1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Res est solliciti plena timoris amor

Discussion in 'Dear Diary' started by Suci_Ristyasari, Jul 17, 2014.

  1. Suci_Ristyasari M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 17, 2014
    Messages:
    1,306
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,136 / -0
    Keterangan: post di bawah ini telah aku buat pada Jumat malam/Sabtu dini hari yang lalu.
    Kemarin sempat aku hapus
    , tapi atas sejumlah pertimbangan, kini kembali aku tampilkan.



    Baru 3 bulan usia pern
    ikahan kami berdua. Namun, sejak sore tadi, suamiku malah
    berasyik masyuk dan bercengkerama dengan seorang perempuan berseragam SMA.

    Tak hanya itu
    , kini, suamiku bahkan tidur seranjang dengan si perempuan tersebut.




    Hal yang nyata, bukan sekadar mimpi. Lantas, bagaimana keadaan diriku saat ini?
    Karena kedua mataku sudah kriyep-kriyep, maka, belum bisa aku uraikan sekarang.


    Untuk sementara, tahan diri kalian sejenak agar tak ber-su'udzon pada suamiku, ya?


     
    Last edited: Aug 1, 2017
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. Suci_Ristyasari M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 17, 2014
    Messages:
    1,306
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,136 / -0
    Mungkin.... ada di antara kalian yang bersorak atau bahkan berjingkrak-jingkrak
    kegirangan saat membaca postingan singkatku di atas. Mungkin pula, ada sejumlah
    pihak yang tersenyum puas sambil bergumam
    , "Rasain. S'bentar lagi bakal cerai, deh."


    Sayangnya, kalian salah. Hingga detik ini, aku dan laki-laki tercintaku itu masihlah
    sepasang suami istri yang tetap "menggebu-gebu" menikmati indahnya pernikahan.

    [​IMG]
    "Sang perempuan berseragam SMA" yang termaktub pada postinganku di atas itu,
    tidak lain dan tidak bukan adalah aku sendiri. Jumat sore, sepulang kerja, suamiku
    membawakan aku buah tangan berupa beberapa setel seragam putih abu-abu SMA.

    Ada kemeja putih lengan panjang. Ada kemeja putih ketat lengan pendek. Lengkap

    dengan badge OSIS-nya. Kemudian, ada rok panjang rempel yang identik dengan
    busana siswi innocent. T
    erus, ada rok span panjang ketat dengan belahan belakang.

    Dan ada pula rok span panjang ketat dengan (aih.... aih...) belahan samping. Lantas,
    ada rok ketat pendek yang berukuran 5 cm di atas lutut. Pakaian seperti itu jelaslah
    takkan boleh dipakai di sekolah karena menyalahi Permendikbud No. 45 Tahun 2014.


    Tap
    i, seorang istri boleh-boleh saja mengenakan pakaian yang s*ksi seperti di atas,
    selama diniatkan untuk menyenangkan suami. Jangankan hanya berpakaian s*ksi,
    sama sekali nggak pakai apa-apa di depan suami pun, tak akan ada yang melarang.

    (Meskipun demikian, kita tetap juga harus memperhatikan waktu, situasi, dan tempat)

    Seragam SMA itu ternyata dipesan secara diam-diam oleh si Mas, saat kami berdua
    menjahitkan sejumlah pakaian Lebaran di butik milik Tante Erna. Wah, ini berarti
    ada konspirasi tingkat tinggi antara suamiku dengan penjahit di butik tersebut, ya?



    [​IMG]
    Dulu, ada yang bilang, kalau mau mengukur sejauh mana proses penuaan itu sedang
    terjadi pada diri seorang perempuan saat memasuki periode mid-20s, maka cobalah
    iseng-iseng mengenakan seragam SMA-nya kembali. Lalu, lihat tampilan di cermin.

    Jika cermin memperlihatkan bahwa kita masih pantas dalam balutan seragam SMA,
    maka bisa dikatakan, proses penuaan itu relatif belum terjadi. Dan sebaliknya, jika
    penampilan kita terlihat sudah "sangat amburadul" di saat berseragam SMA, maka
    suka atau t
    idak, terpaksa harus kita akui bahwa proses penuaan itu sedang terjadi.



    Bangku SMA telah aku tinggalkan hampir 10 tahun silam. Jadi, sempat deg-degan
    juga ketika aku kembali mencoba untuk berseragam SMA. Alhamdulillah,
    biarpun
    terasa sedikit menggelikan
    , tapi tak ada yang aneh dari tampilanku di depan cermin.

    Dan si Mas pun melarangku untuk melepas seragam putih abu-abu yang kukenakan.

    Padahal
    , sebandel-bandelnya aku kala SMA dulu, aku sama sekali tak pernah nekat
    untuk coba-coba mengenakan baju putih ketat dan rok pendek 5 cm di atas dengkul.


    Jangankan baju yang provokatif seperti itu. Aku berbusana secara low profile saja,
    sudah membuat barisan oknum seniorwati meradang dan menggeruduk ke kelasku.



    Menyenangkan suamiku adalah kewajiban mutlak bagiku. Terlebih, si Mas adalah
    sosok suami yang sangat bertanggung jawab dan terampil membahagiakan diriku.

    Suamiku merelakan seluruh pendapatannya per bulan untuk membiayai kebutuhan

    rumah tangga kami. Lebih dari cukup. Sehingga gajiku bisa sepenuhnya ditabung.

    Tanpa pe
    rlu berutang pada siapa pun dan tak perlu tergiur dengan uang siapa pun.


    [​IMG]
    Sampai sejauh ini, aku tidak ragu untuk menyematkan predikat "suami yang baik"
    pada diri si Mas. Padahal, sebelum menikahiku, dia tidak pernah berjanji manis.

    Mendingan begitu
    , kan? Daripada mengumbar janji A-Z, tapi semuanya diingkari.
    Harga diri apa yang tersisa pada seseorang jika telah dicap sebagai tukang ngibul?

    Kendatipun suamiku itu bukan "anak manis", tapi he is obviously a man of his word.
    A man who tells the truth and keeps promises. Bukan tukang ngibul pengumbar janji.



    Agama Islam yang aku yakini dan kebudayaan Jawa warisan leluhur mengajarkan
    seorang istri agar selalu terampil menyenangkan suaminya secara lahir dan batin.

    "Seabsurd" atau "sebrutal" apa pun fantasi yang terlintas di benaknya, asalkan saja
    tidak melanggar hal-hal fundamental seperti norma agama, sosial, ataupun hukum,
    maka akan aku layani semampuku. Toh, dia pun selalu bisa meladeni kegilaanku.



    Hingga aku dan suamiku beranjak ke peraduan, baju putih + rok pendek SMA itu
    tetap melekat di tubuhku. Jadi
    , ceritanya, si Mas menikmati tidur seranjang dengan
    seorang siswi SMA. Secara halal. Tanpa khawatir mendapat kemurkaan dari-Nya.


     
    • Like Like x 1
    Last edited: May 13, 2019
  4. Suci_Ristyasari M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 17, 2014
    Messages:
    1,306
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,136 / -0
    Semalam, aku menyerahkan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan A-P-B-R-T
    (Anggaran Pendapatan dan Belanja Rumah Tangga) kepada suamiku. Seperti dua bulan

    sebelumnya, terdapat sisa anggaran yang tak terpakai sebesar ± 40%. Dan, lagi-lagi
    hal te
    rsebut membuat si Mas terkesima seakan tak percaya. Toh, laporan yang aku
    sampaikan itu sama sekali bukan laporan fiktif karena disertai oleh sejumlah bukti.

    Bukti yang aku sertakan ialah berlembar-lembar struk yang aku terima bulan lalu.

    [​IMG]
    Mungkin, banyak orang cenderung tak peduli dengan struk transaksi pembelanjaan
    yang mereka terima dalam aktivitas sehari-hari, ya? Padahal, kertas-kertas kecil itu
    sejatinya berperan penting dalam penyusunan laporan arus kas keuangan keluarga.

    Sehingga arus pengeluaran uang yang telah terjadi bisa kita amati secara terperinci.



    Mama tercinta adalah seorang perempuan yang terampil berhemat dan piawai pula
    dalam mengelola keuangan rumah tangga. Mama-lah yang mengajarkan aku untuk

    tidak mengabaikan (apalagi sampai membuang) struk transaksi pembelanjaan yang
    kita terima, agar saat menyusun laporan keuangan rumah tangga, kita mengetahui
    secara pasti ke mana sajakah gerangan aliran uang yang kita belanjakan tersebut.

    Dan Mama pula yang tak pernah bosan mengajarkanku trik berhemat tanpa harus
    terjebak menjadi pelit. Supaya kondisi finansial keluarga senantiasa dalam keadaan
    sehat. Sehingga kita tak perlu terperangkap dalam jerat setan yang bernama utang.



    [​IMG]
    Laporan keuangan rumah tangga itu aku sajikan serius dalam bentuk balance sheet.

    Meskipun terkadang aku dan dirinya masih menjalani gairah kehidupan rock n' roll,
    yang begitu ganas meluap
    -luap, tetapi dalam mengelola keuangan rumah tangga ini
    tentu t
    idak pernah boleh kami lakukan
    sambil cengengesan dan main-main, bukan?

    Alhamdulillahirabb
    il 'alamin, hingga saat ini, A-P-B-R-T kami bisa dibilang masih
    dalam keadaan te
    rkendali, bahkan selalu terdapat surplus anggaran sebesar ± 40%.


    Surplus anggaran itu pun aku kembalikan kepada suamiku. Namun, seperti biasa,
    suamiku menolak untuk menerima kelebihan uang tersebut. Dia membebaskan aku

    untuk menggunakan uang yang tersisa itu sesuka hatiku. Alih-alih aku belanjakan,
    sisa anggaran yang jumlahnya cukup lumayan tersebut akhirnya aku simpan untuk
    menambah saldo tabungan masa depan kami berdua. Tentunya tidak dalam bentuk
    mata uang rupiah, agar tabungan kami itu tidak berkurang karena tergerus inflasi.




    Rupanya militansiku dalam berhemat selama ini, jauh melebihi ekspektasi suamiku.

    Sampa
    i-sampai si Mas berkomentar, "Kamu adalah antitesis dari perempuan lain.

    Manakala yang lain menganut budaya materialisme, hedonisme, dan konsumerisme,
    eh, kamu malah memilih untuk menjalani bentuk unsophisticated lifestyle seperti ini."

    Terus terang, aku sempat terbuai sejenak dengan sanjungan yang dia berikan. Tapi,
    kemudian malah jadi bertanya-tanya. Aku adalah antitesis dari perempuan lain?

    [​IMG]
    Siapa "perempuan lain" yang dia maksudkan itu? Eh, dia hanya menjawab ringan,
    "Itu hanya sekadar contoh. Don't take it seriously, lah." Ah, nggak bisa begitu, dong.


    Untunglah, sebelum aku merengut berkepanjangan, suamiku langsung memberikan
    penjelasan yang lebih komprehensif perihal apa yang telah dia ungkapkan tersebut.




    Dan saat kami beristirahat di pembaringan, seraya ngusel-ngusel tubuhku, dia pun
    berkata
    , "Sebetulnya... kalau kamu mau, kamu aku izinkan untuk menjadi seorang
    'hedonis kecil-kecilan'. Jadi, nggak usah terlalu berhemat juga nggak apa-apa, deh."


    Ah, that's a tempting offer, isn't it? Sayangnya, aku telah berkomitmen untuk menjadi
    seorang istri yang njawani dan sekaligus Islami seperti yang dicontohkan Mama-ku.


    Seorang istri yang (Insya Allah) mengabdi pada suami dan (kelak) bisa pula menjadi
    partner dalam mend
    idik, mengasuh, dan membesarkan
    putra-putri kami tercinta.

    [​IMG]
    Cita-cita tersebut hanya mungkin terwujud jika aku bisa menerapkan manajemen
    keuangan yang excellent dalam keluarga ini. Rasanya sangatlah tidak bijak jika aku
    nekat menjalani pola hidup seorang hedonis, baik dalam skala besar maupun kecil.


     
    • Like Like x 1
    Last edited: Aug 17, 2017
  5. Suci_Ristyasari M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 17, 2014
    Messages:
    1,306
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,136 / -0


    "
    Menunda kehamilan" itu bukan berarti "sama sekali tak menghendaki kehamilan".



    Salah satu tujuan aku dan suamiku menikah adalah demi mendapatkan keturunan.

    Alhamdulillah, tidak ada gangguan fertilitas apa pun yang menimpa kami berdua.
    Serangkaian medical check-up yang kami lakukan telah mengonfirmasi hal tersebut.

    [​IMG]
    Suamiku siap memberikan yang terbaik, aku pun siap menampung pemberian itu.

    Dan Insya Allah
    , bisa dibilang, saat ini kondisi finansial kami telah lebih dari cukup
    untuk b
    erperan sebagai orangtua yang menanggung kewajiban membiayai anak.



    Jika demikian, mengapa pula aku malah menunda kehamilan hingga tahun depan?

    Ala
    sannya sederhana. Masih ada sejumlah tanggung jawab pekerjaan yang wajib
    aku tunaikan dengan sempurna
    . Hal tersebut berkorelasi langsung dengan karierku
    yang telah aku r
    intis sejak beberapa tahun lalu. Kemampuanku dalam menunaikan

    misi yang dibebankan perusahaan, jelas akan berpengaruh pada evaluasi kinerjaku.



    Dan..... seperti yang telah aku prediksi sebelumnya, terdengarlah suara-suara minor
    yang mempersoalkan keputusanku itu. Ada yang mencemooh aku dengan sebutan
    "perempuan ambisius". Ada yang seolah-olah menasihati, tapi diksi yang digunakan
    penuh sesak dengan kenyinyiran yang tanpa ampun menghakimi aku dan suamiku.

    Ironisnya
    , mereka yang bersuara minor itu bukanlah siapa-siapa bagi kami berdua.

    Kedua orangtuaku beserta kedua mertuaku justru bisa memahami dan
    memaklumi
    keputusanku untuk menunda kehamilan hingga tahun depan. Toh, hanya menunda,
    dan itu pun hanya setahun. Bukannya meniadakan keinginan untuk memiliki anak.

    Mengandung, melahirkan, dan menyusui anak adalah kodrat yang akan aku jalani.




    [​IMG]
    Syukurlah, Cah Ndableg seperti aku ini tidak mudah goyah hanya karena penilaian
    subjektif dari orang lain. Dibilang "perempuan ambisius", so be it. Tidak apa-apa.

    Tiap manusia yang masih hidup itu memang wajib punya cita-cita dan juga ambisi.

    Aku dan suamiku jelas punya sejumlah ambisi yang terka
    it dengan urusan duniawi.
    Kami berdua pun memendam ambisi untuk sanggup meraih nikmat ukhrawi kelak.

    Sama sekali tidak ada yang salah dengan hal-hal di atas. Kami punya hak untuk itu.

    Sepanjang amb
    isi tersebut diwujudkan hanya dengan cara-cara yang legal + halal,
    bukan memakai metode tipu-tipu atau cara apa pun yang melazimkan kedzaliman.



    Saat ini
    , banyak pihak yang merasa resah setelah mencermati situasi perekonomian.
    Daya bel
    i makin anjlok, omzet 0%, banyak orang yang makin susah mencari uang.

    Ada pula pa
    ra pegawai yang meskipun mereka bekerja, tapi tidak punya kepastian
    apa pun perihal jenjang karier mereka di masa depan. Dan aku tak mau seperti itu.


    Kini, aku sedang menikmati pekerjaan dan karier yang sesuai dengan passion-ku.
    Aku pun tak bosan-bosannya mensyukuri peran sebagai istri dan ibu rumah tangga.

    Jika pada kenyataannya karier dan tugas rumah tangga mampu berjalan seimbang,
    mengapa aku mesti mengorbankan salah satu di antaranya? Lagi pula, ada contoh

    konkret di dalam keluarga besarku maupun keluarga besar suamiku. Mama-ku dan
    Mama Mertuaku adalah para perempuan mulia yang sukses menjalani dua peran
    sekaligus; sebagai ibu rumah tangga dan juga sebagai wanita karier yang bekerja.

    Beliau-beliau tersebut bisa menjadi role models yang membuatku optimistis bahwa

    selalu ada peluang bagi seorang istri untuk menyiasati agar terjadi keseimbangan
    antara berkarier
    dan mengurus rumah tangga. Takkan mudah, tapi tidak mustahil.


     
    Last edited: Aug 18, 2017
  6. Suci_Ristyasari M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 17, 2014
    Messages:
    1,306
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,136 / -0
    Menjelang kami menikah, aku dan dia menyempatkan diri untuk berdiskusi secara
    intens dalam rangka menentukan metode kontrasepsi apa yang akan kami terapkan.

    Sejak dahulu hingga saat ini, aku dan si Mas adalah "penganut aliran naturalisme".
    Kami berdua cenderung menghindari semua hal yang artifisial dan tidak alamiah.

    Istiqamah menjauhi produk makanan + minuman apa pun yang berperisa buatan,
    ber-MSG
    ,
    dan berpengawet. Aku tak suka dengan alis jadi-jadian, pewarna rambut,
    rambut palsu,
    dan segala macam produk kimiawi yang dimasukkan ke dalam tubuh.

    Seperti m
    isalnya
    steroid untuk membesarkan tubuh, silikon untuk mengubah bentuk
    payudara wanita, ataupun "sekadar" tinta tattoo yang digunakan sebagian kalangan
    demi alasan estetika. Meski secara medis penggunaan produk kimiawi di atas masih
    b
    isa dimungkinkan asalkan tetap berpedoman pada prosedur yang benar dan tepat
    ,
    namun aku dan suamiku memilih untuk tak pernah bersentuhan dengan hal-hal itu.



    Jadi, sangatlah logis jika kami (terutama aku) jauh merasa lebih sreg dengan pilihan
    metode kontrasepsi
    non-hormonal yang alamiah + tak berefek samping merugikan.

    Alhamdulillah, Allah menganugerahi aku siklus haid yang teratur setiap bulannya.
    Siklus haid teratur adalah syarat mutlak untuk menerapkan metode non-hormonal.


    Dan Alhamdulillah pula, Dia-Sang Maha Pengasih-memberiku seorang suami yang
    bukan hanya memesona dalam hal fisik dan "kebrengsekan", tapi juga superior saat
    menjalankan fungsi sebagai seorang suami. Yang dengan suka rela dan senang hati
    mau terlibat secara aktif untuk memahamiku seutuhnya. Ia bukanlah "anak manis",

    tapi syukurlah, dia juga sama sekali bukan tipe suami wham-bam-thank you-ma'am.

    Si brengsek tercintaku itu tahu benar bagaimana cara memperlakukan istri dengan
    baik. Dia pun bersedia mempelajari siklus bulananku, termasuk my most fertile days.
    Dan kini,
    dia telah memahami semua hal yang terkait dengan pola siklus bulananku.

    Tak sekadar itu, di saat fertile days-ku, si Mas juga rela untuk menahan diri sejenak.
    Melihat pengorbanan seperti itu, mau tidak mau menghadirkan rasa haru di hatiku.

    [​IMG]
    (Lalu pada akhirnya, aku menjadi tak tega dan "terpaksa menggunakan metode cadangan")



    Syukurlah
    , calendar-based method yang kami terapkan dalam delaying pregnancy ini
    bisa berjalan efektif. Metode tersebut terbukti murah, alamiah, serta minim risiko.

    Aku sama sekali tidak merasakan efek samping seperti pusing
    , nyeri, mual, ataupun
    perdarahan
    , yang mungkin akan kualami jika aku menggunakan metode hormonal.

    Jika aku pakai metode hormonal, bisa dibilang, si Mas nyaris takkan terlibat dalam
    proses penundaan kehamilanku. Sedangkan pada metode non-hormonal, suamiku
    justru wajib untuk selalu terlibat dan melibatkan dirinya secara aktif dengan diriku.

    Alhamdulillah
    , hingga kini, semua masih berjalan sesuai dengan yang direncanakan.

    Ada kesamaan visi antara kami berdua serta kesediaan untuk mematuhi komitmen.



    [​IMG]
    Toh, banyak juga yang mengingatkan kami, bahwasanya metode non-hormonal itu
    tetaplah memiliki peluang untuk gagal. Nah, bagaimana jika kami "tergelincir" dan

    akhirnya aku hamil sebelum waktu yang aku rencanakan? Apakah aku dan si Mas
    akan menyikapi kehamilan tersebut sebagai bentuk mistimed pregnancy atau bahkan
    unwanted pregnancy? Lantas, bagaimana pula dengan karier yang aku perjuangkan?




    Betapa pun amb
    isiusnya kami..... aku dan suamiku masihlah sepasang hamba Allah
    yang tetap memakna
    i kehamilan seorang istri sebagai bentuk pemberian dari-Nya.

    Jadi, jika ternyata Dia berkehendak untuk memberikan amanah tersebut lebih awal,
    maka aku dan suamiku pasti akan tetap mensyukurinya. Kami tak akan menyikapi
    pemberian-Nya sebagai satu bentuk "ketergelinciran" ataupun unintended pregnancy.

    [​IMG]
    Kendati saat ini, aku dan suamiku masihlah konsisten untuk menunda kehamilanku,
    tapi kami sama sekali tak berniat untuk secara lancang mencampuri kehendak-Nya.

    Segala pemberian dari Allah adalah sebaik-baiknya pemberian dalam kehidupan ini.


     
    Last edited: Aug 18, 2017
  7. Suci_Ristyasari M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 17, 2014
    Messages:
    1,306
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,136 / -0
    [​IMG]
    Kemarin siang, salah satu informanku yang setia, memberi aku sejumlah informasi.



    Alkisah, dulu, ada seorang perempuan cantik di dalam lingkungan pergaulan si Mas.
    (Meski aku tak pernah suka dengan gadis-gadis dari masa lalu suamiku, tapi aku berusaha
    untuk selalu objektif. Kalau memang secara faktual cantik
    , ya aku takkan mengingkarinya.
    Rasa ketidaksukaanku kepada mereka tidak boleh membuatku bersikap tidak adil, bukan?)


    Si perempuan tersebut rupanya selalu menolak keras jika dirinya dipanggil dengan
    sapaan
    "Mbak". Terdapat sejumlah alasan yang melatarbelakangi sikapnya tersebut.
    "Gue ini 'kan, bukan orang Jawa, kenapa dipanggil 'Mbak'?" Lalu, alasan lain yang
    lebih belagu plus nyelekit, "Gue 'kan, bukan babu, bukan babysitter, dan bukan SPG.
    Jadi, panggilan 'Mbak' jelas nggak pas buat gue." Dengan kata lain, dia beranggapan
    bahwasanya kata sapaan "Mbak" seolah-olah hanya ditujukan untuk kaum proletar.


    [​IMG]
    Yah, mungkin karena sang perempuan tersebut merasa dirinya adalah bagian dari
    kelompok el
    ite di dalam masyarakat, golongan sosialintah, eh... maksudku sosialita,

    sehingga. dia merasa terhina dan turun level jika dipanggil dengan sapaan "Mbak".



    Lalu, beberapa waktu kemudian, si Mas Gantengku masuk ke dalam kehidupannya.
    (Sayangnya
    , aku tak bisa protes. Sebab, hal itu terjadi jauh sebelum aku mengenal si Mas)


    Kala itu, si Mas juga telah mendengar reputasi buruk si perempuan tersebut yang
    takkan pernah sudi jika dipanggil "Mbak". Toh,
    si Mas never gave a damn about that.

    Alih-alih memanggil yang bersangkutan dengan sebutan "Sis" seperti yang dilakukan
    orang la
    in, si Mas justru selalu bersikeras memanggil dia dengan panggilan "Mbak".


    Eh, yang aneh bin ajaib (berdasarkan kesaksian informanku), sang perempuan elite itu
    ternyata malah tidak mempermasalahkan setiap kali si Mas memanggilnya dengan
    sebutan "Mbak". Hal itu jelas menimbulkan tanda tanya di dalam lingkar pergaulan
    mereka. "Kenapa kamu nggak pernah marah setiap kali dia memanggilmu 'Mbak'?"



    Responnya amat mengejutkan. "Jangankan cuma dipanggil 'Mbak'. Kalau misalnya
    dia nyuruh gue. telanj-ng di depan dia..... pasti bakalan gue lakuin dengan sukarela."




    [​IMG]

    Kesaksian tanpa tedeng aling-aling yang diungkapkan informanku itu membuatku
    sedikit shocked. Meskipun aku juga mengalami "masa-masa kedanan" dengan si Mas,
    tetapi aku tidak pernah sampai segila itu dalam mengekspresikan rasa kesengsemku.



    Alhamdulillah, suamiku bukan termasuk spesies makhluk nggragas yang tak peduli
    halal dan haram. Seperti yang Mbah Kyai katakan, "Dia mbeling, ning ora mbajing."



    "
    Mbeling". itu adalah kosakata bahasa Jawa yang bisa diartikan: "bandel" + "suka
    memberontak, melawan arus, dan tidak pernah sudi mengikuti tren". Mbeling juga
    diartikan: "brengsek", tetapi "brengsek with attitude". Kebrengsekan yang memesona.


    "Mbajing" itu pun merupakan kosakata dalam bahasa Jawa. Artinya kurang lebih
    adalah: "suka bermaksiat"
    . Tapi takkan pernah ada istilah "bermaksiat with attitude".

    Mbah Kyai bukanlah paranormal, dan bukan pula sosok yang menyukai hal klenik.
    Beliau adalah ulama yang bertauhid, ber-aqidah lurus, bersahaja, jauh dari bid'ah.

    Namun seperti halnya Dr. Cal Lightman dari serial TV Lie to Me, Mbah Kyai piawai
    dalam membaca
    , menelaah, serta memahami bahasa tubuh manusia. Sampai sejauh
    ini
    , tingkat akurasi dari kemampuan batin beliau, masih bisa aku jadikan pedoman.

    Jadi, ketika beliau mengatakan padaku bahwa "si Mas itu mbeling, ning ora mbajing",
    Insya Allah, pernyataan beliau tersebut bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.



     
    Last edited: Aug 25, 2017
  8. Suci_Ristyasari M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 17, 2014
    Messages:
    1,306
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,136 / -0
    Ahad pagi, selepas Subuh, aku dan si Mas mencoba untuk bersepeda berdua. Tetapi
    bukan berboncengan berdua dengan sepeda onthel seperti romantisme di masa silam.

    Aku dan sang laki-laki rupawanku itu mengendarai sepeda kami masing-masing,

    yang selama ini seolah tersia-siakan di garasi. Kami berdua melengkapi diri dengan
    "busana tempur": black hoodies, cargo pants, Smith Squad MTB Goggles + bike helmets.

    Tak lupa pula membawa 2 buah cycling backpack
    .yang berisi logistik berupa pakaian

    ganti, air minum, makanan secukupnya, dan peralatan yang diperlukan jika sepeda
    kami mengalami gangguan yang tidak terduga. Mengapa harus serepot itu? Karena
    acara bersepeda pada Ahad kemarin itu bukan sekadar untuk mengitari kompleks
    rumah kami. Melainkan kami
    mencoba menempuh jarak ± 50 km PP. Dalam rangka
    latihan kardio sekaligus untuk mengukur sejauh mana kebugaran fisik kami berdua.

    Alhamdulillah, meski melelahkan, tetapi kami bisa menuntaskan misi kami tersebut
    dengan memuaskan
    . Artinya, stamina dan daya tahan tubuh kami masih cukup baik.




    Menjelang perjalanan pulang ke rumah, .kami sempat beristirahat sejenak di suatu
    ruang publik. Dan tanpa diduga, di tempat itu aku bertemu dengan Bu Titiek, salah
    seorang guruku semasa SD dulu. Setelah berpisah selama belasan tahun, bi'idznillah,
    aku bersua kembali dengan beliau. Melihat kondisi beliau yang sudah terlihat sepuh,
    mau tidak mau membuatku berkaca-kaca. Rasanya baru kemarin aku menjadi anak
    didik beliau, eh.... sekarang aku telah menjelma menjadi seorang perempuan dewasa.



    Saat di SD dulu, bisa dibilang, Bu Titiek ini memperlakukanku sebagai teacher's pet.
    Murid kesayangan beliau. Uniknya.... Bu Titiek selalu memanggil aku bukan dengan

    dengan nama "Suci", tapi dengan panggilan "Tyas", yang merupakan potongan dari
    nama tengahku. Sepanjang sejarah masa studiku sejak SD hingga program magister,
    nyaris tak ada guru atau dosen yang membahasakan diriku ini dengan nama "Tyas".


    Hanya Bu Titiek-lah satu-satunya yang memanggilku demikian. Dulu, aku sempat
    mempe
    rtanyakan alasan di balik hal tersebut. Beliau saat itu berdalih, supaya nama
    lengkapku yang rumit dan super panjang itu bisa senantiasa nyantel di benak beliau.


    [​IMG]
    Mungkin ada benarnya juga. Waktu akad nikah dulu, si Mas nyaris "terpeleset" saat
    mengucapkan namaku secara lengkap. Meski syukurlah
    , tidak perlu sampai diulang.



    Toh, perjumpaan pada Ahad kemarin tidak hanya berisi rasa haru yang menyeruak.

    Setelah puas berbincang perihal keadaanku dan keluargaku, Bu Titiek mengalihkan
    perhatiannya kepada suamiku. "Sing ngganteng iki bojomu, Tyas?" Eh.... si Mas yang

    menjawab, "Inggih, Bu." Aku sudah mulai deg-degan. Sebab, suamiku itu sebetulnya
    belumlah terlalu memahami strata dalam penggunaan bahasa Jawa. Demikian pula
    dengan masalah pelafalan dan intonasi pengucapan. Kok, ya nekat berbahasa Jawa.


    Dan benar saja. Secara berkelakar, Bu Titiek berucap, "Wah...... meh tak pek mantu...."
    Si Mas pun dengan sigap langsung menimpali, "Insya Allah." Lho, kenapa responnya
    malah jadi seperti itu? Sebetulnya kamu ngerti nggak makna dari ucapan Bu Titiek?

    Komedi situasi dadakan tanpa skenario tersebut sampai membuat Bu Titiek tertawa.



    Selanjutnya, si Mas mulai bertanya perihal "rahasia perusahaanku" semasa SD dulu.

    Pada awalnya sih
    , Bu Titiek memberi jawaban-jawaban yang normatif. Tapi si Mas
    memang memiliki karisma dan pesona alamiah dalam urusan berbincang-bincang.


    Meski baru kenal Bu Titiek selama beberapa menit, namun si Mas bisa menciptakan
    suasana pe
    rbincangan yang amat menyegarkan, tidak kaku, dan seolah tanpa jarak.


    Sehingga, Bu Titiek pun jadi "terpancing" untuk menceritakan secara lebih spesifik
    soal keseharianku dulu di SD. Termasuk insiden seseorang yang sempat naksir aku,
    dan kemudian yang bersangkutan dimarahi habis-habisan oleh beliau di ruang guru.

    Kemudian si Mas pun mulai kumat isengnya. Dia mengolah cerita Bu Titiek tersebut
    menjadi spontaneous joke yang (lagi-lagi) membuat beliau tertawa geli, dan sekaligus
    memerahkan wajahku. Si brengsek tercinta itu sukses membuat aku salah tingkah
    tak tentu arah. Ah, Sweetheart... Damn you for putting me in this awkward position.


    [​IMG]
    Aku sampai bingung melihat suasana akrab yang langsung terjalin antara Bu Titiek
    dan si Mas. Seolah-olah, justru si Mas itulah yang merupakan mantan murid beliau.




    Saat kami pulang
    , aku ngambek. Tidak mau menanggapi apa pun perkataan si Mas.

    Kami be
    rsepeda beriringan. Terkadang, di jalan yang lengang, kami bisa bersepeda
    secara bersebelahan. Dan suamiku membiarkanku merajuk. Tak mau ambil pusing.


    Dia malah menyanyikan serangkaian lagu yang liriknya diganti menjadi tak keruan.

    Awalnya, lagu-lagu tradisional Jawa: Jenang Gulo serta Yen Ing Tawang Ono Lintang.
    Kedua lagu yang sebetulnya adalah lagu-lagu romantis itu, diubah sebagian liriknya,

    sehingga menjadi aneh.. Meski lucu, tapi aku berusaha keras untuk tetap cemberut.

    Kemudian, dia menyanyikan sebuah lagu berbahasa Jerman. Aku tidak pernah bisa
    mengingat judul lagu tersebut, tidak bisa menghafal liriknya, dan sama sekali tidak

    bisa melantunkannya.. Tetapi aku selalu ingat, lagu itu adalah "serpihan kenangan"
    dari tragedi puitik dan komedi romantik yang kami alami berdua pada tahun 2012.



    Pertahananku akhirnya runtuh sepenuhnya saat dia menyanyikan Himne Suami Istri.

    Lagu yang ia buat semasa kuliah
    , saat dia galang-gulung dengan anak-anak Menwa.

    Judul lagu sih, elegan; Himne Suami Istri. Tapi liriknya sangat asosiatif + provokatif.

    [​IMG]
    Toh, lagu itulah yang menyadarkan aku bahwa sangatlah tidak mudah menemukan
    suami seperti si Mas. Seorang suami yang sanggup menyajikan. "kegilaan" untukku
    tanpa harus
    kehilangan kewarasan. Tanpa melanggar batasan yang ditetapkan-Nya.


     
    Last edited: Aug 29, 2017
  9. Suci_Ristyasari M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 17, 2014
    Messages:
    1,306
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,136 / -0
    Pada Senin malam, sepulang kerja, si Mas tiba-tiba saja mengatakan satu hal yang
    sangat mengejutkanku. "Kelihatannya, jatah untuk bulan September, tak akan lagi
    seperti bulan-bulan sebelumnya. Kira-kira kamu nggak akan keberatan, 'kan? Nanti
    deh
    , akan aku jelaskan alasannya. Sekarang jangan tanya-tanya apa pun dulu, ya?"

    Biar bagaimanapun
    , hal itu jelas mengganggu pikiranku. Apa dia sedang mengalami
    masalah di kantor? Jika ada persoalan, ya didiskusikan bersama. Aku 'kan istrinya.

    Tapi si Mas menolak. Ia memintaku supaya memberinya kesempatan untuk berpikir.



    Salah satu "racun" di dalam rumah tangga adalah masalah finansial. Banyak contoh
    terkait hal tersebut. Banyak pernikahan yang tak bahagia, bahkan akhirnya bubar,

    karena disebabkan oleh munculnya problem keuangan yang tidak bisa terselesaikan.

    Ada istri-istri yang akan berpikir untuk meninggalkan suami-suami mereka di kala

    kondisi finansial sang suami sedang sial. "Cinta" ketika sang suami tengah berjaya,
    tetapi akan langsung "menista" saat suami jatuh tak berdaya. Mengenaskan, bukan?




    Dulu, tahun 1997, Papa tercinta pernah terkena PHK. Ketika badai krisis moneter
    mulai mengamuk dengan hebatnya di Indonesia. Sampai akhir 1998, Papa terpaksa

    .jobless. Alhamdulillah, Papa masih memiliki usaha kost-kostan yang menghasilkan.
    Alhamdulillah pula, Mama tak terkena terjangan badai krisis yang terjadi kala itu.

    Mama adalah seorang istri shalihah yang bekerja dan berpenghasilan. Tidak hanya
    ongkang
    -ongkang kaki menadahkan tangan pada suami. Mama juga menunjukkan
    di
    ri beliau sebagai seorang istri yang tetap setia mendampingi Papa di dalam segala

    kondisi. Sewaktu Papa sedang terpuruk, Mama segera berperan sebagai stabilisator
    yang dengan tangkas menopang perekonomian keluarga agar tidak sampai ambruk.

    Alhamdulillah.... pada tahun 2002, Papa kembali mendapatkan karier yang mapan.

    Dan sekaligus
    , Mama "lulus ujian rumah tangga" dengan predikat summa cum laude.

    Seorang istri yang kesetiaannya pada suami dan keluarga tidak goyah sama sekali.



    [​IMG]
    Selasa pagi, .sebelum kami berdua berangkat kerja, .aku katakan kepada suamiku,
    "I will always be by your side.. No matter what the situation is.. No matter what happens.
    You always have my prayers and my full support in whatever you do." .Dia pun terdiam.
    Kemudian mengecup ubun-ubun kepalaku sambil berkomentar, "Iya. Sama-sama."

    Aku melanjutkan, "Nanti malam, persoalan kamu itu kita diskusikan bersama, ya?"
    Eh.... responnya malah membuatku jengkel seketika. "Nope. .Stay out of my business."



    Ya, sudahlah. Kalau nggak gitu, ya bukan "si brengsek tercinta" namanya. Mungkin
    masalah. tersebut adalah ladang ujian pertama dalam kehidupan pernikahan kami.

    Ketika jam istirahat kantor, aku mulai membuat estimasi perubahan A-P-B-R-T.
    Dengan 3 versi berbeda. Mulai dari yang sangat ketat, hemat, hingga yang moderat.

    Pokoknya, aku berusaha mengantisipasi segala skenario terburuk yang akan terjadi.
    Kalaupun suamiku mengurangi jatah belanja bulanan kami, ya nggak apa-apa, deh.

    Toh, .aku juga masih memiliki penghasilan yang lebih dari cukup untuk membantu
    membiayai keuangan rumah tangga kami berdua. Satu hal yang wajib aku syukuri.



    [​IMG]

    Semalam, si Mas menyetorkan gaji bulanannya kepadaku. Seperti biasa, aku cium
    tangannya dan mengucapkan terima kasih. Ketika aku cermati
    , jumlahnya sungguh

    di luar perkiraanku. Alih-alih berkurang dibandingkan. bulan-bulan sebelumnya,
    justru ada kenaikan dalam jumlah yang membuatku sedikit gemetar. Gimana sih ini,
    katanya, kamu akan mengur
    angi jatah uang bulanan, lha... kenapa sekarang malah
    jumlahnya meningkat lebih dari 30%? Saat aku masih diliputi tanda tanya, suamiku
    memberikan selembar kertas yang tambah mengejutkanku. Surat Promosi Jabatan.


    Tahun lalu
    , .dia harus bersabar dan menelan kekecewaan, karena belum beruntung
    mendapatkan promosi. Kompetisi dalam dunia kerja memang persis hukum rimba.

    Ia memberi penjelasan terkait hal itu dan juga perihal mind games yang ia mainkan,

    "Aku 'kan. nggak pernah bilang mau mengurangi jatah bulanan. Yang aku katakan,
    uang belanja untuk bulan September, tak akan lagi seperti bulan-bulan sebelumnya.
    Alhamdulillah, ada anugerah tambahan rezeki dari Allah untuk istri yang shalihah."



    Mbelgedes tenan. Lagi-lagi, dia sukses mengerjai aku sampai membuatku ketar-ketir.

    Berhari-hari, ia memasang wajah yang super tegang, kayak tertimpa masalah berat.
    Dia menunjukkan ekspresi seolah sedang mengalami persoalan serius di kantornya.

    H
    ingga membuat aku. cemas, senewen, .dan sempat takut mengajaknya berbincang.
    Bahkan, aku sudah memikirkan perihal worst-case scenarios yang mungkin terjadi.

    Eh.... ternyata dia sedang memainkan practical jokes. Dan hasilnya sangat gemilang.

    Sampai detik ini, aku tak kuasa berkata-kata. Perasaanku campur aduk tak keruan.
    Antara lega, bersyukur, terharu (sampai mau nangis), kesal, jengkel, dan juga gemas.



    By the way, Happy Eid Mubarak.. Semoga Allah berkenan menerima. ibadah qurban
    yang kita lakukan dan berkenan pula membalasnya sesuai yang telah Dia janjikan.

    Semoga kepedulian sosial kita sebagai muslim tak terhenti sebatas ber-qurban saja.


     
    Last edited: Sep 1, 2017
  10. Suci_Ristyasari M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 17, 2014
    Messages:
    1,306
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,136 / -0
    :hihi:
    Pada Sabtu dan Ahad kemar
    in, aku diajak suamiku menginap di rumah mertuaku.
    Jadi ceritanya, aku dipekerjakan untuk mengolah daging sapi dan daging kambing.

    Dag
    ing sapinya. diolah menjadi gulai sapi a la. gultik Bulungan. Sedangkan daging

    kambingnya dimasak menjadi olahan gulai, tongseng, dan juga tengkleng a la Solo.

    :suram:
    Sebenarnya, aku agak sedikit deg-degan melaksanakan misi tersebut. Biarpun aku
    bisa dikatakan telah menguasai dengan baik teknik. mengolah hidangan-hidangan
    itu sejak aku masih menjalani masa perkuliahan S-1, tapi namanya juga memasak
    di rumah mertua... seakan ada "suasana horor" yang (secara subjektif) aku rasakan.

    Padahal, Mama Mertuaku. tercinta sama sekali bukanlah tipe Monster-in-Law yang
    mengerikan. Beliau itu adalah Mother-in-Law yang semanak terhadap menantunya.

    Meski aku mungkin bukan tipe menantu ideal. #BerkacaKacaSambilGigitGigitUlekan




    Syukur Alhamdulillah, all's well that ends well. Misi memasak berjalan dengan baik.
    Terutama, karena ada dukungan dari kakak perempuan si Mas (alias Kakak Iparku).
    Dia benar-benar berperan sebagai my good helper yang meringankan pekerjaanku.

    :malu1:
    Dan yang juga sangat aku syukuri, Kakak Iparku mau berbaik hati membeberkan
    "
    sejumlah kisah heroik dan cerita hitam nan kelam" yang pernah dialami suamiku.


    Allah memang Maha Adil. Setelah pekan lalu, si Mas berhasil memperoleh rahasia
    masa laluku di SD dari Bu Titiek, eh.. tanpa diduga, kemarin, giliran aku yang bisa
    mendapatkan "
    info A1" yang bahkan tidak pernah diketahui oleh para informanku.



    Salah satu cerita yang paling edan. dan. paling menggetarkan ialah skandal asmara
    kisah kasih di sekolah antara si Mas dan seorang perempuan yang notabene adalah
    merupakan kakak kelasnya. Hardcore banget, ya? Senior laki-laki sayang-sayangan
    dengan junior perempuan sih wajar, nggak aneh. Lha ini.... junior laki-laki nekat
    cari perkara dengan memacari senior perempuan. Eh... udah gitu, pake ketahuan lagi.


    Akibatnya mudah ditebak.. Murkalah para senior yang tengah. menikmati puncak
    kekuasaan kala itu. Si Mas pun sudah nyaris akan "diselesaikan secara fisik". Alias
    akan "diberi pelajaran" supaya mengerti hakikat hierarki antara senior dan junior.

    Beberapa di antara para senior itu bahkan sudah berkeliaran di gerbang kompleks
    perumahan tempat tinggal keluarga si Mas. Siap menantikan "komando persekusi".

    :malu2:
    S
    i Mas sama sekali nggak takut. Dia malah bergairah (!) dengan situasi seperti itu.
    Teman-teman sepergaulannya di kompleks perumahan, juga siap mem-backup dia.


    :keringat:
    Hadeehh... serem banget sih.... aku merinding mendengar penuturan Kakak Iparku.



    Yang membuatku speechless, "belahan hati" si Mas saat itu ternyata "pasang badan"
    mati-matian demi
    melindungi sang laki-laki pujaan. Si perempuan tersebut bahkan
    mengancam akan mendatangkan sejumlah "fruit children" (anak buah; ha-ha-ha) yang
    dimiliki Papa-nya untuk menghadapi tindakan brutal dari
    para oknum senior itu.

    :onegai:
    Pokoknya, kalau sampai si Mas kenapa-kenapa, maka akan ada aksi balasan yang

    bakal dirasakan oleh para oknum senior tersebut. Ancaman yang tidak main-main.

    Dan... gertakan dari sang perempuan itu ternyata sangat ampuh untuk menciutkan
    nyali mereka. yang. tadinya sudah. petantang-petenteng. akan menganiaya. si Mas.



    Aku telah mengenal s
    i Mas sejak Agustus 2011. Namun
    , tak pernah sekali pun dia
    menceritakan kisah di atas itu padaku
    . Masih ada banyak
    "kisah-kisah horor" yang
    d
    iuraikan Kakak
    Iparku terkait si Mas. Ya, syukurlah, meski cerita-cerita tersebut
    membuat esmosiku teraduk-aduk, tapi tidak sampai mengacaukan proses memasak
    yang aku dan Kakak Ipa
    rku lakukan. Hasil masakan kami pun tak mengecewakan.


    :hmm:
    Melihat keluarga besar suamiku menikmati hidangan yang aku (dan Kakak Iparku)
    masak, membuat aku merasa sangat berbahagia dan -tentu saja- sekaligus bangga.




    Ketika aku berusaha memverifikasi kesaksian Kakak Iparku tersebut pada si Mas,
    eh..... si Mas justru membantahnya. Dia mengucapkan sebuah kalimat yang sering

    banget digunakan oleh Om Tukul "Reynaldi" Arwana dalam materi guyonan-nya.

    :boong:
    "J
    angan percaya sama Mbak-ku. Dia kalau sekali ngomong, salahnya sepuluh kali."



    :cambuk3:

    Ah, terus terang, terkait sejarah masa lalumu, aku lebih percaya cerita kakakmu.

    Yang membuatku merasa sedikit aneh, pada umumnya, sebagian kaum laki-laki
    akan membangga-banggakan kisah seperti yang pernah kamu alami tersebut jika
    mereka mengalaminya. Lha
    , sedangkan kamu malah menyimpannya rapat
    -rapat.



    :yahoo:

    By the way, aku terharu banget, ketika mengetahui bahwa "geng eksmud dua digit"
    ternyata memiliki kepedulian yang sangat tinggi pada penderitaan Kaum Rohingya
    dan pengungsi Suriah. Levelnya sudah bukan lagi hanya sekadar membuat hastag.
    Si Mas bilang, tak sampai 20 menit, donasi yang bisa terkumpul sangatlah banyak.


     
    Last edited: Sep 7, 2017
  11. Suci_Ristyasari M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 17, 2014
    Messages:
    1,306
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,136 / -0
    Ba'da shalat Jumat, si Mas singgah sebentar ke kantorku. Kebetulan, aku sedang
    bersiap untuk melaksanakan briefing di gedung sebelah. Ya sudah, akhirnya kami
    cuma bisa berbincang selama 10-15 menit saja sebelum berpisah di depan pintu lift.

    :hihi:
    Ket
    ika aku berada di dalam lift.... eh... ada seorang perempuan yang berkomentar,
    "Pacarnya ganteng dan manly banget deh, Mbak." Aku hanya diam dan tersenyum.



    :hmm:
    Wah
    , tak disangka, secret admirers kamu di kantorku ternyata banyak banget, ya?

    Pantesan aja, sampai sekarang, dendam sang sosialita itu padaku nggak bisa tuntas.

     
  12. Suci_Ristyasari M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 17, 2014
    Messages:
    1,306
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,136 / -0
    [​IMG]
    Seka
    rang ini, ada satu kesenangan baru yang rutin kami lakukan berdua tiap hari.
    Yaitu push-up sambil main kuda-kudaan. Eits, jangan berpikiran ngeres dulu, ya?

    Maksudnya itu adalah, aku menduduki punggung kukuh si Mas saat ia melakukan
    serangkaian latihan push-ups. Kini, hal unik tersebut sedang mulai menggejala di
    kalangan pasutri Jakarta. Banyak yang tertarik dengan teknik itu, tapi sayangnya,

    banyak laki-laki yang tak sanggup melakukannya. Entah karena sang istri terlalu
    "berbobot" atau karena otot tubuh si suami sama sekali tidak terlatih dengan baik.

    Varian push-ups seperti itu mensyaratkan kekuatan upper-body yang amat terlatih.

    Lak
    i-laki yang jarang atau bahkan tak pernah menjalani latihan fisik yang keras,

    100% dipastikan tidak akan mungkin bisa melakukan teknik push-ups semacam itu.



    [​IMG]
    Di diary ini, aku pernah menulis perihal militansi si Mas dalam mengolah fisiknya.
    Alhamdulillahirabbil'alamin
    , si Mas Gantengku termasuk laki-laki yang perkasa.

    Dia bukan cuma superior dalam "urusan cari duit", bukan hanya brengsek dalam
    perkara merayu para perempuan sampai mereka terbuai dan nangis magep-magep,
    tetapi, bi'idznillah, ia juga memenuhi kualifikasi untuk disebut sebagai "perkasa".


    Ia mampu melakukan teknik push-ups anti-mainstream tersebut dengan sempurna.

    Mungk
    in karena berat badanku hingga saat ini masih berada di kisaran 55-58 kg.

    Aku bisa menaiki punggungnya tanpa dia merasa seperti dibebani sekarung beras.

    Seh
    ingga
    , dia pun sanggup melakukan 4 set push-ups (tiap set: 8 x) tanpa kesulitan.


    Tiba-tiba, aku jadi teringat pada celetukan seorang perempuan saat aku berada di
    l
    ift pada hari Jumat kemarin, "Pacarnya ganteng dan manly banget deh, Mbak...."


    Mestinya aku marah ketika ada perempuan lain menyanjung suamiku, apalagi dia
    mengira si Mas hanya sekadar "pacarku". Tapi aku bisa memaklumi karena yang
    bersangkutan ternyata menganut "ideologi" yang sama denganku, bahwa laki-laki
    yang diklasifikasikan "ganteng" itu
    , ya harus juga terlihat "laki banget" alias manly.





    By the way, kalau melihat penderitaan saudara-saudari kita, kaum Rohingya yang
    te
    raniaya seperti itu, kadang akan membuat kita merasa malu dengan diri sendiri.
    Ka
    rena kita terlalu mudah mengeluh di saat kita tidak semestinya berkeluh kesah.
     
  13. Suci_Ristyasari M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 17, 2014
    Messages:
    1,306
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,136 / -0
    [​IMG]
    Once a bad boy.... always a bad boy.... and I have to deal with that for the rest of my life.

    Tapi, rasanya aku akan sangat kecewa bila dia bertransformasi menjadi a nice guy.

    Kata sejumlah orang sih
    , nice guy itu menyenangkan. Baik, sabar, nggak neko-neko,
    mau memanjakan istri, dan menuruti apa pun yang diminta atau diinginkan istri.

    Namun, seorang nice guy hanya akan memberikan kehidupan yang membosankan.

    Datar, menjenuhkan, begitu-begitu saja, tak ada gereget apa pun dari hari ke hari.

    Sangat berbeda dengan kebrengsekan yang melekat erat dalam diri si Mas. Dia itu
    tak pernah sudi aku atur, tidak bisa diprediksi, cenderung berpikir out of the box,
    mau mengambil risiko untuk bertindak di luar text-book, tapi sanggup memberiku
    hal-hal indah dan mengejutkan yang tak akan bisa diberikan oleh seorang nice guy.




    Once a bad boy.... always a bad boy..... and I'm always addicted to the way he treats me.


    Ehm.... aku memang sangat menikmati cara dia memperlakukan diriku selama ini.
    Agresif, "beringas", meluap-luap, dan tahu banget trik menaikturunkan emosiku.

    Piawai membuatku terbuai, sampai berujung megap-megap saking kewalahannya.
    Sangat memahami teknik berperan sebagai pengayom dan sebagai "monster buas".


    Tak mengherankan, jika dulu "si ibu itu" sampai terang-terangan pingin t-lanj-ng
    di depan si Mas. Secara naluriah, aku pun memiliki keinginan yang serupa. (Idiih)


    Tap
    i
    , tata krama yang aku anut membuatku tak mengekspresikannya sevulgar itu.



    [​IMG]
    Once a bad boy.... always a bad boy..... and I proudly admit that I'm his number one fan.

    D
    ia begitu sering menjengkelkanku, dia pun sering membuatku merasa cemburu.
    Dan, percaya atau tidak, kini aku mulai menikmati sensasi kecemburuan tersebut.

    Mesk
    i cemburu, tapi ada sensasi aneh saat aku menyadari bahwa ada perempuan
    lain
    yang secara terang-terangan atau diam-diam terindikasi menyenangi si Mas.

    Kadang
    -kadang aku bisa sangat marah pada dirinya di pagi hari, tetapi kemudian
    malah jadi tersenyum sendiri di siang hari saat merenungkan kebrengsekannya itu.

    Ia mampu membawaku untuk "be
    rtualang memasuki berbagai tempat yang asing".

    Sisi lain di dunia ini yang sebelumnya tak pernah atau belum pernah aku ketahui.
    Ia pun selalu mengajariku serangkaian hal-hal yang aneh, unik, dan bahkan edan.

    Sehingga hidupku ini bisa diisi oleh cerita-cerita menarik dan tidak membosankan.



    Alhamdulillah
    .... aku bisa bersyukur, karena dia masih mau memegang kode etik:

    "Meski mbeling, tapi tidak mbejujag, tidak mrusal, .dan tidak ikut-ikutan mbajing."
    (Bandel sih bandel
    , namun masih elegan, tahu batasan yang berlaku, dan tak bermaksiat)

    Ia masih punya kepedulian pada hukum Allah, masih mau menghormati orangtua,
    tidak "nggragas" dan tidak "clutak" (dalam tanda petik, jangan diartikan secara literal),
    punya rasa welas asih pada makhluk hidup lainnya seperti binatang dan tanaman,

    serta yang terpenting: tidak pernah main tangan dan tidak pernah bermulut belati.
    Si Mas itu sering banget meledekku, tapi tak pernah menghina atau menyakitiku.

    Kami telah berulang kali terlibat cek-cok, perdebatan sengit, dan adu argumentasi.

    Toh
    , sepanas apa pun peristiwanya, dia sama sekali tidak pernah menganiaya aku.
    Dia mendominasiku dan mengendalikan aku secara penuh
    , tapi tidak mengasariku.

    Tidak memukulku
    , tidak menjambakku, tidak menamparku, dan tidak memakiku.

    Pokoknya, dia itu spesies laki-laki yang takkan pernah sudi mengasari perempuan.

    Padahal, kalau sudah naik pitam, aku bisa sangat bengis dan provokatif. (ha-ha-ha)



    [​IMG]

    Once a bad boy.... always a bad boy.... but he's a great lover who knows how to love me.

    Do that to me one more time, once is never enough with a man like you.
    Do that to me one more time, .I can never get enough of a man like you.

    (
    Menyenandungkan lagu lawas sambil melihat-lihat foto-foto perjalanan hidupnya)


     
    Last edited: Sep 26, 2017
  14. Suci_Ristyasari M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 17, 2014
    Messages:
    1,306
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,136 / -0
    Nyinyir dari A sampai Z. Eh, bukan. Yang sebenarnya itu adalah nyinyir menurut
    selera subjektif mereka saja. Hanya untuk meluapkan hasrat kebencian yang ada
    dan berakar di dalam diri mereka. Lantas, berusaha keras untuk kelihatan pinter.


    Alih-alih bisa bikin orang lain kagum, yang ada justru menjadi bahan tertawaan.

    Saking nggak tahannya, si Rani sampai berkomentar amat nyelekit terkait hal itu.
    Dan jujur deh
    , kita semua merasa sangat terhibur dengan komentar Rani tersebut.




    [​IMG]
    Nyinyir itu domain perempuan. Jelas ada yang salah jika kaum laki-laki nyinyir.
    Level maskulinitas seorang laki-laki akan jeblok kalau dia terlihat
    "banyak mulut".

    Laki-laki sejati pastilah menunjukkan kualitas diri dengan prestasi. Seperti si Mas.
    Satu contoh yang subjektif? Memang. Tetapi sekaligus juga sangat objektif bagiku.

    Selama ini
    , ia tak pernah suka rempong menyinyiri segala macam hal yang terjadi.
    Toh, dia nyaris selalu sanggup menjadi seorang problem solver yang memesonaku.


    Meski dia sangat sering membuatku jengkel, namun dia adalah teman berbincang
    yang menyenangkan
    , partner berdiskusi yang mencerahkan, dan juga mitra debat
    serta "lawan adu mulut yang sangat menggairahkan". (dimaknai dengan arti kiasan, ya)



    Sejak kecil, kata Mama, aku sudah "berbakat pinter ngomong". Tetapi, tetap saja
    aku sering kewalahan tiap berkelahi kata-kata dengan si brengsek tercintaku itu.

    [​IMG]
    Hal tersebut sangat aku syukuri karena membuat jalan hidupku lebih berwarna.



    Kita semua tentulah memahami, hidup akan terasa kosong jika kita tak memiliki
    "teman" yang mau menyimak cerita kita dan yang mau bercerita balik kepada kita.


     
    Last edited: Sep 30, 2017
  15. Suci_Ristyasari M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 17, 2014
    Messages:
    1,306
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,136 / -0
    Kemarin siang, aku menemani si Mas datang ke acara reuni anak-anak Menwa.
    Acaranya bukan di suatu gedung, namun di sebuah lapangan olahraga terbuka.

    Tapi pada akhirnya aku menyadari
    , bahwa acara reuni itu tak lebih dari sekadar

    dalih belaka. untuk ajang pamer maskulinitas + adu kekuatan di antara mereka.

    [​IMG]
    Setelah "mengokupasi lapangan basket", mereka pun bermain bola basket sambil
    be
    rtelanjang dada. Eaaa... belagu banget, ya? Aku dan para WAGS lainnya sibuk
    mengambil foto dan merekam aksi machtsvertoon yang mereka pertontonkan itu.


    Pada saat-saat seperti itu, aku baru memahami mengapa hingga kini, si Mas masih
    selalu setia dan istiqamah menjalani rangkaian latihan jasmani yang sangat berat.


    Berkat latihan fisik yang luar biasa keras dan dilakukan secara berkesinambungan

    itulah, si Mas Ganteng bisa memiliki kekuatan sekaligus bentuk tubuh yang indah.



    Biarpun main basketnya nggak jago-jago amat (ha-ha-ha), tapi show of force yang
    mereka lakukan itu, secara naluriah mampu menarik minat dan atensi dari para
    mamah-mamah muda, mbak-mbak bening, dan dedek-dedek gemes yang berada

    di lokasi tersebut. Beberapa orang di antaranya "tak mampu menahan diri" dan
    akhirnya ikut memfoto serta memvideokan momen yang mungkin jarang terjadi di
    depan mata me
    reka secara langsung itu. Suatu hal yang sangat manusiawi, bukan?

    Setiap perempuan normal pastilah akan berdesir hatinya manakala menyaksikan
    para pria normal yang berbadan bagus, tegap, kekar, berotot, serta terlihat kuat.




    [​IMG]
    Tiba-tiba aku teringat ucapan Bu Titiek, guru SD-ku dulu, ketika aku dan si Mas
    be
    rtemu beliau beberapa waktu yang lalu. Beliau mengatakan dalam bahasa Jawa,
    yang artinya kurang lebih, bahwa sampai pada dekade 80-an, pria yang berbadan
    tegap kekar itu hampir pasti hanya berasal dari kalangan ABRI (tentara dan polisi)
    ,
    atlet, "tukang kepruk" alias tukang pukul, atau dari kelompok pekerja kerah biru.

    Bu Titiek terang-terangan menyatakan rasa heran beliau, saat mengetahui bahwa
    si Mas Ganteng itu ternyata ialah seorang white-collar worker yang bekerja 9 to 5.

    Menurut beliau sih, pada masa silam, para pria white-collar workers itu mayoritas

    "bertubuh halus", "melentok" alias tidak tegap, dan sangat jarang terlihat muscular.

    Tapi menurut aku, hingga saat ini, white-collar workers yang peduli pada olah fisik
    jumlahnya relatif tidak terlalu banyak.. Sebagian besar pria white-collar workers
    yang terlihat di sekeliling kita, masihlah cenderung mengabaikan latihan jasmani.

    Sehingga laki-laki yang memiliki militansi dan ketekunan untuk menjalani latihan
    fisik yang ke
    ras
    (seperti yang dilakukan si Mas), akan tetap terlihat
    sebagai anomali.


     
  16. Suci_Ristyasari M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 17, 2014
    Messages:
    1,306
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,136 / -0
    Ada seseorang yang dengan tekun dan setia selalu mengintip tulisanku di diary ini.

    Kemudian dia berkomenta
    r, "Suci, diary-mu itu penuh dengan 'glorifikasi' terkait
    dengan si Mas. Tahu nggak, Ci? Tiap kali baca tulisanmu, bikin aku baper banget."

    [​IMG]
    Glorifikasi? Aku mengglorifikasi si brengsek itu? Ehmm... iya juga, sih... ha-ha-ha.


    Komenta
    r dari si orang tersebut tidaklah keliru. Memang terlihat jelas, tulisanku

    di thread diary IDWS ini amat bernuansakan puja-puji dan sanjungan pada si Mas.



    Kenapa seperti itu? Ya, suka-suka aku, dong. Aku punya hak untuk menyanjung
    laki-laki yang aku cintai. Ada begitu buuaanyak alasan objektif yang membuatku
    selalu tak kuasa menahan diri untuk tidak "memuja" sosok si brengsek tercinta itu.

    Kendati demikian, aku masih cukup rasional untuk tidak memberhalakan dirinya.
    Aku t
    idak mau membabi buta menyanjungnya. Karena aku manusia, bukan babi.

    Kalau dia salah jalan, ya aku akan berusaha menariknya lagi ke jalan yang benar.

    Satu hal lagi yang terpenting: seluruh glorifikasi atau puja-puji terhadap si Mas
    itu adalah berdasarkan fakta yang objektif, bukan khayalan yang diada-adakan.

    Sela
    in si orang yang telah aku sebutkan di atas tadi, ada banyak pihak yang rajin
    mengintip tulisanku di thread ini. Jika aku terindikasi ngibul saat mengglorifikasi
    si Mas, maka tentu kredibilitasku di dunia nyata akan hancur lebur tanpa ampun.



    Aku tak ragu untuk membahasakan dirinya dengan sebutan "si brengsek tercinta".

    Padahal
    , "brengsek" adalah kosakata yang biasanya dimaksudkan untuk memaki,
    alih-alih untuk memuji. Sebagian orang merasa bahwa kosakata itu cukup kasar.

    Sedangkan,.sejatinya,.aku dididik oleh kedua orangtuaku untuk peduli pada etika.

    [​IMG]
    Tapi, segala pesona yang dia hadirkan di dalam kehidupanku, memaksaku untuk
    sedikit "memberontak" pada petuah orangtuaku. Dia sanggup memberiku banyak
    kesenangan, keceriaan, ketenangan, harapan, serta optimisme yang meneduhkan
    perjalanan h
    idupku yang tidak ringan ini. Bersama dia, aku menjadi lebih hidup.


    Dia membiarkan aku untuk menjadi diriku, tanpa harus bertopeng kemunafikan.

    Namun
    , di sisi lain, ia tidak pernah jemu untuk meng-upgrade diriku supaya aku
    tidak sampai membenamkan diri ini dalam kondisi yang statis alias "gini-gini aja".

    Aku menyebutnya "brengsek", karena dia memiliki banyak faktor pembeda yang
    sering membuatku terkaget-kaget menyikapi
    perilakunya. Sangat berbeda dengan
    laki-laki kebanyakan lainnya. Ia berpikir out of the box, bertindak di luar textbook.
    Dia sangat se
    ring menjengkelkanku, tapi aku selalu rindu dibikin jengkel olehnya.



    Seumur-umur, aku tidak pernah mengidolakan pesohor atau selebritis mana pun.

    Dulu
    , aku pernah keranjingan pada genre musik jazz, khususnya avant-garde jazz.
    Selama beberapa tahun, aku nyaris tidak pernah alpa menghadiri event Java Jazz.

    Toh
    , hal tersebut tidak sanggup membuatku untuk mengidolakan para musisinya.

    Setiap aku diminta mengisi biodata, pihak yang aku idolakan tak pernah beranjak
    dari sosok "orangtuaku" dan juga "Rasulullah SAW". Ah, sangat old-fashioned, ya?


    Hal itu karena aku menganut konsep bahwa aku hanya akan mengidolakan sosok
    yang juga memiliki kepedulian padaku. Kedua orangtuaku memenuhi kriteria itu.
    Demikian pula Rasulullah SAW, yang akan memohonkan syafaat untuk umatnya.



    Apakah si Mas Gantengku memenuhi kriteria untuk menjadi idolaku? Absolutely.

    Bahkan pada kenyataannya
    , bukan hanya aku yang mengidolakan si brengsek itu.

    Si Ibu itu juga. Si Ibu yang di sana juga. Tak ketinggalan, si Ibu yang satunya lagi.

    [​IMG]
    Mestinya aku marah saat menyadari hal tersebut, ya? Tapi lama-kelamaan, tidak.

    Secara tulus
    , aku justru memuji mereka. Karena mereka punya selera yang bagus.

    Perempuan selalu memiliki insting tajam untuk mengenali pria yang berkualitas.


     
    Last edited: Jul 11, 2018
  17. Suci_Ristyasari M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 17, 2014
    Messages:
    1,306
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,136 / -0
    Di saat orang-orang lain. sedang bersiap untuk menikmati liburan akhir tahun,
    aku dan sang suamiku tersayang justru baru tiba kembali di rumah kami setelah
    menjalani masa honeymoon kami yang tertunda. Kami menikah di bulan April '17,
    tapi aku dan si Mas baru berkesempatan menikmati bulan madu pada November
    hingga pekan ke-3 Desember '17. Berjalan-jalan di negeri orang, merasa terasing,
    namun sekaligus juga menikmati rasa keterasingan itu dengan semesra-mesranya.

    Merasakan betapa repotnya mencari makanan halal, padahal sudah lapar banget.

    Dan kedinginan pula. Dingiiiiin biyangeeeet. Aku sampai misuh-misuh ke si Mas,
    "Ngapain juga sih kamu mengajak aku ke sini? Honeymoon macam apa ini, Mas?

    Kalau tahu bakal kedinginan, mendingan kelonan berdua di rumah."_Ha-ha-ha.

    Alhamdulillah.... setelah dengan "sabar" menelusuri, akhirnya kami pun berhasil
    menemukan satu tempat yang menjual berbagai macam hidangan halal dan enak.

    [​IMG]
    Syukurlah
    , pada hari-hari selanjutnya, segalanya menjadi lebih mudah bagi kami
    berdua. Ada beberapa kolega si Mas yang dengan senang hati bersedia memandu
    kami agar tidak tersesat di Jepun. Dan mereka juga berperan penting membantu
    mengupayakan agar "artefak kebudayaan hasil perburuan kami" bisa dikirim ke
    Indonesia tanpa melalui "prosedur konvensional" yang cenderung berbelit-belit.

    Sehingga kepulangan kami ke Indonesia tidak perlu direpotkan dengan urusan di
    bandara. Kita semua tahu, barang impor yang bebas bea masuk hanyalah senilai
    US$ 250
    per orang dan US$ 1,000 per keluarga. Ya sudahlah, lebih baik belanjaan
    kam
    i selama di Jepun itu dititipkan ke kolega si Mas yang akan membawanya ke
    ke Jakarta bersama dengan barang-barang dagangannya. Tetap sesuai prosedur

    yang berlaku di Republik Indonesia,. sama sekali tak melanggar hukum apa pun,
    tetapi lebih murah biayanya + kondisi barang belanjaan kami juga lebih terjamin.

    Alhamdulillah
    , sekarang ini, kami bisa kembali berada di rumah yang telah kami
    tinggalkan selama beberapa waktu. Ada rasa haru saat kami mendengar lantunan

    adzan dari masjid kompleks se
    tiap kali waktu shalat tiba. Aku pun bisa kembali
    menikmati berbagai hidangan tradisional lezat yang sangat aku rindukan selama
    aku dan
    suamiku berada di Jepun. Salah satunya adalah rujak buah tropis yang

    pedes menyegarkan. Tapi keriangan aku "mengganyang" rujak itu diiringi dengan
    tatapan bertanya-tanya dari suamiku. "Kamu hamil, ya?" Ha-ha-ha. Kalau "iya",
    nggak apa-apa, kan? Hamilnya aku ini 'kan disebabkan oleh serangkaian ulahmu.


    [​IMG]
    Namun sebelum dia salah tanggap dengan hal itu
    , aku buru-buru meluruskannya.
    Aku bersyukur bisa makan rujak buah tropis
    , karena hal itu tidak bisa aku temui
    ketika berada di Jepun. Jadi bukan disebabkan aku sedang ngidam karena hamil.
    Insya Allah, program penundaan kehamilanku ini masih berjalan sesuai rencana.


     
    Last edited: Jul 11, 2018
  18. Suci_Ristyasari M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 17, 2014
    Messages:
    1,306
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,136 / -0
    Pada postingan di atas, sepekan yang lalu, aku menulis perihal batas pembebasan
    bea masuk barang pribadi penumpang pesawat, yaitu sebesar US$ 250 per orang
    dan US$ 1,000 per keluarga. Eh... beberapa hari kemudian, Pemerintah melalui
    Kemente
    rian Keuangan, menerbitkan suatu regulasi baru yang mengubah batas
    pembebasan bea masuk barang pribadi
    , dari US$ 250 per orang, menjadi sebesar

    US$ 500 per orang. dan kemudian menghapus ketentuan US$ 1,000 per keluarga.

    Wah, lumayan menguntungkan, ya? Jika suatu saat, aku dan si Mas mlaku-mlaku
    lagi ke
    luar negeri dan di sana kami membeli barang-barang yang legal sebagai
    oleh-oleh,. maka ada pembebasan bea masuk barang sebesar US$ 500 per orang.
    (2 x US$ 500 = US$ 1,000. Dikalikan dengan kurs saat ini, menjadi sekitar Rp 13 juta)


    Tentu saja, regulasi yang semakin menguntungkan penumpang, patut diapresiasi.
    Jad
    i, jika mau memborong barang di negeri orang, ajaklah teman atau keluarga.


    [​IMG]
    Atau ajaklah dia
    , teman hidup yang telah Allah perkenankan untuk dirimu. Ehm.


    Namun bagi suamiku tersayang, ada satu hal penting lainnya yang selalu menjadi
    pertimbangan dia. Yaitu soal keamanan barang-barang yang disimpan di
    bagasi
    pesawat. Buuanyak kasus pembobolan tas bawaan penumpang di bagasi pesawat

    yang hingga kini masih selalu menghantui kita semua. Atau kalau nggak dibobol,
    ada peluang tas bawaan kita nyasar ke tempat lain, seperti yang pernah dialami
    Mama Mertuaku dulu. Untungnya, meski harus menunggu 3 hari, koper bawaan
    Beliau itu akhirnya bisa kembali ditemukan dalam keadaan utuh. Alhamdulillah.


    Bersyukur kepada Allah pula, pada hari Sabtu pagi, "artefak kebudayaan" yang
    kami beli selama mlaku-mlaku di Jepun, kini telah ada pada kami. Semua masih
    dalam keadaan mulus, tanpa ada satu pun yang rusak. Thanks to kolega suamiku
    yang secara profesional bisa mengupayakan pengiriman benda-benda tersebut
    ke rumah kami. Untuk semua itu, kami hanya perlu mengeluarkan sedikit uang.


    [​IMG]
    Dan jika ada waktu, sebagai balas budi, kami mesti berbelanja di toko miliknya.
    As good Muslims, we must reciprocate the kindness he gave us.


     
  19. Suci_Ristyasari M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 17, 2014
    Messages:
    1,306
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,136 / -0
    Huhh. Aku dan Mbak Iin baru saja menyaksikan satu hal yang cukup disturbing
    saat kami datang ke satu tempat. Tadi ada seorang perempuan yang dilecehkan
    secara verbal oleh beberapa orang pria di area parkir. Mirisnya, si perempuan
    itu sebenarnya tengah didampingi oleh seorang pria
    , entah pacar atau suaminya.

    Si perempuan tersebut sedang mengenakan hot pants, sehingga dia pun diteriaki,
    "Paha, paha, paha," kemudian disusul dengan rangkaian kalimat kasar lainnya.

    Aku dan Mbak Iin bisa merasakan kemarahan si Mas-Mas yang mendampingi
    si perempuan tersebut. Ya iyalah, semua pasti marah jika dilecehkan seperti itu.

    Tapi
    berhubung para pelaku pelecehan verbal itu terlihat sangar-sangar semua,
    akhirnya membuat sang pria tersebut tidak berani mengambil tindakan apa pun
    untuk membela ha
    rga diri dan kehormatan sang perempuan. Mengenaskan, ya?

    Karena merasa iba dengan perempuan itu, Mbak Iin lantas mengajakku untuk
    melaporkan insiden tersebut ke pihak security,. dan langsung ditanggapi dengan
    sigap oleh mereka. Sayangnya, begitu kami mendatangi kembali area parkir itu,
    tidaklah kami jumpai lagi keberadaan si perempuan dan si Mas-Mas tersebut.

    Namun
    , para security tahu persis siapa sekelompok orang yang telah melakukan
    pelecehan secara verbal itu. "Nanti deh, Mbak... biar kami urus mereka semua."
    Semoga saja pernyataan para petugas security tersebut bukan hanya basa-basi.



    Ehm
    , sebetulnya sih, aku pernah pula mengalami momen memalukan seperti itu.

    Dalam versi yang mungkin bisa dikatakan "lebih lunak". Tetapi, tetap saja pada
    hakikatnya, saat itu aku telah mengalami suatu bentuk pelecehan secara verbal.

    Ket
    ika beberapa senior semasa SMP, SMA, dan perkuliahan S-1, melancarkan
    aksi flirting dengan "kata-kata yang menjurus ke hal-hal tabu terkait tubuhku".

    Pa
    ruh pertama dalam video di bawah ini, kiranya mengingatkan aku pada masa
    jahiliyahku beberapa tahun lalu. Saat aku masih sangat enggan untuk berhijab.



    Hafiza, sahabat karibku terkasih, telah berulang kali mengingatkan, supaya aku
    mau melindungi diri dengan busana yang menutupi aurat dan bentuk tubuhku.

    Bukan hanya dia, Mama Tercintaku juga tiada bosan-bosannya mewanti-wanti,
    "Satu-satunya pria yang punya hak memandang dan menikmati kecantikanmu,
    bahkan boleh pula 'menjamah' tubuhmu, hanyalah pria yang punya nyali untuk

    melamarmu, menikahimu, mau menafkahimu lahir batin, dan mau bertanggung
    sepenuhnya sebagai suamimu dan sebagai pemimpin dalam rumah tanggamu."

    Alhamdulillah, setelah bersuami, aku mulai belajar berhijab dengan sempurna.
    Meski masih "sedikit tertatih-tatih", alias masih "buka-pakai", tapi lumayanlah
    ket
    imbang masa jahiliyah dulu, saat aku tak peduli dengan kewajiban berhijab.

     
  20. Suci_Ristyasari M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 17, 2014
    Messages:
    1,306
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,136 / -0
    Hari libur, aku kepingin tidur siang. Eh, baru juga kedua mataku ini terpejam
    selama beberapa menit,
    tahu-tahu ada pesan singkat yang mengharuskan aku
    datang ke satu tempat untuk menyelesaikan urusan kantor. Terus terang aja deh,
    ada sedikit perasaan enggan jika aku harus mengorbankan waktu istirahatku di
    hari Ahad ini. Tapi... suamiku tersayang segera menyuruhku untuk bangkit dari
    ranjang
    , berganti busana yang pantas, dan bergegas menuju ke tempat tersebut.

    Bahkan
    , suamiku pun bersedia mengantarkan aku ke sana dan menunggui aku
    hingga urusan pekerjaanku yang cukup bikin pusing itu rampung sepenuhnya.

    Dulu sebelum kami menikah, pernah ada satu episode manis "Driving Miss Suci".

    Kini
    , episode itu pun berganti menjadi "Driving Mrs. Suci" dengan para pemeran
    yang sama
    , tapi tentu saja sudah tidak ada batasan apa pun antara kami berdua.



    Sambil menyet
    ir, si Mas memberi serangkaian "pembekalan spiritual" untukku.
    Agak mala
    s juga sih, mesti menyimak petuahnya di saat aku sebenarnya ingin
    tidur selama perjalanan pulang (ha-ha-ha). Tapi, aku tidak tega membiarkan dia
    ngomong sendirian. Katanya aku cinta dia, kok ogah-ogahan ketika dinasihati?

    Jabatan itu adalah amanah
    , bukan cuma buat keren-kerenan atau gaya-gayaan.

    [​IMG]
    Kredibilitasku juga akan selalu diukur dari sebesar apa sih sense of responsibility
    yang ada padaku selama aku diberi amanah jabatan oleh perusahaan? Jika aku
    tidak sanggup menunjukkan kesigapanku dalam mengatasi persoalan yang ada,
    maka cepat atau lambat, perusahaan pasti akan meragukan integritasku dalam
    pos
    isi yang kini aku duduki. Jangan sampai ada orang yang berkomentar sinis,

    "Kual
    itas recehan, ya kayak gitulah. Sudah diberi kepercayaan, tapi nggak bisa

    melaksanakannya dengan penuh rasa tanggung jawab. Saat dibutuhkan, malah
    nggak bisa diharapkan sama sekali. Kalau memang udah nggak mampu, mbok ya
    bilang terus terang, supaya segera digantikan dengan orang yang berintegritas."

    "The signs
    of a hypocrite are three: Whenever he speaks, he tells a lie; and whenever
    he promises, he breaks his promise; and whenever he is entrusted, he betrays."



     
    Last edited: Jan 14, 2018
  21. Suci_Ristyasari M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 17, 2014
    Messages:
    1,306
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,136 / -0
    By getting married, I'm not just getting a great husband. I'm also starting my new life.
     

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.