di wajah Krom yang semakin melebar. Di samingnya aku akhirnya bisa melihat wajah Lestia. Mata kami bertemu. Walaupun raut wajahnya seperti biasa-biasa saja, dari matanya aku bisa melihat rasa bersalahnya.

    Arestacia, merupakan zat yang bisa menghentikan tubuh untuk mengubah prana menjadi elemen mejik. Biasanya digunakan dengan dicampurkan dengan makanan untuk menyamarkan baunya, jika tertelan akan mencegah seseorang menggunakan mejik.

    Makanan yang kumakan dengan Linea di lokasi bunga Ceplukan!

    Aku hanya bisa menatap Linea. Dari mulutku tidak bisa mengeluarkan suara apapun.

    Tubuhku semakin lama semakin dalam jatuh ke jurang. Orang-orang yang berada di tepi jurang semakin tak terlihat.

    Kenapa Linea? Kenapa???
     
    • Like Like x 1
  4. noprirf M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2014
    Messages:
    1,337
    Trophy Points:
    142
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +427 / -0
    ceritanya menarik juga :matabelo:
    openingnya tampak terburu2 sih menurutku. tapi cerita masih bisa dimengerti,
    dalam cerita, rasanya menarik nih :top:
     
  5. voiz M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Aug 4, 2009
    Messages:
    2,937
    Trophy Points:
    257
    Ratings:
    +80,726 / -81
    karena cerita utamanya kemungkinan beda banget dengan prolognya jadi dibikin cepat aja :lol:








    alasan sebenarnya sih kurang vocab buat nulis yg panjang2 :ngacir:
     
  6. Fairyfly MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 9, 2011
    Messages:
    6,818
    Trophy Points:
    272
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2,475 / -133
    ikut komen ya om voizvoiz :malu:

    konsep fantasynya lumayan menarik. meskipun aku gak begitu suka fantasy, tapi konsepnya keren. kalo boleh jujur, ada dua hal yang paling ganggu di cerpen ini :

    pertama, setahuku konsep fantasy yang bagus perlu dibarengi dengan penjelasan yang bener2 detail soal elemen2nya, dan bagian itu rasanya "off" disini. sebagai contoh, penjelasan soal mana yang cuma satu paragraf itu bener2 kurang. menurutku penjelasan tentang mana bisa lebih diperjelas daripada cuma sekedar "energi untuk mejik."

    kedua, plot yang kecepetan. mungkin ini akibat adegan2 action yang gak dibarengi ama diksi yang memadai, jadi pas baca bagian action terasa garing dan gak berkesan. akibatnya, tau2 adegan udah sampe mana aja. ada tips buat nulis adegan action. kalo berkenan, liat aja http://forum.idws.id/posts/28094028/

    berhubung orific maka gak bisa nilai isi ceritanya karena belum beres. keep writing yaa :maaf:

    berkunjung juga ke lonje atuh kk :hihi:
     
  7. voiz M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Aug 4, 2009
    Messages:
    2,937
    Trophy Points:
    257
    Ratings:
    +80,726 / -81
    lupa ngupdate ini fic :o
    #1
    it's magic. it doesn't explain sh*t. kl banyak penjelasan mekanismenya gk beda ama scifi.




    katanya gitu...

    well, sebenernya saya lebih suka yg mendetil sih. cuma kl info dump tiba2 rasanya agak gimana gitu. entar pelan2 dijelaskan sesuai dg kebutuhan aja. untuk mana entar ada scene yg lebih cocok buat penjelasan (dan mungkin gk seluruhnya dijelasin langsung semua).

    #2 kl ini karena saya emang baru pertama nulis cerita, jadi masih perlu banyak belajar :maaf: mungkin setelah beberapa chapter akan saya edit lagi.
     
    • Like Like x 1
  8. voiz M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Aug 4, 2009
    Messages:
    2,937
    Trophy Points:
    257
    Ratings:
    +80,726 / -81
    Chapter 1: The one whose body touched the death

    Aku membuka mataku. Aku mulai mengerak-gerakkan jari-jariku.

    Aku merasa ada yang aneh dengan tubuhku, tapi aku tidak tahu apa.

    "Akhirnya kau bangun juga."

    Terdengar suara yang datang dari arah kananku.

    Aku mencoba untuk bangun. Perlahan-lahan aku menggunakan kedua tanganku untuk mengangkat tubuhku.

    Setelah dalam posisi duduk, aku menoleh ke arah suara tadi. Sumber dari suara itu adalah seorang kakek tua yang tak kukenal.

    "Siapa kau?"

    Aku mulai mengamati area sekitar. Aku ternyata berada di sebuah ruangan dengan penerangan yang samar-samar.

    "Dimana ini?"

    Tempatku duduk adalah sebuah tempat tidur dari batu. Ruangan ini mempunyai satu pintu, tempat dimana kakek itu datang.

    Kakek itu berjalan mendekatiku. Dia berhenti ketika berjarak satu meter dari tempat tidurku.

    "Walaupun kuberitahu dimana tempat ini, kemungkinan kau tidak tahu. Yang lebih penting, bagaimana tubuhmu?"

    Mendengar kakek itu aku mulai mengamati tubuhku. Penglihatanku agak kabur. Aku mulai mengangkat tangan kananku sembari menggerakan ke kanan dan kiri. Sepertinya warna tanganku berbeda. Dan aku tak merasakan hawa panas dari tubuhku!

    Aku mencoba mencubit tanganku. Tak terasa apa-apa! Aku mencoba dengan beberapa bagian tubuh yang lain, dan hasilnya sama saja.

    Aku mulai panik.

    "A-apa yang terjadi dengan tubuhku? Tubuhku dulu tidak seperti ini! Aku dulu-."

    Tunggu dulu. Bagaimanakah tubuhku dulu? Bagaimana wajahku dulu? Apakah perasaan ini? Siapa aku?

    "Aaaarrgh."

    Ruangan itu penuh dengan teriakanku. Tak ada suara lain yang bisa terdengar.

    "Siapa akuuu? AAAAAAAAAAARGH."

    Dan akupun kehilangan kesadaran sekali lagi.

    ***

    Aku mulai tersadar. Aku mulai memikirkan apa yang terjadi dengan tubuhku. Namun tak ada satupun yang kuingat tentang diriku sebelum aku terbangun.

    Pelan-pelan aku mengambil posisi duduk. Sambil memikirkan apa yang harus kulakukan.

    Ya. Kakek tua itu. Mungkin dia tahu siapa aku. Aku harus mencarinya.

    Kemudian aku mencoba berdiri, turun dari tempat tidur batu itu.

    Dengan agak kesusahan, akhirnya aku bisa berdiri. Namun ketika mencoba berjalan, aku tidak bisa menahan keseimbangan tubuh dan terjatuh.

    "Ha."

    Aku menarik napas, mencoba sekali lagi untuk berdiri. Aku mengangkat kaki kananku, menggerakkannya ke depan. Satu langkah. Aku mengangkat kaki kiriki, kenggerakkannya ke depan. Dua langkah. AKu sekali lagi mengangkat kaki kananku. Tiga langkah. Namun setalah itu aku terjatuh lagi.

    Aku terus mencoba, sampai akhirnya bisa keluar dari kamar. Di luar kamar ternyata adalah sebuah ruangan yang berukuran besar. Dan di temboknya terdapat banyak pintu seperti pintu tempat kamarku tertidur.

    Di kejauhan sebuah pintu yang terdapat secercah cahaya. Kecuali pintu tempat aku keluar, pintu-pintu yang lain tampak gelap. Aku mulai berjalan ke arah pintu yang bercahaya itu.

    Setelah beberapa kali terjatuh lagi, aku akhirnya mulai menguasai keseimbangan tubuhku. Memasuki pintu yang ada penerangannya, akhirnya ku melihat kakek tua sebelumnya. Dia tampak meracik sesuatu.

    "Hei akhirnya kau terbangun juga. Dan tampaknya sudah familiar dengan tubuhmu." Kakek itu berhenti melakukan apa yang sedang dikerjakannya.

    "Kakek tua, apakah yang terjadi dengan diriku? Siapa aku?"

    Aku langsung memberondong kakek itu dengan pertanyaan.

    "Woa pelan-pelan bocah. Oke, aku akan memberimu penjelasan. Namun sebelumnya, minum dulu ramuan ini."

    Mendekati kakek yang menyodorkan sebotol cairan berwarna biru muda, aku mengambil botol tersebut dari tangannya.

    "Apa ini?"

    Aku masih belum mempercayai kakek ini.

    "Kau tak perlu tahu apa itu. Cukup meminumnya saja, itu baik untuk tubuhmu."

    Aku masih terdiam. Setelah beberapa detik, karena kakek itu masih tak berbicara apa-apa, aku meminum cairan dalam botol itu.

    Cairan itu tak berasa, seperti air putih saja. Tapi...

    Wooosh. Tiba-tiba terasa aliran dingin menyegarkan yang menjalar di sekujur tubuhku. Tubuhku yang masih agak susah dikendalikan menjadi normal.


    "Gimana, tubuhmu sudah bisa dikontrol kan? Seharusnya kau tidak bangun dulu sebelum minum ramuan tadi."

    Perhatianku kembali ke kakek itu. Di wajahnya terdapat senyuman yang seakan mengejekku.

    "Dengan ramuan tadi seharusnya juga menenangkan pikiranmu. Kau sudah ingat siapa dirimu kan?"

    Mendengar perkataan kakek itu aku berusaha menelusuri ingatanku untuk mengetahui jati diriku. Namun hasilnya tetap nihil.

    Walaupun tubuhku menjadi aneh seperti ini, aku yakin bahwa aku adalah seorang Humaga. Aku bisa mengingat hal-hal yang harus dilakukan. Namun ingatan tentang siapa aku tidak ada.

    "Aku tak ingat siapa diriku, kakek tua. Tapi aku tahu aku seorang Humaga. Iya kan?"

    Mendengar jawabanku, dahi kakek itu sedikit berkerut. Lalu dia menceritakan bagaimana dia menemukanku.

    Kakek itu berkata bahwa dia menemukan tubuhku di dahan pohon di lembah Harapan Akhir, kerajaan Ratanara lima tahun lalu. Karena luka yang sangat parah, kakek itu melakukan sesuatu yang mengubah hidupku selamanya. Tubuhku sekarang bisa dibilang bukan seperti Humaga biasa! Selama lima tahun terakhir, aku tak sadarkan diri. Ketika kutanya siapa dia, dia cuma menjawab kalau saat ini aku tidak perlu tahu.

    Dia menggunakan suatu teknik rahasia dari Dark Contina untuk menyelamatkan nyawaku. Dan teknik itu mengubah susunan tubuhku. Setelah kuamati sekali lagi, kulit di tubuhku terdapat retakan-retakan dengan panjang yang bermacam-macam.

    Ah. mejik. Perasaanku mejik adalah hal yang sangat penting bagi diriku. Aku mulai mencoba menggunakan mejik.

    Aku mulai mengalirkan prana di dalam tubuhku ke tangan kananku. Prana mulai mengalir, namun terasa pelan. Setelah cukup terkumpul di tanganku, aku mulai mengubahnya menjadi elemen es. Namun prana tersebut tidak berubak menjadi es, hanya hilang begitu saja. Aku mencoba sekali lagi, mencoba mengubah ke elemen api. Sama seperti sebelumnya, prana hilang begitu saja. Begitu juga dengan elemen tanah dan angin.

    Aku mulai panik. Lalu aku teringat dengan mana. Berbeda dengan prana, mana tidak berasal dari tubuhku. Mana ada di semua tempat. Di udara, di tanah, di air. Mana adalah salah satu bagian yang membentuk dunia ini. Asalkan tidak tercemar, mana bisa digunakan untuk sumber mejik!

    Perlahan-lahan aku mulai berkonsentrasi untuk mengumpulkan mana dari udara. Setelah beberapa saat, aku tak kunjung merasakan mana. Setelah berkonsentrasi sekali lagi, akhirnya bisa disimpulkan aku tidak bisa merasakan mana dari alam sekitar. Kalau di udara saja aku tak bisa merasakan mana, apalagi di air atau tanah yang lebih sulit untuk merasakan mana.

    Aku mulai meragukan ingatanku tentang mejik, apa itu merupakan ingatanku sendiri?

    Setelah membuka mata, aku menengok ke arah kakek itu.

    "Kek, aku mempunyai ingatan tentang menggunakan mejik, tapi aku tidak bisa menggunakkannya baik memakai prana atau mana."

    "Tidak ingat jati dirinya namun mengingat mejik. Sepertinya kau ini maniak mejik."

    Kakek itu hanya bisa tertawa setelah menjawabku.

    "Salah satu kekurangan dari tubuhmu saat ini adalah tidak bisa memanipulas prana atau mana menjadi 6 elemen. Sebagai gantinya, sekarang kamu bisa bermain dengan sesuatu yang lebih menarik, soul atau jiwa dalam bahasamu."

    Jiwa. Elemen mejik tidak bisa dimanipulasi di dalam tubuh yang hidup. Apalagi jiwa yang berada di dalam tubuh namun tidak bisa dipastikan tempatnya di dalam tubuh! Betapa dasyatnya jika jiwa bisa dimanipulasi.

    "Jadi aku sekarang bisa menyerang atau mengendalikan jiwa seseorang?"

    "Tidak semudah itu, bocah. Aku menyelamatkanmu karena kau punya potensi, namun hal itu tidak langsung memberikanmu kekuatan untuk menyerang jiwa seseorang. Untuk awalan sepertimu, harus dimulai dulu dari soul yang hampir menghilang seperti ini."

    Lalu kakek itu mengangkat tangannya. Tak berapa lama kemudian, muncul gumpalan hitam yang hampir transparan. Lama kelamaan gumpalan tersebut mulai kehilangan transparansinya dan mulai membentuk bagian ke atas dan ke samping kanan kiri. Dan hasil akhirnya adalah semacam makhluk hitam melayang tanpa kaki yang seluruh tubuhnya hitam.

    "Ini adalah Wraith, undead yang dibentuk dari sisa-sisa jiwa yang belum sepenuhnya menghilang. Aku akan mengajarimu cara memanggilnya jika kau memang ingin bergumul dengan soul. Sekarang tidur, tubuhmu masih perlu banyak istirahat. Jika kau ingin keluar dari sini, kau harus menguasai pemanggilan Wraith. Kalau tidak ingin mempelajarinya, kau akan selamanya berada di sini."

    Lalu kakek itu keluar dari ruangan dan menghilang di salah satu pintu.

    ***

    Sudah sekitar dua hari aku terbangun. Walaupun aku tak yakin benar tentang pergantian hari karena di sini tidak terlihat matahari, jam biologisku seperti merasakan sudah dua hari telah berlalu. Selama dua hari itu aku menelusuri ruangan-ruangan yang ada di bangunan ini. Bangunan ini terdiri dari satu ruanga yang besar dengan bentuk hampir lingkaran, dikelilingi oleh ruangan-ruangan kecil yang jumlahnya sekitar seratus. Selain pintu yang menghubungkan ruangan utama dengan ruangan kecil, aku tidak bisa menemukan pintu lain. Bangunan ini tertutup, tidak ada jalan keluar. Walaupun ada lubang-lubang kecil yang mungkin digunakan untuk sirkulasi udara, bangunan ini benar-benar tertutup.

    Aku juga berusaha mencari pintu rahasia, namun hasilnya mengecewakan. Beberapa kali aku bertemu dengan kakek itu, namun ia tidak melakukan apa-apa ketika aku mencari pintu rahasia. Kakek itu cuma berkata kalau aku ingin keluar, aku harus menguasai pemanggilan Wraith.

    Aku masih ragu dengan manipulasi jiwa. Dalam buku-buku disebutkan bahwa manipulasi jiwa adalah sesuatu yang terlarang! Tidak ada sesuatu yang lebih mengerikan selain jiwamu dikendalikan oleh orang lain.

    Namun pada saat aku melihat kakek itu memanggil wraith, sepertinya jiwaku bergejolak. Mungkin dalam alam bawah sadarku aku berpikir bahwa hal itu adalah sangat menarik! Dan dengan manipulasi jiwa aku bisa menjadi kuat, karena saat ini aku tidak bisa menggunakan mejik.

    Ah. Aku baru tersadar kalau pikiranku seperti itu. Aku tidak tahu bagaimana kelakuanku sebelum hilang ingatan. Baik atau buruk, siapa yang tahu. Mungkin aku dulu adalah seseorang yang haus kekuatan. Mungkin aku telah melakukan banyak kejahatan, hingga aku mendapat karma jatuh ke jurang.

    Aku masih belum bisa mengambil keputusan.

    Baru sehari setelahnya, setelah lama berpikir, aku akhirnya memutuskan untuk menerima permintaan kakek itu dan keluar dari sini. Lalu aku akan mencari tahu jati diriku.

    ***

    "Akhirnya kau sudah memutuskan mempelajari necromancy. Yang pertama dilakukan adalah mencari sisa soul yang belum sepenuhnya menghilang. Sperti saat merasakan mana, kau juga bisa merasakan soul di sekitar. Biasanya berada di dalam tanah, walau kadang ada yang masih berada di udara. Cobalah mencari soul, memang untuk pertama agak sulit."

    Aku mulai berkonsentrasi mencari soul. Namun setelah mencoba, baik di dalam tanah maupun udara, aku masih belum bisa merasakan apa-apa.

    Setelah waktu yang cukup lama, mungkin sekitar satu hari, akhirnya aku merasakan sesuatu yang berdenyut dengan aura yang agak panas. Ketika aku mulai mencoba meraihnya, tiba-tiba aku tersentak dan membuka mata. Aku kemudian mulai mencari kakek tua itu.

    "Sepertinya kau sudah bisa merasakan soul. Untuk mengubahnya menjadi wraith, kau harus memberinya prana dari dalam tubuhmu. Jangan dikumpulkan terlebih dulu di salah satu bagian tubuhmu, tapi langsung dialirkan dari seluruh badanmu ke soul yang kau temukan. Ketika memasuki soul, kau harus membentuknya mejadi seperti wraith ini."

    Kakek itu sekali lagi memanggil wraithnya.

    Aku mencoba mengikuti instruksi kakek itu. Sekali, dua kali aku tak berhasil dan koneksi pranaku terputus di tengah jalan. Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya aku bisa membentuknya menjadi wraith seperti kakek itu!

    "Tak terlalu buruk juga kecepatanmu dalam menguasai teknik ini. Coba kau panggil sebanyak mungkin wraith untuk mengetes kapasitas maksimal wraithmu."

    Lalu aku kembali mencari soul, mengubahnya menjadi wraith dan memanggilnya ke atas. Setelah memanggil 14 wraith, aku tak bisa lagi mengubah soul yang ke 15. Saat ini kapasitasku adalah 14 wraith.

    "Hmm 14. Ok besok kau bisa keluar dari tempat ini. Oh iya, tubuhmu saat ini bisa bertahan tanpa makanan selama seminggu. Sebaiknya setelah keluar dari tempat ini, kau mencari makan."

    "Kek, kenapa kau menyelamatkanku dan mengajariku hal ini?"

    Aku tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan kakek itu terhadapku.

    "Anggap saja karena aku melihat potensi dalam dirimu dan sepertinya sia-sia kalau tak digunakan."

    Jawab kakek itu sambil tertawa dan berjalan keluar ruangan.
     
    • Like Like x 1
  9. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    hmm....vibe secara general ini cerita jd bikin gw keinget ma dark souls. bagian ch. 1 ngingetin gw ama catacombs nya dark souls pertama.

    konsep kombinasi magic nya rada mirip ma yg ada di magicka, cuman klo di magicka pake manipulasi api sama es jadi saling cancel sepertinya. mungkin kalo pake fire + water + arcane + lightning + lightning si mc nya bisa oneshot itu musuh (jurus super steam beam op).

    it's an interesting concept. awalnya gw rada sensi pas masuk chapter 1 gara2 dolo ada yg bikin cerita serupa tentang turnamen mejik, terutama pada karakter2 nya yg dibikin all perfect gitu, tapi di sini eksekusinya jauh lebih baik karena development nya.

    dan detil seperti ini gk terlalu berlebihan sih dan justru ngejelasin hal2 penting di cerita, gk kayak cerita yg itu, udah boros detil ngebacanya gk kerasa kek ada sesuatu yg penting. diksi yg digunakan ama susunan bahasa menurut gw gk masalah, udah termasuk bagus dan mayan gampang dimengerti buat gw. yg penting ya ceritanya aja. malahan, gw lebih suka pake diksi sederhana aja, sisanya bisa dibayangin sendiri.

    ya mungkin gw interest karena vibe dark souls nya tadi. it's a good work and it's entertaining.

    kalo buat cerita pertama ya ini udah bisa dibilang mantab, klo gw sendiri ya cerita pertama nya ancur lebur gak karuan sama sekali.
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.