1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Official Short Story Fiesta ~ Mari Menulis Cerpen dan Membuat Antologi Bersama

Discussion in 'Fiction' started by Fairyfly, May 17, 2015.

  1. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    hahaha mungkin lagi korslet pas nulis itu kalimat :lol:

    sebenernya yg kepikiran itu bagian anehnya dulu trus baru dihubungin ke konsep awal. mungkin klo ada waktu trus word limitnya gk ada bisa dikembangin bt bagian yg lbh serius :haha:

    anyway thx a lot bt baca :top:
     
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. noprirf M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2014
    Messages:
    1,337
    Trophy Points:
    142
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +427 / -0
    Gerhana Matahari
    Genre: Slice of Life

    [​IMG]

    Bel berbunyi panjang menggema. Riuh rendah terdengar menyusul di seluruh kelas. Pelajaran di sekolah pun usai. Tampak satu persatu murid mulai melangkah pergi.

    "Jaka, ada rencana buat gerhana matahari nanti?" ucap Budi di sampingku. Ia merupakan pencari berita sekolah, sama seperti diriku.

    Aku sedang merapikan buku milikku. Terasa agak berat, namun tetap kucoba mengalihkan pandangan padanya. Sedikitnya aku mengerti, gerhana matahari sudah sering dibicaraan akhir-akhir ini. Kami bermaksud untuk memasukkan berita itu di mading sekolah. Maka, ku tak boleh menyiakan kesempatan ini begitu saja.

    "Apa kita pergi ke lapangan saja?" kataku memberi usul.

    "Lebih baik kita ke rumah Willi! Halaman rumahnya lumayan luas. Teman-teman yang lain juga ke sana." ujar Budi menjelaskan.

    Aku berfikir sejenak. Gerhana matahari memang memberi kesan untukku. Ketika menyaksikan di lapangan luas nanti, itu sebenarnya sudah lebih dari cukup. Tapi, tak mungkin bila hanya aku di sana. Pasti akan ada ratusan orang di sekelilingku. Tentunya, jauh lebih baik bila melihatnya bersama teman yang lain. Lagipula aku juga sekalian mewancarai temanku juga.

    "Baiklah Pagi nanti aku akan ke sana." ucapku menyetujuinya.

    Kulangkahkan kaki meninggalkan kelas. Terasa cahaya mentari menghangatkan tubuhku. Semakin bisa kudengar kendaraan yang berderu. Sekali-sekali kubuka layar smartphone, mencoba mencari tahu sebanyak mungkin tentang fenomena yang terjadi nanti.

    Aku pun mulai mengetahui, gerhana matahari bisa terjadi di setiap tahunnya. Hanya saja, gerhana matahari total yang sedikit berbeda. Ia muncul ketika beberapa gerhana matahari lain telah terjadi. Ditambah lagi, butuh beberapa puluh tahun agar bisa terjadi gerhana di tempat yang sama. Maka, aku harus punya persiapan bagi fenomena yang sulit kulihat untuk kedua kalinya.

    Esoknya, aku mulai bersiap. Segala yang dibutuhkan telah berada di dalam tas. Kamera menjadi benda yang tak luput dari perhatianku. Kusadari gerhana terjadi di waktu pagi. Maka sebisanya, aku harus bangun lebih awal dari hari-hari sebelumnya. Untungnya hari ini adalah hari libur, jadi aku tak perlu khawatir dengan sekolahku.

    Begitu aku keluar dari kamar, televisi tampak sudah menyala. Diriku tertegun. Kulihat adik perempuanku tengah menonton berita tentang detik-detik terjadinya gerhana matahari.

    "Kakak mau kemana?" tanya adikku keheranan.

    "Lihat gerhana bareng teman yang lain. Kamu enggak mau lihat bareng teman-temanmu juga?"

    "Kak, hati-hati! Kata teman-teman yang lain bahaya. Aku Jadi takut, kak! Nanti aku di rumah saja." ucapnya memberi peringatan padaku. Walaupun kata-kata itu terasa menggelitik. Aku sedikitnya mengerti kekhawatirannya. Perlahan ku mendekat, sambil menelus pelan rambutnya.

    "Enggak usah khawatir, kalau di saat gerhana matahari total tengah terjadi, mata sudah bisa melihat secara langsung. Jadi, enggak terlalu bahaya, kok!" ucapku menjelaskan.

    "Tapi, kakak tetap hati-hati, ya!"

    "Iya, nanti kakak hati-hati!" ucapku yang langsung memberi cubitan kecil di pipinya. Ia pun membuang muka tak menghiraukanku. Wajahnya tampak kesal masih begitu menggemaskan ketika ia mengebungkan pipinya. Seketika, aku bergegas pergi meninggalkannya.

    Dulu pada tahun 1983 gerhana matahari total pernah terjadi di Indonesia. Hanya saja, kejadian waktu itu begitu heboh. Sampai-sampai, ada sebuah larangan dari pemerintah. Bila menyaksikan gerhana matahari akan berakibat kebutaan. Namun, itu tak seutuhnya benar. Bila matahari sudah tertutup seluruhnya, mata sudah bisa melihatnya. Bahkan, entah datang dari mana asalnya, tersiar kabar kalau ibu yang sedang mengandung bila melihat gerhana matahari, maka anak yang terlahir akan mengalami kebutaan. Hal itu jelas-jelas bagiku tak masuk akal.

    Untuk menuju ke rumah Willi tak terlalu jauh dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Dalam perjalanan, wajah orang asing banyak terlihat. Berbaur satu dengan yang lain dari berbagai tempat. Aku teramat yakin beberapa dari mereka adalah wisatawan asing, peneliti, pencari berita dan bahkan mahasiswa sekalipun.

    Fenomena ini memang menarik perhatian banyak orang, khususnya pihak NASA. Merekalah yang memberitakan gerhana matahari akan melewati daerah kami. Perjalanan mereka memiliki arti penting. Mereka meyakini dengan meneliti gerhana matahari, mereka akan menguak hal yang mampu mengacaukan gelombang komunikasi yang dikenal sebagai bagai matahari.

    Tiba-tiba getaran smartphone dari saku celanaku yang langsung mengalihkan perhatianku. Sederet nama Budi tampak di layar dan sepertinya dia sedang memanggil. Segera, layar kusentuh dengan jemariku, menerima panggilan, lalu membawanya ke telinga.

    "Halo, Budi!"

    "Kamu lama sekali, Ka. Teman yang lain sudah sampai di sini tahu!"

    "Tunggu sebentar lagi. Aku lagi ada di jalan. Sebentar lagi aku akan sampai di sana." balasku langsung.

    "Baiklah, kamu cepat datang ke sini. Aku tunggu ya!",

    "Iya, aku akan segera ke sana!" ucapku sambil menutup panggilan darinya.

    Aku mulai memandang ke langit. Semburat terang terlukis bersama birunya langit di atas sana. Ku melihat cakrawala, terlihat mentari sebagian masih tertutupi. Aku merasa, gerhana matahari akan terjadi tak lama lagi. Pikiranku membuncah. Aku harus segera sampai di sana. Tak ingin Budi yang mengerjakan semuanya sendirian. Segera langkah kupercepat dan mulai berlari. Nafasku seakan berburu. Degup jantung berdetak tak menentu. Terasa semakin berat di tiap ku melangkah maju.

    Tak lama aku pun sampai. Letih menjangkit ke seluruh tubuhku. Lututku terasa lemas. Segera aku duduk beristirahat. Keringat mulai bercucuran di dahi. Aku melihat sekeliling. Ternyata memang benar, Budi dan beberapa teman sekelas sudah datang. Aku pun mengeluarkan kamera dari dalam tas. Tentunya jauh-jauh hari sudah kusiapkan semuanya. Sebuah kamera dengan resolusi tinggi sengaja dibeli khusus untuk mengabadikan fenomena yang nanti akan terjadi.

    "Kameramu kau bawa? Kau tidak meninggalkannya, kan!" seru Budi di kejauhan.

    "Tentu saja, aku membawanya!" ucapku sambil menggerakkan kamera di tangan kananku. Tampak ia juga membawa kamera di genggamannya. Terkadang, Ia membawanya untuk membantuku mengambil gambar.

    Sepertinya aku datang tepat waktu.

    Tak lama, bulan menutupi matahari sedikit demi sedikit. Sinarnya masih menyilaukan di mataku, namun perlahan terasa kian redup. Aku pun langsung membidikkan kamera ke langit sana. Aku bisa merasakan hawa dingin yang semakin menyelimuti tubuhku. Lalu perlahan langit berubah menjadi gelap, dan akhirnya matahari tertutup seutuhnya.

    Aku melihat takjub. Begitu indah dan mempesona. Seakan kulihat langit yang begitu berbeda dari yang biasa kulihat sebelumnya. Aku terus membidik di balik kamera, mencoba mengambil gambar terbaik yang kubisa. Terus saja ku mengambil gambar, satu-persatu kilatan kamera terjadi. Tampak yang lain pun sedang mengambil gambar, ada pula yang merekam lewat smartphone miliknya. Semua seakan memiliki maksud yang sama, yaitu mengabadikan momen yang terjadi di langit sana.

    Setitk cahaya mulai hadir. Langit gelap pun perlahan memudar, berganti dengan langit yang biru. Tak berselang lama, cerah pun kembali datang. Kerja kerasku pun terbayar. Semua gambar terbaik berhasil kudapatkan. Gerhana matahari pun telah terlewati. Walaupun hanya sekejap saja, semua menjadi kenangan yang takkan pernah bisa aku lupa.
     
    • Like Like x 2
    • Setuju Setuju x 1
    Last edited: Apr 1, 2016
  4. mabdulkarim Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 4, 2012
    Messages:
    171
    Trophy Points:
    41
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +49 / -0
    Lumayan menghibur ceritanya. Udah lumayan bagus penggunaan diksinya dan sepertinya ane kalah jauh sama ente ..
    ngomong-ngomong entah buru-buru ada bagian yang mesti diperbaiki contohnya ""Baiklah Pagi nanti aku akan ke sana." ucapku menyetujuinya."
    kurang titik.
     
    • Like Like x 2
  5. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    welp, awalnya gw nyangka bakal ada cerita supernatural macam sinetron Gerhana yg populer pas dolo.

    intinya jalan cerita bisa dimengerti dan cukup simpel. cuman ini cerita kurang nyaman buat gw baca lantaran kalimat nya dipotong pendek semua pada tempat yg gk pas, jadi kek si narrator ngomongnya patah-patah trus. ada yang bisa dihubungin pake tanda koma dijadiin tanda titik semua.

    peduli amat ama aturan kalimat efektif. buat gw itu kalo ngebacanya serasa natural kek itu orang lagi ngomong ato menceritain sesuatu dengan lancar itu udah termasuk mantap buat gw :top:
     
    • Like Like x 2
  6. sherlock1524 MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 26, 2012
    Messages:
    7,159
    Trophy Points:
    242
    Ratings:
    +22,538 / -150
    haha, sama dengan mod. kukira kamu mw bikin gerhana indosiar :lol:

    ceritanya straight. lbh kek experience penulisnya kah. tulisannya rapi sih menurutku. itu aja kyknya. :hmm:

    --

    4 hari lagi selesai. 5 submitan story great :top:

    bsa mulai cari tema selanjutnya dan host slanjutnya.
     
    • Like Like x 1
  7. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    mau bikin tema tentang kematian gk :bloon: soalnya lalat keknya lagi terobsesi ama hal2 gitu juga :hihi:

    ya sekalian soal'e dia bt kali ini blom bisa submit, jadi kasih yg bikin dia bisa total buat.
     
    • For The Win For The Win x 1
  8. sherlock1524 MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 26, 2012
    Messages:
    7,159
    Trophy Points:
    242
    Ratings:
    +22,538 / -150
    uwah kematian :kaget dark :kaget: dark amat temanya :kaget:

    ya boleh aja kyknya :iii: summon FairyflyFairyfly.
     
  9. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    well sebenernya itu idenya ngambil dari sebelah juga sih :cambuk:

    ato biar gk sama persis mau diganti jadi undead gitu, artinya yang mati idup lagi :bloon:
     
  10. Fairyfly MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 9, 2011
    Messages:
    6,818
    Trophy Points:
    272
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2,475 / -133
    wogh, kematian, desu ne, sasuga high_timehigh_time selalu mengerti apa yang aku suka :matabelo:

    kalo dipikir2 fic2 yang aku buat ujung2nya selalu ada hal itu kan :matabelo:

    hemm, setuju ama mod sih, sesuatu yang berhubungan dengan kematian aja temanya :matabelo:
     
  11. sherlock1524 MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 26, 2012
    Messages:
    7,159
    Trophy Points:
    242
    Ratings:
    +22,538 / -150
    oh oke dh klo gitu. Ketten :gotdrink:
    'Death'
     
    • For The Win For The Win x 1
  12. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    ngomong2 soal death, ini gw ada cerita yg klo gk salah pernah gw baca di komik paman gober.

    ceritanya itu ada sekumpulan orang yang terjebak di limbo, semacam tempat pertengahan antara dunia orang hidup ama akhirat. udah lama banget mereka ada di sana sampai rasanya mereka jadi desperate banget pengen kembali ke dunia nyata. mereka siasati dengan menggunakan ilmu telepati agar seluruh penduduk duckburg menyalakan lampu sehingga mereka dapat berpindah tubuh ke penduduk kota.

    klo gk salah itu ceritanya tentang mickey mouse yg gk terkena pertukaran tubuh lantaran pas di situ dia lagi keluar naik mobil, dan dia mendapati bahwa kota bener2 terang benderang. akhirnya pas dia menyadari semua ini dia dikejar2 ama para orang limbo yg bertukar tubuh ma penduduk duckburg sampai dia ketemu goofy, yang ternyata di dalamnya itu salah satu pelawak terkenal di limbo yang ingin ngebantu mickey mouse buat mengembalikan penduduk duckburg.

    akhirnya mereka berdua berhasil mengembalikan orang2 itu ke limbo dengan mematikan power plant duckburg. dan si pelawak masih berjuang untuk menghibur mereka yang sedih di sana, sampai akhirnya mereka dapat pergi ke akhirat (entahlah klo soal endingnya, gk terlalu inget gw)
     
  13. Fairyfly MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 9, 2011
    Messages:
    6,818
    Trophy Points:
    272
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2,475 / -133
    ...yoku wakannai kedo :swt: ndak begitu mengerti, but di akhir lucu juga lliat gimana effort si jin yang keknya abis2an buat jadi sosok lain :lol:

    flowing, lalala, flowing, cerita perjalanan di bis, flowing, i'm flowing, i'm flying, wuzzh!

    bacanya berasa kek liat laut yang ombaknya keciiiill banget :hmm: aman, damai, datar, flat.

    dat ending tho :swt:

    yah, mirip2 iican, sou kamo shirenai :iii:
     
    • Like Like x 3
  14. noprirf M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2014
    Messages:
    1,337
    Trophy Points:
    142
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +427 / -0
    harus lebih hati2 keknya nulisnya, :oggaring: makasih untuk perbaikannya:oglapar:

    thanks mod high:ogmatabelo:
    ya, keknya ini udah maksimal deh, nanti ane coba lebih baik ke depannnya:oghormat:

    ada gerhana di indosiar baru tahu aku :XD:

    ia tah, :ogbloon: thanks udah baca :oggenit:
     
  15. noprirf M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2014
    Messages:
    1,337
    Trophy Points:
    142
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +427 / -0
    ane mau komen dulu dah :ogbloon:

    mabdulkarimmabdulkarim
    ane suka cerita action sih, malah suka pas baca ceritanya :ogblink:
    tapi mungkin ada baiknya kamu tak perlu terlalu memaksa. bila memang si mc gak kuat menghadapi konflik, buat bad ending pun. jadi, kekuatan cerita bisa dibuat dengan plot yang kuat. ending biarkan cerita mengalir apa adanya

    terkadang bila terlalu mustahil untuk di hadapi buat bad ending juga tak buruk. cerita yang mampu menampilkan si jenius sherlock holmes saja mc-nya dibuat tewas. tapi karena sedikit fantasi dan endingnya hanya mimpi, apapun bisa terjadi sih :ogbloon:
    asalkan, jangan buat semua konflik bisa terselesaikan hanya dengan kebetulan itu aja :ogbye:.

    merpati98merpati98
    tentang hujan, penyampaiannya bagus mungkin karena flashfic jadi penyampaiannya singkat. ane suka cara penulisannya :oggenit:

    high_timehigh_time
    gak bisa diperkirakan, ane kira arah cerita bisa berkaitan ala dongeng 1001 malam dengan cerita aladin, ada bagian yang agak sulit. tapi oke, ane cukup enjoy bacanya :oggenit:,

    sherlock1524sherlock1524
    cerita slice of life, rasanya si MC hanya ikuti keadaan karena tak tahu dimana ia bisa beli buku yang ia inginkan, tapi untuk cerita slice of life ane suka deh :ogmatabelo:
     
    • Like Like x 3
    • Thanks Thanks x 1
    Last edited: Apr 4, 2016
  16. sherlock1524 MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 26, 2012
    Messages:
    7,159
    Trophy Points:
    242
    Ratings:
    +22,538 / -150
    • Like Like x 1
    • For The Win For The Win x 1
  17. Fairyfly MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 9, 2011
    Messages:
    6,818
    Trophy Points:
    272
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2,475 / -133
    okelah berhubun iican udah tutup tema, saya buka tema baru :rokok:

    Whenever there is a begining, there would be an end...
    so, in this moment, I would just want to say :

    [​IMG]
    YOLOOOOOOO!

    okelah joke aside :lol:

    saya pribadi mengartikan You Only Live Once, abrreviated as YOLO, sebagai sebuah renungan tentang kehidupan. Yup, kita semua hanya hidup satu kali, sebelum wafat. ngomong2 soal wafat, iican dkk request tema fic berikutnya tentang kematian lol, karena itu, saia buka tema berikutnya. eng...ing...eng...

    THIS MONTH'S THEME

    [​IMG]

    DEATH


    as usual, 500-1500 kata, timeline s/d 15 Mei, dan jangan tanya kenapa saia pasang poto Miyazono Kaori sebagai latarnya :piso:

    oke, begin as of now :hmm:
     
    • Like Like x 2
  18. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    Kematian Pohon Ayam

    Beberapa hari lalu, pohon di kebun kami layu dan tak dapat tumbuh kembali. Biasa kami memetik chicken nugget yang bisa langsung dimasak dan rasanya sungguh enak. Belum lagi nugget itu sepertinya ada banyak kandungan gizi, terbukti dengan kakek kami yang awalnya tak bisa berjalan lancar, kini tiap hari lari marathon keliling desa.

    Ya, khasiat tanaman nugget itu berdasarkan info dari nenek tetangga yang terlihat sudah cukup jenuh mengurus suaminya, kira-kira ia seumuran dengan kakek juga.

    Menyikapi kematian pohon nugget, kakek menjadi demikian terpukul. Makanan yang mengembalikan semangat mudanya kini tak dapat dipetik kembali.

    Ya sudahlah, kami putuskan saja untuk beli lagi pohon ayam itu di toko kebun kampung sebelah. Setelah bercakap sejenak dengan pemilik toko, ia bilang pohon itu salah satu tanaman yang punya batas umur. Paling lama hanya dapat bertahan selama tiga tahun. Pohon kami telah ditanam dua setengah tahun sih.

    Kontras dengan pohon itu, usia kakek sudan seratus tahun. Kakek seringkali mengeluh bahwa ia ingin kembali bekerja dan ingin terus muda selamanya.

    Sambil menunggu pohon tersebut cukup besar untuk berbuah, yang kira-kira terjadi selama dua bulan, kakek mendapat kiriman rutin berupa nugget dari toko kebun kota sebelah. Kadangkala, saat pagi tiba, aku ikut marathon dengan kakek ke kota sebelah, dimana ia menghampiri toko kebun untuk bercakap sampai menjelang siang.

    Pemilih toko kebun berusia sama dengan kakek, namun rupanya seperti seorang gadis kecil. Ia mengurus toko ini seorang diri karena saudaranya sudah pada meninggal semua dan yang lain tidak ada yang mau menggantikan posisinya mengurus toko. Bahkan anak cucunya sendiri lebih memilih untuk tinggal di kota, jauh dari kedamaian desa.

    "Kalau kakek terus hidup lama, satu persatu orang yang kakek cintai akan mati, dan akhirnya kakek bakal hidup sendiri terus, seperti aku." ujar pemilik toko kebun.

    Melihat pemilik toko yang sungguh kesepian, kakek merasa sungguh iba, namun hal ini lebih pada kakek yang juga kesepian karena ditinggal nenek semenjak duapuluh tahun lalu.

    "...kau bisa bersamaku--"

    "Tapi aku ini juga kakek-kakek, dan aku bukan homo loh."

    "Eh..."

    "Bercanda kok. Aku sudah kesepian terlalu lama, aku tak dapat percaya dengan hal semacam itu lagi. Tapi ya, terima kasih."

    Senyum manisnya menghangatkan segala raut muka kecewa di keriput kakek.

    "Aku akan datang lagi." ujar kakek, pergi duluan meninggalkanku.

    Sebenarnya aku ingin segera menyusul kakek, namun aku sungguh penasaran—apakah benar gadis kecil yang begitu manis seperti dia ternyata kakek-kakek juga?

    "...Anu..."

    "Hai adik manis, bila aku bisa memilih, aku ingin menikah sama gadis muda sepertimu saja."

    Nada suara imutnya terdengar seperti kakek-kakek saja.

    "Ahahaha...terima kasih, tapi 'nona' terlalu berpengalaman untuk saya."

    "Jangan begitu! Punyaku masih kencang kok! Aku masih memainkannya setiap hari."

    "....tolonglah."

    Aku masih belum genap berusia limabelas tahun dan kau sudah mengincarku.

    Tanpa berpikir dua kali aku kemudian lari keluar dari toko dan langsung menyusul kakek, yang berjalan begitu pelan hingga dari luar toko masih kelihatan jelas di kejauhan.

    Melihatku berlari kearahnya, ia berteriak:

    "Oi, kenapa buru-buru?"

    "...pemilik toko itu ternyata pedofil."

    "Biasa saja sih, lagian kamu bukan anak-anak lagi."

    "...iya tapi meski begitu manis dan imut, ia seram sekali. Jangan biarkan aku sendirian lagi dengannya, kek."

    "Hmph, dan saat aku coba menggodanya dia malah menolak! Tidak, biarin saja kau diperkosa sama nona kecil itu!"

    Kata kakek sambil berlari begitu kencang sampai debu beterbangan ke segala arah pada tempat ia berpijak. Pemandangan yang sungguh ajaib mengingat usianya yang sudah seratus tahun.

    Sesampainya di rumah, kakek terlihat mengenakan ikat kepala merah, dan kepadaku ia berkata:

    "Bila aku tak bisa memikat hati gadis kecil, maka aku akan berjuang memikat om-om tampan."

    Sejak saat itu kakek menjadi populer di kalangan om-om tampan.

    ...tapi aku akhirnya hamil setelah ditawari permen oleh nona pemilik toko itu dan....

    Aku tak ingin mengingatnya lagi.

    Fin
     
    • Like Like x 2
  19. mabdulkarim Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 4, 2012
    Messages:
    171
    Trophy Points:
    41
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +49 / -0
    Genre:Sejarah
    (coba-coba bikin cerita anatologi pakai peristiwa sejarah... Jadi mirip esai sekilas :iii:
    Courthope di Run


    23 Desember 1616, dua kapal berbendera St. George sampai di depan pulau Run, sebuah pulau kecil di kepulauan Banda. Nathenial Courthope bersama anak buahnya diterima dengan baik oleh orang setempat. Setelah beberapa ramah-tamah untuk mengenal satu sama lain, Courthope di kapalnya, Swan, mengundang orang-orang Kaya selaku orang-orang tinggi di pulau Run.


    “Orang-orang Banda benci dengan Belanda! Mereka licik nan kejam dan kasar sehingga membuat saudara-saudara kami seperti di pulau Ai melarikan diri ke sini!” jelas orang kaya kepada Courthope lewat bahasa isyarat tangan dan Courthope bisa memahami maksud dari orang Run ini. Kalau memakai bahasa Melayu, mereka tak akan mengerti –karena dominan bahasa Melayu paling ujung timur sampai di Halmahera, bukan kepulauan Banda– apalagi bahasa Inggris! “Memang mereka tak seperti Portugis yang menyebarkan Katolik dan mengganggu agama kami sehingga pada awalnya kami dan pulau-pulau lain menerima mereka dengan baik, tapi pada akhirnya kita dikelabui dan dipaksa untuk berdagang hanya untuk Belanda dan mengancam kami karena kami menjual pala untuk makanan! Oleh karena itu kami harap kalian, Inggris, bisa melindungi kami. Kami sudah lelah melawan Belanda!”


    Courthope agak sedikit kurang yakin dengan loyalitas orang Run, akhirnya para orang kaya terus meyakinkannya bahwa Run dan para pengungsi Ai loyal dengan raja James selaku penguasa Britania Raya. Akhirnya Courthope menyuruh anak buahnya untuk membuatkan surat penyerahan Run kepada Inggris. Dalam perjanjian tersebut, Courthope menambahkan beberapa persyaratan untuk menghormati orang-orang Run seperti menjaga propeti mereka.


    Setelah ditandatangani para orang kaya, Courthope pun berkata kepada para orang kaya lewat bahasa isyarat juga yang bercampur Inggris juga, “Tenang, kami akan melindungi pulau Run dari orang-orang Belanda. Atas nama Raja James, Inggris akan melindungi pulau Run dan Ai selamanya.”

    Memang mereka tak mengerti maksud Courthope, tapi menyebut kata-kata“melindungi Run dan Ai” membuat gembira orang-orang kaya. Sementara itu, para anak buah Courthope berandai-andai profit-profit yang bisa mereka dapatkan dari Pala pulau ini.


    “Pasti lebih menguntungkan ketimbang Skotlandia,” seloroh salah seorang anak buah disambut tawa rekan-rekannya.


    Sebagai tanda rasa kesetiaan orang-orang Run, mereka memberikan Pala.


    Di tengah kesenangan para anak Courthope dan orang-orang Run, saingan mereka, VOC yang bermarkas di Ambon dan cabangnya, benteng pulau Neira tak akan tinggal diam. Tinggal menunggu waktu saja mereka beraksi merebut pulau tersebut dan Nathenial Courthope tak akan membiarkannya!


    ***

    Saat ini, East India Company tertinggal jauh dari rival terbesar mereka, VOC. Memang, pedagang-pedang Inggris di akhir abad ke-16 berpikir ada jalur singkat ke kepulauan rempah-rempah dari utara dan seperti yang bisa ditebak, semua ekspedisi mereka gagal karena semua kapal mereka karam di laut kutub dan kru-krunya kebanyakan mati kedinginan. Akhirnya. EIC memutuskan mengikuti jalur tropis lewat Tanjung Harapan, Aden di Yaman, Surat di India, Banten, dan terakhir kepulauan Maluku. Di negeri kepulauan ini, para pelaut EIC dan bangsa Eropa lainnya harus menghadapi penyakit tropis yang mematikan dan perjuangan mereka bertambah berat menghadapi saingan terberat mereka, VOC.


    Dengan kantor di Banten, Courthope bersama armadanya dikirim ke pulau Run untuk menyelidiki pulau Pala ini dan sambutan hangat penduduk setempat. Untuk memperkuat kekuasaan Inggris, Courthope bersama beberapa anak buahnya berkeliling pulau Run.


    Pulau Run cukup kecil. Luasnya hanya sekitar 36 kilometer persegi dan yang ada di pulau ini hanyalah pala, kelapa, dan sagu sehingga pulau ini tergantung makanan dan air dari luar sehingga penduduk Run menukar Pala dengan makanan dari dulu hingga sekarang.


    “Pulau ini memiliki pertahanan yang baik,” gumam Courthope mulai menjelajahi pulau Run sebelum mencari tempat yang tepat untuk menjadi benteng. Beberapa hari lalu tepatnya saat Natal, kapal pengintai VOC beroperasi sekitar Run dan membuat Courthope harus membuat benteng secepatnya. Benteng alam pulau Run memang cukup mematikan bagi para penyerangnya. Di selatan pulau ini dikelilingi tebing-tebing curam dan begitu juga di sebagian besar pulau ini. Lautan di sekitar pulau Run memiliki arus yang ganas sehingga sering kapal-kapal yang bergerak ke sini hancur karena karang-karang hitam.


    “Di sini, dan di sini,” kata Courthope menunjuk beberapa titik di peta Run yang baru saja digambarkan setelah penjelajahan singkatnya kepada para anak buahnya di kamp mereka. “Kita akan membangun benteng yang dipersenjatai meriam-meriam kapal Swan dan beberapa pos penjaga. Dengan ini, Belanda akan berpikir ulang untuk mengagresi kampung Run!”


    “Tapi kita harus memperhatikan Atol ini,” tambah Courthope menunjuk sebuah titik kecil agak timur laut dari pulau ini, sebuah pulau. “Menurut penduduk setempat, tempat ini merupakan tempat mereka mencari ikan. Oleh karena itu, di pulau Naikala ini, kita akan bangun benteng Defence. Dengan ini kita bisa mempertahankan Run dari serangan timur laut.”


    Tapi apakah mereka bisa mempertahankan Run sebagaimana rencana mulus Courthope?

    ***

    Permusuhanan Belanda-Inggris di kepulauan Banda untuk sementara belum berujung tembak-menembak. Oleh karena itu, untuk menegaskan kekuasaan Inggris di Run, Courthope mengirimkan utusan ke kapal Cornelis Dedel, komandan VOC yang ada di kepulauan Banda. Cornelis Dedel dapat menerima bahwa Run ada di tangan Inggris sekarang setelah diperlihatkan surat penyerahan oleh utusan tersebut. Ia cukup jengkel dengan Run yang ada ditangan Courthope dan menyadari Run dilindungi beberapa benteng baik alam maupun Inggris, ia memutuskan untuk mundur ke Neira, tapi bukan berarti Dedel diam saja. Ia mulai mengirimkan kapal untuk mengintai di sekitar Naikala.


    “Beberapa pekan ini mereka mulai mengintai Run,” gumam Courthope memperhatikan kapal Belanda tersebut dari atas pos penjaga.


    “Apakah kita mesti menembaki mereka, Kapten?” tanya seorang prajurit Courthope.


    “Lakukan!” seru Courthope turun dari pos. Ia merasa was-was kalau VOC bakal bertindak lebih jauh jika tindakan ini dibiarkan terus.


    Segera, beberapa prajurit Courthope mengarahkan senapan mereka dan menembaki kapal tersebut. Memang tidak kena tapi tembakan tersebut sudah menandakan bahwa Inggris memulai perang melawan Belanda.

    ***

    Dedel tahu bahwa menyerang Run secara besar-besaran sama saja bunuh diri walaupun ia memiliki ribuan prajurit, kapal perang, dan suplai. Tapi ia cukup tahu bahwa memblokade Run adalah tindakan yang paling benar untuk sekarang. VOC akan membuat Courthope menangkat tangannya bahkan mati karena kelaparan dan kehausan! Tapi Courthope adalah orang yang keras kepala dan berjuang habis-habisan demi EIC, Inggris, dan rajanya, James I.


    Gentleman, kita sekarang mulai diblokade oleh Belanda,” kata Courthope kepada para anak buahnya di kamp kampung Run. “Makanan kita terbatas dan begitu juga air. penduduk pulau ini sangat berharap kepada kita. Beberapa hari lalu, sebagian dari kalian menawarkan diri untuk pergi ke Neira atau Banda Besar untuk mengisi air dan makanan. Bukan begitu, John Davis?”


    Yes, sir,” balas John Davis, seorang nahkoda Swan yang tidak disenangi Courthope karena tingkah mabuk-mabukannya. “Aku bersama beberapa kawanku tak mau hidup di pulau kecil ini lama-lama dan dengan kemampuanku, aku yakin kami bisa membawa suplai makanan dan minuman ke pulau ini.”


    “Aku tahu kau mau pergi untuk menolong kami, tapi pikirkan ulang dulu konsekuensinya..” dan Courthope terlibat berdebatan panjang dengan Davis.


    “Oke, Mr Davis, kau boleh pergi,” ujar Courthope kalah berdebat dengannya dengan rasa jengkel.


    Ketika Davis dan kru kapal Swan mau berangkat, sebuah kapal pribumi terlihat dan berlabuh di pantai. Beberapa orang turun dari kapal bercadik dua tersebut dan menginformasikan kepada Courthope di pantai bahwasanya Banda Besar mau seperti Run. Beberapa saat kemudian, ada kapal pribumi datang dan menginformasikan kepada Courthope bahwa Rozengain bersedia menjadi daerah Inggris.


    “Tuan-tuan, kami akan segera mengibarkan St.George di pulau-pulau tersebut,” terang Courthope via bahasa isyarat. Ia cukup senang melihat pulau-pulau di Banda jatuh ke Inggris dengan cara damai, tak seperti VOC dan Portugis. Punya musuh sama, Belanda, ternyata menguntungkan, pikir Courthope.


    Akhirnya, Davis berlayar ke pulau-pulau tersebut dan mendapati penyerahan formal. Sehabis itu, ia pergi ke Seram dan mengisi perbekalan di sana. Ketika berlayar, John Davis melihat kapal berbendera Belanda mulai mendekat. Kapal Swan berlayar cepat menghindari kapal Dedel tersebut, tapi angin menolong Dedel untuk mengejar mereka dan Davis bersama awaknya terlibat pertempuran sengit melawan orang-orang Belanda yang berujung dengan digiringnya Davis dan kapalnya ke Neira. Di sana, Davis dan para kru yang hidup di penjara dengan perlakuan tak manusiawi.


    “Menyebalkan!!” murka Courthope menerima berita jatuhnya Swan tiga pekan kemudian oleh pribumi. Kapal Swan adalah kapal yang penting bagi Courthope karena dengan kapal tersebut, ia bisa menggunakannya untuk melarikan diri ataupun menyuplai makanan. Tinggal kapal Defence yang tersisa dan kapal tersebut sangat riskan kalau digunakan untuk mengisi makanan karena kalau kapal tersebut hilang, Courthope tak punya kapal lagi dan itulah yang terjadi sekarang: para pengkhianat melepas kapal tersebut ke tengah laut dan mereka menyerahkan diri di Neira sambil menjelaskan kepada VOC pertahanan Courthope.


    “Reael, mengundangkanku ke Neira. Aku harus manfaatkan peluang ini!” gumam Courthope mulai menyusun strategi. Sebenarnya Courthope sudah mengirimkan orangnya, Robet Hayes ke sana untuk mengambil kapal Swan, tapi ditertawakan orang-orang Neira.”Sialan”, serpah Courthope mendengar kabar tersebut.


    Di Neira, Lauren Reael, Gubuner Jenderal VOC yang mengambil ahli Banda dari Dedel menemui Courthope di kastel Neira. Di sana, Raeal meminta Courthope dan orang-orang Inggris hengkang dari Run dan memberikan pulau tersebut kepada VOC. Sebagai gantinya, VOC akan membantu kepergian Courthope dengan mengisi pala sepenuh kapalnya.


    Dengan tegas, Courthope menolaknya. “Kalau aku lakukan hal tersebut, aku akan mengkhianati rajaku dan negaraku yang tercinta,” ujar Courthope mengejutkan Reael.


    Reael cukup naif mengira Courthope bakal menerima tawaran mengiurkannya. Ia marah. Topinya langsung dilempar ke lantai dan jenggotnya ia tarik.


    “Dalam tiga hari lagi, aku akan membawa seluruh prajuritku dan mengalahkan kalian dengan paksa,” ancam Reael dan membuat Courthope duduk tegang. “Kau boleh keluar sekarang, tuan Courthope, kembalilah ke Run dan tunggu kami rebut Run.”


    “Kalian akan mati kalau benar-benar melakukannya,” pikir Courthope.


    ***

    Di awal 1617, Courthope mengirimkan orang-orang ke Banten untuk meminta bantuan, tapi malangnya, EIC belum bisa memberikan bantuan untuk sekarang. Di penghujung 1617, Courthope mendengar di Banten dan sekitarnya terjadi pertengkaran antara EIC dan VOC akibat ancam-mengancam sesama bos di tengah kekurangan makanan dan nutrisi Courthope dan orang-orangnya. Setiap kesengsaraan Courthope bisa terobati dengan sampan-sampan orang Run yang bisa lolos dari blokade VOC dan membuat Courthope dan penduduk senang bukan main melihat adanya beras dan minuman, terlebih arak.


    Di awal 1618, kapal-kapal EIC dari Banten bergerak untuk membantu Courthope dan sampai di sana. Dari tebing-tebing, Courthope, anak buahnya, beserta orang-orang pribumi senang bukan main melihat sebuah kapal besar berbendera St.George mulai mendekat. Namun kapal-kapal Belanda mengejar kapal tersebut yang bernama Solomon. Angin barat yang membantu Solomon mencapai pulau ini ikut membantu kapal-kapal VOC tersebut mendekati Solomon.


    Tembak demi tembakan dilesatkan kedua kubu. Courthope yang menyaksikan pertempuran sengit itu berharap banyak dari Solomon, tapi melihat Solomon terlalu berat untuk bermanuver karena kebanyakan membawa barang seperti makanan, emas , dan arak, ia mulai cemas.


    Orang-orang Banda ikut tergerak dengan menaiki sampan-sampan mereka dan membantu perlawanan awak-awak Solomon. Sayang, ketika mereka sampai, kapten Solomon sudah angkat tangan dan membuat orang-orang Banda mengamuk. Kekalahan orang-orang Banda dan Solomon membuat Courthope menepuk dahinya. “Kenapa nasibku sial terus!” gumamnya kesal.


    ***

    Bulan demi bulan dilewatkan lagi oleh Courthope dan anak buahnya di tengah kesengsaraan. Stok makanan sudah mendekati batasnya dan banyak anak buahnya sudah mati karena penyakit sehingga membuat Courthope berada di titik paling lemah. Bukan hanya ia yang sengsara, orang-orang Inggris di penjara benteng-benteng Belanda menderita sekali. Beberapa kali surat Courthope yang diseludupkan oleh orang pribumi sampai ke mereka dan surat balasan diterima Courthope selalu berisi dengan isi-isi penderitaan mereka.


    “Sabar. Sabar kawan-kawanku,” gumam Courthope membaca isi-isi surat mereka, orang-orang yang memberikan perlawanan sengit kepada Belanda dulunya. Berbeda dari kapten Solomon yang menyerah dan mendapatkan perlakukan baik oleh VOC. “Kalian akan bebas tahun ini,” tulisnya meskipun ia sendiri tak yakin betul.


    “Sudah bulan keberapa ya aku di pulau ini?” bingung Courthope memandangi lautan sekitar Run dari pos penjagaan di dekat tebing curam. Ia sudah tak mau menghitung bulan berapa sekarang karena tak ada gunanya. Ia tak tahu lagi harus apa sekarang. Yang bisa ia lakukan satu: mempertahankan pulau ini demi negaranya dan menyerukan kepada anak buahnya untuk tak menyerah kepada VOC. Kecintaannya kepada Inggris sangatlah tinggi dan membuatnya rela mati untuk raja, dan rakyat Inggris. Ini bukan lagi menyangkut masalah Kompeni, ini masalah kebanggan negara bagi Courthope.


    Makanan di pulau ini mulai tak bersih, begitu pula air bersih karena hujan tak kunjung turun. Air minum banyak cacing hidup di dalamnya. Jadinya dari pada dehidrasi, Courthope dan orang-orang di pulau Run mesti meminumnya dengan gigi terkatup untuk menyaring cacing-cacing yang bergoyang-goyang di bibir mereka.


    “Kapten!” seru seorang anak buahnya lari dari pantai. “Surat!”


    “Dari markas EIC di Banten!” kejut Courthope. Ia mulai membaca seksama dan senang bukan main mengetahui John Jourdian, atasannya yang memerintahkannya untuk pergi ke pulau ini sudah kembali ke Nusantara membawa armada di bawah pimpinan Sir Thomas Dale untuk mengusir Belanda dari Jawa dan membebaskan Courthope dari kesengsaraan ini. Courthope sangat berharap banyak dengan armada ini.

    ***

    Armada Dale cukup memberikan gerakan keras kepada J.P.Coen, gubenur jenderal VOC baru. Tapi sayang, ia membuat kesalahan besar ketika menyerang Batavia di Januari 1619. Ia membiarkan J.P.Coen dan armadanya kabur ke Maluku. Kekalahan tersebut membuatnya mundur ke India dan John Jourdian memutuskan untuk menolong Courthope dengan kapal-kapal yang dikomandoinya. Sayang, VOC menyerangnya di sebuah pelabuhan semenanjung Malaya dan ia mati ditembak ketika melakukan negosiasi dengan Belanda.


    Kenyataan pahit tersebut diketahui Courthope sebulan kemudan dan ia sangat kaget mendengar isu bahwa dirinya membangkang. Dari isu tersebut berasal, Courthope tak tahu.


    Courthope tak tahu harus apa sekarang. Ia sudah sendirian dan sepertinya tidak ada pilihan lain selain menangkat tangannya di depan hadapan J.P.Coen, tapi hatinya menolak. “Lebih baik aku mati ketimbang mengangkat bendera putih!” tegas Courthope pada dirinya sendiri.


    Setiap harinya, Courthope terus berseru kepada para anak buahnya yang kurang gizi untuk terus berjuang. Seruan tersebut menangkat moral anak-anak buahnya dan mereka menanti serangan VOC dengan menyiapkan meriam-meriam di benteng Swan dan Defence.


    18 Oktober 1620, terjadi pemberontakan besar-besaran orang Banda Besar yang menyenangkan hati Courthope dan kabarnya, mereka bersedia untuk bergabung dengan Courthope melawan Belanda, musuh bersama. Oleh karena itu, di tengah malam, ia pergi ke Banda Besar dengan sampannya.


    Di tengah kegelapan malam hari ini, Courthope yang mengayuh sampan melihat beberapa senapan laras panjang tergeletak di geladak perahui ini. Senjata-senjata tersebut dapat berguna untuk memimpin perjuangan orang-orang Banda Besar. “Semoga senapan-senapan ini berguna,” gumam Courthope.


    Ketika ia menoleh, ia tak percaya melihat beberapa cahaya mendekatinya. Saat ini ia berada di sekitar pulau Ai dan beberapa perahu Belanda sudah siap untuk menghabisinya berkat informasi dari pengkhianat di pulau Run.


    Tanpa membuang waktu, Courthope bangkit dan mengarahkan senapannya ke perahu-perahu yang bergerak ke arahnya. Lari dari tempat ini mungkin opsi yang baik, sayang arus air tak memungkinkan.


    Dengan kesigapan tinggi, Courthope bersiap menyambut serangan tak terduga Belanda. Ketika salah satu perahu sudah terlihat, Courthope langsung menembaki prajurit-prajurit tersebut dengan senapan yang diisi dengan cepat. Satu persatu prajurit Belanda tenggalam dalam air dan perjuangan Courthope makin berat ketika ia mulai dikepung, tapi ia tak peduli mau seberapa banyak musuh di depan matanya. Ia terus menembaki musuh secepat yang ia bisa.


    “Tembak, tembak,” gumam Courthope menarik pelatuknya dan mengambil senapan yang lain. Ia terus melakukan hal tersebut di tengah tembakan musuh tak bisa mengenainya berkat medan yang gelap.


    Tembakan terakhir dilesatkan Courthope dan mengetahui semua senapannya sudah habis mesiunya, ia akhirnya menjadi sasaran empuk para prajurit VOC yang mengarahkan senapan mereka ke perut Nathenial Courthope.


    Baju Courthope basah akan darahnya yang mengocor dari perutnya. Ia menjatuhkan senapannya dan memutuskan untuk melompat ke laut sebelum ajalnya menjemputnya.


    Kematian seperti inilah yang diinginkan Courthope. Mati secara heroik setelah berjuang mati-matian. Bukan mati di kasur tidur nyenyak setelah mengangkat tangannya kepada para musuhnya.

    ***

    Kematian Courthope berujung dengan direbutnya Run oleh J.P. Coen tanpa perlawanan karena penerus Courthope, Robert Hayes tak segila Courthope. Benteng-benteng Inggris dihancurkan dan bendera St.George dirobek-robek dan digantikan oleh bendera Belanda. Hanya Naikala yang tak direbut VOC karena tak ada gunanya dan di sanalah Hayes dan anak buahnya mengungsi sampai ada perahu yang bisa mengantarkan mereka ke Ambon.


    Semenjak itulah Run berada di tangan Belanda walaupun secara resmi Inggris memiliki pulau tersebut. Ketika perang Anglo-Belanda pertama selesai di April 1654 dengan perjanjian Westminster, Inggris bersedia melepaskan Run dengan Belanda melepaskan juga Manhattan yang sudah direbut Inggris.
     
    • Like Like x 2
  20. Seven_sideS M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Jan 19, 2014
    Messages:
    258
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +140 / -0
    Sorry OOT... Untuk yg tema undead ini harus orific apa blh bebas? Mw ikut ah kwkwkwkw FairyflyFairyfly :obhoho:
     
    • Like Like x 1
  21. Fairyfly MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 9, 2011
    Messages:
    6,818
    Trophy Points:
    272
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2,475 / -133
    fanfic, cerpen, orific, asal bukan jiplakan bebas ga masalah :hmm:

    dan saia masi belum nulis piye iki :swt:
     

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.