1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Res est solliciti plena timoris amor

Discussion in 'Dear Diary' started by Suci_Ristyasari, Jul 17, 2014.

  1. Suci_Ristyasari M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 17, 2014
    Messages:
    1,306
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,137 / -0
    Jam setengah sebelas malam. Kedua mataku sudah kriyep-kriyep, ngantuk luar biasa.

    Eh..... bukannya segera kelonan berdua
    , si Mas malah bersiap pergi. Dengan pakaian
    yang mengindikasikan bahwa dia sudah combat-ready. "Cepat ganti baju. Ikut aku."


    Jelaslah hal itu mengejutkanku. Membuatku bertanya-tanya. Sempat deg-degan pula.

    Dan dia cuma memberiku deskripsi singkat perihal kegiatan yang akan kami lakukan.

    Kegiatan yang mengharuskan aku dan dia pergi ke 3 tempat yang tersebar di Jakarta.

    Mengapa harus malam-malam, sih? Karena hanya itulah waktu yang memungkinkan.

    "Silaturahim dadakan" dengan beberapa pihak VIP yang merupakan kolega suamiku.
    Menjalin komunikasi secara langsung dan manusiawi, tanpa bantuan gadget apa pun.

    Sekal
    igus menyemangati sejumlah teman baik si Mas yang sekarang mulai berhijrah.
    Menunjukkan bahwa persaudaraan yang tulus dalam iman itu tak mengenal batasan.

    Terus terang, aku betah menyimak perbincangan antara suamiku dengan mereka itu.
    Sambil diselingi menikmati "hidangan
    -hidangan proletar" yang lezat dan bersahaja.



    Dan kam
    i berdua baru sampai di rumah jam enam pagi. Maunya sih, langsung tidur.
    Tapi
    , sampai detik ini, rasa kantuk itu justru sama sekali belum bisa aku rasakan lagi.


    Mas
    ih terbayang sosok-sosok yang tadi kami temui. Mereka yang sedang berjuang
    keras untuk menata ulang kehidupannya. Berusaha menjalani kehidupan yang lurus.


    Berhijrah itu memang takkan mudah. Tapi mau tidak mau, wajib untuk kita lakukan.
    100 tahun dari sekarang, hampir pasti kita sudah tidak berada lagi di dunia ini, kan?


     
    Last edited: Jul 26, 2018
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. Suci_Ristyasari M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 17, 2014
    Messages:
    1,306
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,137 / -0
    :malu1:
    Aku sudah sangat puas lahir batin dengan pesona fisik yang hadir pada diri suamiku.
    Alhamdulillah. Tak ada cela atau hal memalukan yang terlihat pada bentuk tubuhnya.

    Jadi
    , menurut aku, si Mas tidak perlu lagi melakukan jenis latihan fisik yang berisiko.
    Sepe
    rti: handstand push-ups,. one arm push-up,. flying push-up, atau one arm pull-up.
    Pun demikian halnya dengan weight training dan strength training yang menyeramkan.

    :dingin:
    Melihat dia menerapkan latihan-latihan ekstrim macam itu selalu membuatku ngilu.

    Risiko cederanya besar dan mungkin tak sebanding dengan keuntungan yang didapat.

    :keringat:
    Pembuktian apa lagi sih, yang hendak dia kejar dengan rangkaian latihan seperti itu?



    Bukan berarti aku mulai bers
    ikap otoriter dengan menghalangi dia menjalani latihan
    f
    isik yang telah bertahun-tahun lamanya dia terapkan. Aku sendiri juga tahu bahwa
    mustahil mempertahankan bentuk tubuh yang indah tanpa melakukan latihan keras.

    Dan aku juga sangat bersyukur karena di saat ada banyak laki-laki yang tidak hirau

    pada betapa pentingnya menerapkan pola hidup sehat dan pentingnya mengolah fisik,
    suamiku masih menganut gaya hidup yang peduli pada kesehatan dan juga kekuatan.

    :hihi:

    Semua juga tahu, bahwa ada perbedaan yang sangat nyata antara tubuh yang terlatih
    dengan yang tidak terlatih. Dan aku sendiri pun bisa melihat langsung hal tersebut.

    :voodoo:

    Tetapi mbok ya setelah menikahi aku, berhentilah melakukan bentuk-bentuk latihan
    fisik yang membuatku was
    -was. Toh, masih ada variasi latihan yang berisiko rendah.

    :cambuk3:
    Maka konklusinya, teknik latihan yang serem-serem itu tidak usahlah lagi dilakukan.


     
    Last edited: Aug 9, 2017
  4. Suci_Ristyasari M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 17, 2014
    Messages:
    1,306
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,137 / -0
    [​IMG]
    Lagi
    -lagi perihal stereotype yang berlaku di dunia fana ini. Manusia yang secara f
    isik

    terlihat menarik, cenderung dipersepsikan sebagai "makhluk yang berotak kosong".

    "Semakin memiliki fisik yang terlihat indah, maka semakin kosong pula isi otaknya."
    Suatu bentuk generalisasi yang gegabah
    , tidak adil, tapi tetap berlaku hingga saat ini.

    Persepsi biasanya hadir sebagai hasil dari pengamatan. Yang seringkali tidak objektif.
    Disesaki beragam bias. Dan amat sering dipengaruhi perasaan suka atau tidak suka.


    Tetap
    i, Alhamdulillah. Kita selalu diberikan kesempatan untuk menjungkirbalikkan
    beragam persepsi keliru dan menyesatkan yang kadung beredar luas di masyarakat.



    Mereka yang kutu buku, umumnya dicitrakan sebagai orang-orang yang cemerlang
    dalam bidang akademik. Tetapi
    , sisi lemahnya, mereka hampir pasti akan mati kutu
    manakala dihadapkan pada hal-hal yang terkait dengan olahraga atau kekuatan fisik.

    Di lain pihak, mereka yang handsome-athletic-and muscular cenderung digambarkan
    sebagai sosok-sosok yang punya superioritas dalam hal-hal yang keras dan maskulin.
    Tapi akan be
    rada pada posisi inferior jika harus beradu otak dengan para kutu buku.




    [​IMG]

    Namun, setiap zaman selalu melahirkan manusia-manusia yang mau memberontak
    pada bentuk-bentuk stereotype semacam itu. Para manusia yang tak akan pernah sudi

    untuk terperangkap dalam bentuk klasifikasi yang telah diciptakan oleh manusia lain.

    Mereka yang punya kesadaran bahwa otak manusia harus selalu diasah tanpa henti,
    dan di sisi lain, fisik pun sama sekali tidak boleh dibiarkan terbengkalai tak terlatih.

    Kecendek
    iaan dan ketajaman berpikir harus pula dibarengi dengan kekuatan tubuh.

    Dan yang tidak bisa diabaikan, wajib ada kecerdasan spiritual sebagai penyeimbang.

    "
    Pintar tapi lemah" akan menjadi mangsa empuk bagi pihak yang "bodoh tapi kuat".
    "Kuat tapi bodoh" bisa menjadi bulan-bulanan bagi mereka yang "lemah tapi pintar".

    Tapi "pintar dan kuat" akan berbahaya jika tak diiringi dengan kecerdasan spiritual.



    [​IMG]
    Laki-laki tercintaku itu bukanlah manusia yang mahasempurna. Dia menjengkelkan.
    Dia menyebalkan, tidak mau aku atur, dan sering membuat aku ngedumel sendirian.
    Sering memancingku untuk terlibat dalam "pertengkaran mesra" antara suami istri.

    Te
    rkadang, dia tak bisa menjawab sejumlah pertanyaan yang aku tanyakan padanya.
    Kalau dibandingkan dengan intelegensia-nya Mbah Google, suamiku jelas kalah jauh.


    Dia pun bukan laki-laki super alim yang telah memastikan tempatnya di surga kelak.

    Singkatnya, dia bukan seorang superhuman yang hebat dalam seluruh hal di dunia ini.

    Tapi dia adalah contoh sempurna untuk menggambarkan sosok yang tidak bodoh dan
    tidak pula lemah. Tak akan mati kutu jika harus adu isi otak dengan para kutu buku,
    dan tidak akan kalah pamor dengan orang-orang yang mengagungkan kekuatan fisik.
    Plus, dia masihlah seorang practising muslim yang punya keterikatan dengan agama.

    [​IMG]
    Aku bersyukur karena akulah yang d
    itakdirkan Allah untuk memiliki dia seutuhnya.


     
    • Like Like x 1
    Last edited: Jul 3, 2017
  5. Suci_Ristyasari M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 17, 2014
    Messages:
    1,306
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,137 / -0


    :keringat:
    Setelah
    long briefing tadi pagi + pertemuan tambahan dengan perwakilan dari pusat,
    tampaknya aku akan menjalani Ramadhan yang super sibuk dan sangat berkeringat.

    Sebelumnya
    , di pekan lalu, suamiku telah mengatakan bahwa.... kemungkinan besar
    pada hari Sabtu (dan bahkan Ahad) selama Ramadhan nanti, dia mesti masuk kerja.

    Meski berat, tapi nggak boleh ngeluh, ya? Malah, hal-hal tersebut wajib kita syukuri.
    Demi karier yang kita impikan. Demi masa depan yang cerah. Demikianlah adanya.

    Perusahaan bersedia mempekerjakan kita sebab mereka mengakui kompetensi kita.
    Kita digaji tinggi oleh perusahaan, memang untuk melaksanakan semua aktivitas itu.


    Mugi-mugi Allah SWT selalu berkenan memberi peparing kesehatan dan kekuatan
    bagi kita berdua yang berjuang menjemput nafkah dan rezeki halal dalam hidup ini.

    :malu1:

    Dan syukurlah, kita sudah menikah. Jadi, bisa saling memijat untuk menghilangkan
    rasa penat yang pasti akan bergelayut di segala penjuru tubuh kita masing-masing.




    Ahad kemarin, ada dua acara yang aku dan dia hadiri. Pagi hari, pengajian terakhir
    di bulan Sya'ban. Menyimak dan mencerna tausiyah yang diberikan oleh para ulama.


    :yahoo:
    Alhamdul
    illah. Kami mendapatkan ilmu-ilmu baru sekaligus juga pencerahan jiwa.


    Yang seru adalah saat sesi tanya jawab berlangsung. Ada banyak "pertanyaan kritis"

    diajukan kepada Mbah Kyai dan juga ulama lainnya. Beliau-beliau tersebut sanggup
    memberikan jawaban + penjelasan yang amat rasional, logis, dan tak mengada-ada.



    Selepas shalat dzuhur, misi selanjutnya ialah menghadiri acara aqiqah putri pertama
    dari pasangan Hafiza (saudari seperjuanganku tercinta) dan Win. Tidak sia-sia kami
    datang ke perayaan tersebut. Karena, aku kembali berjumpa dengan salah seorang
    teman SMA-ku. Si Uti, yang pernah aku ceritakan di: http://forum.idws.id/posts/32966254/.

    Sebetulnya, saat pernikahanku, aku telah bertemu dengan dia dan juga suaminya.

    Sayangnya, kondisi kala itu tidak memungkinkan aku dan Uti berbincang-bincang.
    Nah
    , kemarin, akhirnya datanglah kesempatan untuk bertukar cerita dengannya.

    :matabelo:
    Aku jadi mengetahui sis
    i lain dari orang yang dulu pernah berseberangan denganku.


    Ada satu kalimat dari Uti yang sangat menyentuh dan masih membekas di benakku,
    "Alhamdul
    illah, Ci. Gue nggak ditakdirkan mati saat masih ngejalanin hidup rusak."

    Aku sangat bersyukur menyaksikan perubahan besar yang telah Uti lakukan saat ini.
    Ditambah lag
    i
    , kelihatannya Uti pun sangat menikmati proses hijrah yang dia alami.

    :tega:
    Dan sejujurnya, ada rasa malu pada diri sendiri yang kurasakan setelah melihat Uti.

    Rasanya.... Uti jauh leb
    ih progresif dalam berhijrah dibandingkan aku sekarang ini.

    Ia telah istiqamah dalam berhijab syar'i, sedangkan aku baru mulai belajar berhijab.



    Sekitar jam lima sore, acara pun selesai sepenuhnya. Alhamdulillah, keluarga Hafiza
    membawakan cukup banyak makanan untuk aku dan suamiku. Lumayan, tak perlu
    memasak untuk makan malam. Ada sate kambing yang gede
    -gede
    , sop, dan juga gule.

    :glek:
    Eh, saat aku dan si Mas sudah siap berangkat, sempat ada satu kejadian tak terduga.

    Salah seorang teman SMA-ku lainnya, Ratri, mengalami masalah dengan mobilnya.
    Tidak bisa distarter meski telah dicoba berkali-kali. Padahal rumahnya jauh banget.
    Harus menyetir sendirian pula. Mau cari bengkel di sekitar rumah Hafiza, tidak ada.

    Jadi, opsi yang tersedia bagi Ratri: mobil terpaksa diderek ke bengkel yang bisa dia
    temukan dan dia terpaksa pulang ke rumah naik taxi. Tidak heran jika Ratri terlihat
    sangat senewen menghadap
    i situasi yang luar biasa tak menyenangkan semacam itu.

    :mesum:
    Untunglah, biarpun bukan seorang mekanik profesional, si Mas punya kemampuan
    mengutak-atik jeroan mesin mobil. Sehingga dia bisa turun tangan untuk mengatasi
    permasalahan yang ada di mobil Ratri. Kendati memakan waktu hingga ± 30 menit,
    syukur Alhamdulillah, pada akhirnya mobil itu pun bisa distarter dengan sempurna.

    Raut wajah Ratri pun langsung berubah sumringah seketika dan terlihat sangat lega.
    Meski sempat diiringi pertanyaan, "Ini nggak bakal ada apa-apa nyampe rumahku?"
    Si Mas tak mau takabur memastikan. Hanya berucap, "Insya Allah, problem solved."





    Akh
    irnya aku dan suamiku baru bisa pulang ke rumah kami setelah shalat Maghrib.


    Dan dalam perjalanan
    , aku diceramahi perihal pentingnya sedikit-sedikit memahami
    jeroan mesin mobil. Supaya kalau mengalami insiden seperti yang Ratri alami, aku

    tidak panik dan sekurang-kurangnya mengetahui tindakan apa yang mesti aku ambil.

    :hoho:
    Ah, belagu banget, ya? Padahal 'kan dia cuma mekanik amatiran yang masih training.
    Bagaimana kalau tiba-tiba problem mobil Ratri itu terulang kembali di perjalanan?

    Tetapi jam 11 malam, Ratri menelepon, "Big thanks ya, Ci... Aku udah nyampe rumah.
    Alhamdul
    illah, nggak mogok di jalan. Titip big thanks juga buat suami kamu itu, ya?"


    :hmm:
    Syukurlah. Bisa membantu melepaskan kesulitan yang dialami seorang hamba Allah.
    Sehingga jika kelak aku dan si Mas mengalami kesulitan, ada yang membantu kami.


     
    Last edited: Oct 6, 2019
  6. Suci_Ristyasari M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 17, 2014
    Messages:
    1,306
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,137 / -0
    Mei hampir usai. Dan dalam hitungan jam, Sya'ban pun akan berganti ke Ramadhan.

    [​IMG]
    Tak terasa
    , telah sebulan lebih aku menyandang predikat: "istrinya si Mas Ganteng".

    Tinggal serumah. Hidup bersama. Saling "mengasihi dan menikmati" satu sama lain.

    Berbag
    i cinta. Berbagi cerita. Berbagi pertengkaran, dan tentu, berbagi kehangatan.
    Berbagi gairah. Berbagi amarah. Terkadang berbagi ledekan, dan berbagi sanjungan.


    Tetapi... ada suatu beban kewajiban yang sama sekali dia tidak mau bagi bersamaku.



    Sang laki-laki tercintaku itu ternyata adalah tipe suami old-fashioned. Old-school.

    Dia menganut idealisme: "suami WAJIB membiayai istri + memenuhi kebutuhannya."

    Dan si Mas menerapkan idealisme itu secara sangat militan. Very rigidly implemented.

    Pada awal bulan Mei ini
    , regulasi rumah tangga itu pun secara resmi dia berlakukan.

    Ia menyerahkan seluruh penghasilannya per bulan (dipotong pajak + zakat) kepadaku.
    Bukan hanya itu, dia menolak keikutsertaanku untuk membiayai rumah tangga kami.


    Bahkan... dia pun tegas bersikeras untuk menanggung seluruh kebutuhan bulananku.

    Mulai dari produk make-up yang aku pakai hingga pakaian yang melekat di tubuhku.
    Tak lupa, biaya perawatan wajah, rambut, dan tubuhku. Ditanggung dia sepenuhnya.


    Padahal aku bekerja, punya penghasilan halal yang mestinya bisa ikut diberdayakan
    untuk memenuhi kebutuhan kami sehari-hari. Dan telah beberapa tahun terakhir ini
    aku giat membentuk diri menjadi perempuan yang tidak bergantung pada siapa pun.



    [​IMG]
    Jujur, semula aku setengah menolak pemberlakuan regulasi rumah tangga tersebut.

    Sejak akad n
    ikah berlangsung, kami telah bersepakat untuk senasib-sependeritaan.
    Aku telah bertekad untuk menjadi ist
    ri yang tidak materialistis, tidak menyusahkan.

    Menjadi istri yang tahu diri dan tidak boros. Tidak banyak tuntutan yang aneh-aneh.
    Sehingga dia bisa melihat, ada "faktor pembeda" antara aku dan perempuan lainnya.

    Biarpun penghasilan bulanan si Mas berkali-kali lipat lebih besar dari penghasilanku,
    tetapi aku tidak akan mungkin tega untuk "mengisap darah dan keringat" suamiku.

    Jadi, aku berpendapat, tak usahlah dia ikut menanggung kebutuhan bulananku yang
    sesungguhnya (syukur Alhamdulillah) masih sangat sanggup untuk aku tangani sendiri.


    Tapi, apa boleh buat. Suamiku telah bertitah. Dan dia adalah kepala rumah tanggaku.
    Selama perintah tersebut bukanlah suatu kedzaliman, maka aku wajib mematuhinya.

    Aku pun memahami bahwa ada kebanggaan tersendiri yang amat besar bagi seorang
    suami manakala dia bisa menunjukkan harga dirinya dengan menafkahi istri tercinta.



    [​IMG]

    Kini, untuk pertama kalinya sejak aku berpenghasilan, gajiku utuh dan tak terpakai.

    Ada suamiku yang memenuhi kebutuhan hidupku. Menafkahiku secara lahir-batin.

    Sebetulnya sih, apa yang diterapkan suamiku itu bukanlah satu hal aneh bagi diriku.
    Sebab aku sendiri dibesarkan dalam keluarga yang menganut sistem nilai seperti itu.


    Papa berperan sebagai pencari nafkah utama. Membiayai kebutuhan keluarga kami.

    Mesk
    ipun Mama sama seperti aku saat ini juga bekerja, tetapi peran Mama adalah

    sebagai pencari nafkah sekunder. Dan Mama tak pernah mengambil alih posisi Papa.
    Dalam hierarki rumah tangga, eksistensi Papa tidak pernah berada di bawah Mama.



    Kemarin, aku menyampaikan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan A-P-B-R-T
    (A
    nggaran Pendapatan dan Belanja Rumah Tangga) kepada suamiku. Alhamdulillah,
    dari total uang yang diberikan oleh suamiku, masih terdapat surplus sebesar ± 40%.


    Artinya, ujian pertamaku sebagai ibu rumah tangga bisa aku lalui dengan cukup baik.

    Meskipun pada akhir bulan April yang lalu, kami berdua sempat terperosok dalam
    "jurang kekhilafan" ketika berhari-hari memborong buku saat event "Big Bad Wolf"
    berlangsung, namun bulan ini kami bisa kembali berada di pola hidup nan bersahaja.


    Pola hidup yang tidak kekurangan, tetapi tanpa perlu menuruti godaan "macak sugih".

    Pertanyaan berikutnya, akan kami apakan surplus anggaran sebesar ± 40% tersebut?
    Eh, ternyata suamiku membebaskan aku untuk menggunakannya sesuai keinginanku.


    [​IMG]
    Toh, setelah menimbang-nimbang dengan cermat dan teliti, akhirnya aku putuskan
    untuk memasukkan uang itu ke kas cadangan devisa rumah tangga yang kami miliki.

    Dan gaji bulananku pada akhirnya aku konversikan ke dalam bentuk simpanan emas.

    Sebab aku terinspirasi QS 12:43-49 perihal 7 years of prosperity and 7 years of famine.

    Kendatipun "years of famine" itu tidak pernah aku harapkan, tak ada salahnya untuk
    bersikap ekstra hati-hati dan berjaga-jaga dari seluruh kemungkinan di masa depan.


     
    Last edited: Jul 3, 2017
  7. Suci_Ristyasari M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 17, 2014
    Messages:
    1,306
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,137 / -0
    [​IMG]
    Pulang kerja, suamiku tercinta membawa buah tangan berupa 2 kantong kresek besar
    berisikan udang dan cumi-cumi yang masih segar. Pemberian dari sang kerabat yang
    begitu sering bermurah hati menghadiahkan bermacam hasil laut untuk kami berdua.


    Udangnya aku simpan di freezer untuk stock bahan makanan selama bulan Ramadhan.
    Jad
    i, hanya sebagian cumi-cuminya saja yang aku olah untuk makan malam suamiku.

    Awalnya, aku sempat berpikir untuk mengolah cumi-cumi tersebut menjadi hidangan
    asam
    -manis-pedas atau cumi goreng mentega. Tetapi, berhubung kualitas kesegaran
    dari cumi-cumi tersebut terlihat di atas rata-rata, akhirnya aku memutuskan untuk
    membuat satu jenis sajian yang "lebih hardcore" dan mungkin juga cukup intimidatif.

    Hidangan yang aku maksud adalah cumi dalam rendaman kuah yang thick dan hitam
    pekat. Kuah hitam gurih menyegarkan yang berasal dari squid ink + bumbu istimewa.

    Kalau di Jepang ada satu masakan yang namanya ikasumi
    -jiru, yaitu black soup yang
    dibuat dari tinta cumi-cumi segar, di penjuru timur Pulau Jawa pun terdapat satu
    kuliner terkenal yang juga berbahan baku squid ink. Yang membedakan, "ikasumi-jiru"
    mengandung pork, yang otomatis menjadi non-halal sehingga tak bisa kami konsumsi.

    Sedangkan cumi kuah hitam, yang lazim kita jumpai di kota-kota di Jawa Timur, tak
    mengandung bahan
    -bahan yang tidak halal. Jadi, dijamin aman dan layak konsumsi.
    Kita cuma mesti mewaspadai kandungan kolesterol yang terdapat pada cumi-cumi.



    Dan, Alhamdulillah. Meski tadi siang aku cukup dipusingkan dengan urusan kantor,
    meskipun harus berkelahi dengan kemacetan Jakarta yang biadabnya minta ampun,
    tapi aku masih bisa mengolah masakan cumi kuah hitam tersebut dengan sempurna.


    [​IMG]
    Sama sekali t
    idak menyimpang dari yang dulu pernah diajarkan oleh Mama tercinta.

    Tekstur cuminya tidak alot dan tidak kenyal seperti karet. Kuahnya thick dan hitam
    pekat, tetapi tidak menghadirkan jejak rasa amis yang menyengat di rongga mulut.
    Gurihnya alami bukan gurih artifisial. Karena sama sekali tanpa menggunakan MSG.

    Level kepedasannya pun telah aku sesuaikan dengan selera laki
    -laki tercintaku yang
    tak suka rasa pedas yang di luar kewajaran. Sebagai pelengkap dan sekaligus untuk
    menetralisir kandungan kolesterol pada hidangan itu, ada rebusan labu siam mini

    dan sirup belimbing wuluh kiriman Mama. Pencuci mulut alami yang sangat efektif.



    Suamiku pun akhirnya tanpa ampun mengganyang hidangan itu hingga tidak tersisa.
    Dan langsung kumat isengnya. "Tante tantik, besok buatkan lagi yang seperti ini, ya?"

    [​IMG]
    Meski hal tersebut bukan momen yang pertama kali terjadi sejak kami menikah, toh,
    aku tak bisa menyembunyikan rasa senang dan bangga yang meluap-luap dalam hati.


    Memasakkan hidangan + menyajikannya dengan sepenuh hati untuk suami tercinta.
    Kemudian menyaksikan dia terlihat begitu bersemangat menikmati masakanku itu.


    Di situlah salah satu bentuk kebahagiaan tak terhingga yang dirasakan seorang istri.


     
    Last edited: Jul 3, 2017
  8. Suci_Ristyasari M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 17, 2014
    Messages:
    1,306
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,137 / -0
    Bagi the newlyweds seperti kami berdua ini, menahan hasrat diri "bersenang-senang"
    di pagi hingga sore saat Bulan Ramadhan, bukan satu hal yang mudah untuk dijalani.

    [​IMG]
    Apalagi kami sama-sama masih muda, sehat, bersemangat, dan begitu meluap-luap.

    Kebrutalan dia yang sistematis berpadu dengan kekenesan yang melekat pada diriku.

    Dia ganas-trengginas, sedangkan aku buas-beringas. Kombinasi yang berbahaya, ya?

    Padahal
    , ada kafarah berpuasa 2 bulan berturut-turut jika kami sampai "tergelincir"
    atau "tak bisa mengendalikan diri" sebelum adzan Maghrib tiba. Berat banget, kan?



    Kamis kemarin adalah hari libur nasional. Dan kebetulan, tidak ada dari kami yang
    terpaksa lembur atau berkeg
    iatan di luar rumah. Jadi, aku dan si Mas Ganteng bisa
    men
    ikmati waktu beristirahat, leyeh-leyeh berdua di rumah. Melepaskan diri dari
    segala beban rutinitas 9 to 5 yang amat meletihkan dan mesti kami jalani setiap hari.

    [​IMG]
    Karena hingga saat ini kami tak mempekerjakan seorang pun asisten rumah tangga,
    maka, sejak shubuh, aku dan si Mas membuat pembagian tugas yang lugas dan jelas.

    Aku memasak dan menyetrika, dia mencuci pakaian + mobil serta mengepel rumah.
    Nanti setelah rampung
    , kami bisa menonton sejumlah film yang telah kami tentukan.

    Tapi suasana rumah dan l
    ingkungan tempat tinggal kami yang tenang + sunyi senyap

    itu ternyata malah menghanyutkan dan "membangkitkan" hal yang tidak semestinya.

    Mulanya sih, kami bekerja sambil ledek-ledekan mesra. Lalu mulai mengarah pada
    pukulan-pukulan intim. Kemudian tiba-tiba saja kami nyaris tak bisa menguasai diri.

    [​IMG]
    Sebelum "nasi menjadi bubur" dan ujungnya malah kami "nikmati berdua", akhirnya
    dengan berat hati terpaksa aku memohon agar si Mas mengungsi ke paviliun sebelah.


    Untunglah, suamiku langsung mendapatkan hidayah untuk mengabaikan aku sejenak.
    Good things come to those who wait. Save the best for last. Iya, kan? #mendadakbijak

    Toh, aku telah menjadi milik dia sepenuhnya dan dia adalah kepunyaanku seutuhnya.

    [​IMG]
    Insya Allah, masih ada banyak waktu untuk "berekspresi dan saling mengeksplorasi".
    Asalkan saja hal indah tersebut hanya kami lakukan di saat dan tempat yang tepat.

    Sungguh sayang, jika kita sampai mengorbankan kemuliaan Ramadhan hanya demi
    menuruti naluri dan memenuhi hasrat yang pastinya tidak pernah berkesudahan ini.



    © Suci_Ristyasari
     
    Last edited: Aug 18, 2017
  9. Suci_Ristyasari M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 17, 2014
    Messages:
    1,306
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,137 / -0
    Setelah melalui hari Senin, Selasa, dan Rabu yang mengharu biru serta melelahkan,
    akhirnya, (Insya Allah) mulai hari ini aku bisa sedikit mengendurkan urat syarafku.

    Persis seperti yang telah aku perkirakan sebelumnya, Ramadhan kali ini mesti aku
    nikmati dengan menjalani kesibukan kerja yang sangat meletihkan fisik dan mental.

    Membanting keringat, memeras tulang, hingga dipaksa memutar otak ke segala arah.
    Membe
    reskan persoalan yang amburadul, centang-perenang, dan pating semrawut.

    Pada suasana seperti itu, ketidaktelitian yang kecil saja bisa langsung meruntuhkan
    daya juang aku dan para staf. Seperti yang kemarin terjadi. Saat ada satu kesalahan
    elementer yang nyaris membuyarkan semua jerih payah kami selama dua hari kerja.

    Ada ketidakcermatan yang membuat aku mengucurkan keringat segede biji jagung.
    Bagaimana tidak? Kemarin, kemungkinan gagal itu begitu jelas terlihat di depanku.

    Mesk
    ipun kelalaian tersebut bukan dilakukan olehku, tetapi akulah yang memegang
    tanggung jawab atas pekerjaan seluruh team. If things go wrong, I will take the blame.

    Dan kemarin aku merasakan
    , bahwa yang namanya jabatan itu sama sekali bukanlah
    untuk keren
    -kerenan semata. Terbayang, sungguh berat beban yang mesti aku pikul
    kalau tugas yang kami jalankan kemarin itu terpaksa berujung pada kegagalan total.


    Alhamdulillah. Allah masih berkenan memberi peparing kasih sayang-Nya untukku.

    Biarpun Dia tidak memberiku "jalan yang mudah", namun Dia memberiku kekuatan

    sehingga aku bisa memperbaiki kesalahan itu dan menyelesaikan tugas dengan baik.

    Toh, aku tak punya hak apa pun untuk mengklaim diriku sebagai sang problem solver.
    There is no "I" in team. Keberhasilan team tidak boleh diakui sebagai prestasi pribadi.



    Sayangnya..... ada imbas negatif yang muncul dari dinamika pekerjaanku di kantor.
    Tekanan psikis yang aku alami itu sempat merembet ke hubungan aku dan suamiku.

    Tadinya
    , aku masih cukup tabah dengan tidak mengekspresikan rasa stress yang ada.
    Ketegangan yang ada di kantor tidak layak untuk dibawa-bawa sampai ke rumah, ya?


    [​IMG]
    Eh, tahu-tahu emosiku meledak saat ada seorang Tante yang nekat bermanis-manis
    dan berlemah-lembut pada si Mas. Kalau berdasarkan rasio + akal sehat, aku paham
    bahwa perbuatan si Tante tersebut mungkin tidak lebih dari sekadar sosialisasi biasa.


    Namanya juga bersosialisasi, ya mesti diiringi sikap yang manis dan ramah, bukan?

    Tapi saat itu pikiranku sedang bercabang ke segala arah, sehingga hal yang dilakukan
    si Tante tersebut aku tafsirkan sebagai bentuk rayuan kepada suamiku dan sekaligus

    satu bentuk provokasi terang-terangan padaku. Dan darahku pun langsung mendidih.

    Untungnya, sebelum terjadi pertumpahan darah, suamiku bisa sedikit meredam api
    kemarahan irasional yang menyala-nyala di tubuhku. Sehingga, tak ada satu pun aksi
    destruktif yang aku perbuat kepada si Tante tersebut. Kendati demikian, amarahku
    belumlah hilang sepenuhnya. Rasa mangkel dan jengkel yang tersisa itu membuatku
    mengasingkan diri ke paviliun rumah kami. Ceritanya, sok-sokan menjauhi suamiku.



    Pa
    viliun rumah kami itu terdiri dari dua lantai. Difungsikan sebagai
    home library.
    Tetapi sekaligus bisa juga digunakan sebagai ruang kerja atau ruang tidur alternatif.

    Di lantai dua tersedia sebuah ranjang yang cukup gede dan nyaman untuk digunakan.


    Tadinya aku berniat memperpanjang 'sinetron merajuk' ini sampai beberapa episode.

    Aku bertekad tidur sendirian di paviliun hingga batas waktu yang belum ditentukan.

    Eh, si Mas sendiri tak mau ambil pusing dengan sikap kekanak-kanakanku tersebut.
    Dirinya sama sekali tak mau mengikuti "lagu kemarahan" yang sedang aku mainkan.



    [​IMG]
    Ternyata, keangkuhan yang aku tunjukkan pada suamiku itu tak bisa bertahan lama.
    Baru beberapa menit aku terbaring di paviliun, perasaan gelisah mulai merambatiku.

    Sebulan ini, aku telah mulai terbiasa menikmati tidur kelonan berdua dengan si Mas.

    Sejak menikah, aku tak lagi memeluk guling. Ada dia yang bisa aku peluk sesukaku.

    Begitu aku sendirian di paviliun, terjadilah sejumlah perubahan yang mengguncang.
    Tiba-tiba, tak ada tubuh kukuh miliknya yang bisa aku dekap dan kadang aku isengi.
    Aku pun kehilangan serangkaian lullabies aneh yang biasa dia lantunkan di telingaku.

    Karena arogansiku yang tidak pada tempatnya, akhirnya aku harus tidur sendirian.


    D
    i saat ada banyak insan yang kini sedang meratapi hidup yang sepi, eh, aku justru
    seakan menyia-nyiakan seorang laki-laki yang bersedia menghabiskan sisa hidupnya
    untuk menemani perjalananku di dunia ini. Tak pintar mensyukuri nikmat dari-Nya.

    Sungguh satu sikap yang sangat bodoh, ya? Padahal, apa sih, salah dari suamiku itu?
    Kenapa dia yang menjadi sasaran luapan esmosiku yang sedang sangat tak stabil ini?



    Akhirnya, aku putuskan untuk menyudahi "sinetron ngambek-ku" yang tak bermutu.
    Kembali ke kamar kami berdua. Mengakhiri kemarahanku
    , lalu mencium tangannya.


    Be
    rusaha mematuhi perintah Allah, bahwa seorang istri wajib berbakti pada suami.
    "Marah" itu sangatlah manusiawi, selama dilakukan secara rasional dan proporsional.

    Dan sang laki-laki tercintaku itu, membalas dengan kecupan di ubun-ubun kepalaku.
    Nah, kalau sudah tercapai win-win solution yang mengharukan seperti itu, kan enak?

    [​IMG]
    Bagaimanapun juga, aku tetap harus mendapatkan sanksi atas sikap ngambek-ku itu.
    Suamiku pun telah menyiapkan penalti spesial yang mesti aku tanggung dan terima.

    Alhamdulillah, aku bisa menikmati bentuk hukuman yang dia berlakukan atas diriku.


     
    Last edited: Aug 18, 2017
  10. Suci_Ristyasari M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 17, 2014
    Messages:
    1,306
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,137 / -0
    Dini hari ini, Jakarta dibasahi hujan yang turun sejak semalam. Sedangkan tubuhku,
    dibasahi peluh sisa keriangan yang telah terjadi. Terkapar letih, menatap langit-langit
    kamar
    , membiarkan dia-si brengsek tercinta-melingkarkan tangannya di ragaku ini.


    [​IMG]
    Hujan adalah rezeki dari Allah. Memberi kesegaran yang dinantikan di Jakarta yang
    terasa cukup panas pada Ramadhan kali ini. Sekaligus menghadirkan suasana sendu
    yang akhirnya membuat kami berdua lebih memahami makna cinta dan kasih sayang.



    Pada postingan ini: http://forum.idws.id/posts/33289589/, aku sempat menyatakan keberatanku
    atas rangkaian latihan fisik berisiko tinggi yang rutin dilakukan oleh si Mas Ganteng.
    Di situ bisa terlihat jelas
    , bahwa aku memakai pola pikir "training for appearance".

    Saat penampilan d
    ia sudah memuaskan, untuk apa lagi sih, menjalani bentuk latihan

    yang berbahaya dan kerap membuat aku was-was? Apa lagi yang hendak dia kejar?

    Toh, laki-laki tercintaku itu menolak tunduk atas segala keluhan yang aku ajukan itu.

    Dia tetap saja berasyik masyuk dengan calisthenics workout dan strength training yang
    telah bertahun-tahun dia jalani tersebut. Old habits die hard. Telah m
    endarah daging.

    Jadi
    , tampaknya aku hanya bisa diam. Pasrah menyaksikan segala "kegilaannya" itu.

    Meskipun aku bisa bersyukur, karena dia tak pernah sudi berlatih di gym mana pun.
    Lantai II rumah kami, dekat tempat jemuran, menjadi arena keganasannya
    berlatih.



    Rupanya, perspektif yang dia gunakan dalam berolahraga, amat berbeda denganku.
    Maka bukan pendekatan "training for appearance" yang suamiku terapkan selama ini.

    [​IMG]
    Dia melakukan serangkaian latihan fisik yang seremnya amit-amit tersebut, bukanlah
    semata
    -mata demi mendapatkan penampilan fisik yang terlihat menarik. Melainkan,
    agar memperoleh kekuatan, daya tahan, fleksibilitas, dan stamina tubuh yang prima.


    Hal-hal fundamental yang dibutuhkan untuk menunjang kinerja dia dalam menjalani

    pekerjaannya di kantor. Dan tentu, untuk "mengakomodasi kebutuhanku di rumah".

    Perfo
    rma yang senantiasa mengesankanku itu adalah bukti nyata yang sulit dibantah.
    Semua
    itu dia dapatkan berkat militansi dan kedisiplinannya dalam mengolah tubuh.


    Sehingga, Alhamdulillah, dia sama sekali tak membutuhkan hal-hal artifisial apa pun.

    Tak pernah mengonsumsi produk multivitamin, suplemen, atau minuman berenergi,
    dan tak perlu memakan makanan aneh-aneh yang sering dimitoskan khalayak ramai.



    Mungkin, sedikit banyak, bisa juga dikaitkan dengan nasihat luhur Rasulullah SAW:
    A strong mu'min is better & more beloved to Allah than a weak mu'min, but there is goodness in both.


     
    Last edited: Jul 4, 2017
  11. Suci_Ristyasari M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 17, 2014
    Messages:
    1,306
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,137 / -0
    Semalam, kami tiba di rumah jam delapan. Sehingga tak sempat shalat berjamaah di
    masjid kompleks. Jadi, kami shalat Isya dan tarawih di musholla pribadi rumah kami.

    Tidak tanggung-tanggung, suamiku membaca 2 surah dari juz 26 yang cukup panjang.

    Meski reputasi dan ketenaran laki-laki tercintaku itu di bawah Fatih Seferagic, tetapi
    bag
    iku, suamiku jauh lebih baik. Ah, sungguh satu penilaian yang amat subjektif, ya?

    [​IMG]

    Suamiku sama sekali bukan seorang "Anak Manis". Once a bad boy, always a bad boy.

    Namun, meskipun si Mas tak pernah mencitrakan dirinya sebagai sosok pemuda alim,
    Alhamdulillah, dia bukan sosok muslim abangan yang awam dengan bacaan Al Quran.

    Dia memahami kaidah tajwid yang benar. Memahami pula 17 makhraj huruf hijaiyah.

    Beberapa tahun silam, Mbah Kyai pernah memberikan penilaian objektifnya perihal
    si Mas Gantengku itu. Beliau bilang, "Mbeling tapi tidak abangan dan tidak mbajing".

    Sebagai perempuan Jawa
    , aku mampu menangkap maksud perkataan Mbah Kyai itu.

    Insya Allah, mungkin suatu saat nanti, aku akan bercerita tentang hal tersebut, ya?



    D
    i rakaat pertama shalat Isya, setelah al Fatihah, si Mas membaca surah ke-50: Qaf.
    Berhubung aku tak hafal surah
    Qaf, maka aku tak ikut memantau bacaan surah-nya.
    Tapi si Mas Gantengku bisa menyelesaikan bacaan surah tersebut dengan sempurna.

    Lalu pada rakaat kedua, setelah al Fatihah, dia membaca surah ke-51: adz-Dzariyat.
    Nah
    , kalau surah adz-Dzariyat ini, Alhamdulillah, sampai sekarang aku masih hafal.

    Ada satu peristiwa di masa silamku yang membuat aku tergerak untuk menghafalkan
    60 ayat dari surah adz-Dzariyat ini. Dan kebetulan sih, surah ini relatif mudah untuk
    dihafalkan. Cuma dalam waktu 3 minggu, 60 ayat tersebut telah tertanam di benakku.



    Manusia memang adalah makhluk yang tak sempurna. Bisa salah dan bisa pula lupa.
    Setelah 22 ayat dilantunkan suamiku dengan baik, tiba-tiba dia mengalami kesulitan
    pada ayat yang ke-23. "Fawarabbissamaa-i wal-ardhi innahu lahaqqun mitsla...." (lalu terhenti).

    Ayat itu pun dicoba lagi untuk dibaca ulang. Dan dia tetap tak bisa menyelesaikannya.
    Dan aku langsung membatin, "Wah, kalau begini sih, kelihatannya dia sedang lupa..."

    Terus terang, selama menjadi makmum saat mengikuti shalat berjamaah di berbagai
    kesempatan, aku belum pernah mengoreksi bacaan yang dilakukan oleh imam shalat.

    Berdasarkan ketentuan syariah, yang berkewajiban mengoreksi bacaan imam adalah
    para jamaah laki-laki. Sampai saat ini, seperti itulah ketentuan fiqh yang aku pahami.

    Tetapi, manakala shalat berjamaah hanya dilakukan berdua saja antara suami-istri,
    maka istri yang bertindak sebagai makmum boleh mengoreksi kesalahan sang imam.



    Akhirnya, untuk kali pertama dalam hidupku, aku membantu "meluruskan" bacaan
    imam shalat yang aku ikuti. Dan kebetulan imam shalat itu adalah si Mas Gantengku.

    Bacaan ayat
    "Fawarabbissamaa-i wal-ardhi innahu lahaqqun mitsla..." yang sempat terhenti
    itu aku sempurnakan. Tentunya dengan intonasi dan nada suara yang tak nyaring.
    "Fawarabbissamaa-i wal-ardhi innahu lahaqqun mitsla maa annakum tanthiquuna". Syukurlah,

    ingatan suamiku pada surah adz-Dzariyat itu pun segera "pulih" dengan semestinya.

    Dan Alhamdulillah, bacaan ayat 24 s/d ayat 60 pun bisa ia tuntaskan tanpa kesalahan.



    Akhirnya, setelah ibadah shalat Isya dan tarawih rampung sepenuhnya, seperti biasa
    aku mencium tangan suamiku. Dia merespon hal tersebut dengan menarik tanganku
    dan kemudian mengatakan sesuatu dengan suara pelan di telingaku. Sederet kalimat

    manis nan menghanyutkan yang (sayangnya) tak bisa aku paparkan di postingan ini.

    [​IMG]

    Aku layak bersyukur kepada Allah. Meskipun laki-laki tercintaku itu dengan tegas

    menempatkan dirinya sebagai "sang Alpha Male" yang punya "dominasi luar biasa"
    atas diriku, tetapi dia tetap saja mau berbesar hati untuk menerima koreksi dariku.


     
    Last edited: Dec 19, 2018
  12. Suci_Ristyasari M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 17, 2014
    Messages:
    1,306
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,137 / -0
    Bulan Juni ini adalah kali kedua aku mendapatkan uang belanja bulanan dari si Mas.

    Alhamdul
    illah, aku kian mahir berperan sebagai Menteri Keuangan Rumah Tangga.
    Menjalankan tugas sebagai istri yang hemat, tapi tanpa harus terjebak menjadi pelit.

    Sampai sejauh ini sih, segala sesuatunya masih sesuai dengan yang kami kehendaki.

    Biaya kebutuhan sehari-hari kami terpenuhi dan tak perlu berutang pada siapa pun.
    Sehingga rumah tangga ini pun terhindar dari kondisi "besar pasak daripada tiang".

    Kemudian yang terpenting, aku dan dia bisa menyisihkan pendapatan bulanan kami
    untuk ditabung dalam bentuk emas (agar nilai tabungan kami tak tergerus oleh inflasi).

    Lalu sebagian uang lainnya kami "berdayakan" dalam bentuk long-term investments.

    Apa artinya bekerja keras kalau kita sama sekali tidak sanggup memiliki tabungan?

    Dan kami berdua juga sudah bersepakat untuk menghapus kata "macak sugih" dalam

    kamus kehidupan rumah tangga yang kami jalani bersama hingga akhir waktu nanti.

    Memilih untuk menempatkan diri kami satu barisan dengan mereka yang menjalani
    hidup zuhud dan bersahaja. Serta menjauhi pola hidup yang dianut middle-class snobs
    alias "kelas menengah ngehek" yang kerap kali bersikap irasional dalam hal keuangan.



    [​IMG]
    Pada hari Sabtu kemarin, untuk kali pertama dalam hidupku ini, aku mendapatkan
    THR Idul Fitri dan "bonus tambahan" dari suamiku tersayang. Sedangkan THR-ku
    sendiri (Insya Allah jika tidak ada kendala apa pun) baru akan cair di hari Selasa nanti.

    Tetap
    i, ternyata THR + bonus dari si Mas itu sudah cukup untuk memenuhi segala
    kebutuhan kami berdua dalam merayakan Hari Idul Fitri. Sehingga THR-ku nanti
    kelihatannya sama sekali tak perlu aku belanjakan. Padahal, si Mas tak melarangku

    untuk menggunakan THR-ku itu sesuai keinginanku. Suamiku tegas mengatakan,
    "Seluruh pendapatan yang diperoleh suami, ikut pula menjadi hak istri. Sedangkan
    uang yang diperoleh istri dari hasil pekerjaannya, menjadi milik istri sepenuhnya."


    Toh, meski hal itu menguntungkanku, aku tidak mau semena-mena menerapkannya
    dalam rumah tangga kami. Pernikahan ini dibangun atas dasar cinta + kasih sayang

    antara dia dan aku. Berjuang bersama, berbahagia bersama. Senasib sependeritaan.

    Dia sanggup membuktikan dirinya menjadi seorang suami yang bertanggung jawab.
    Memenuhi kebutuhanku lahir-batin. Mampu pula meladeni seluruh agresivitas dan
    "segala jenis kegilaanku" yang telah mencapai level "amit-amit + ampun-ampunan" ini.

    Sebagai t
    imbal baliknya, aku wajib menunjukkan diriku sebagai seorang istri yang
    tahu berterima kasih dan tidak membebani dia dengan tuntutan yang memberatkan.

    Jadi, tidak dengan serta merta aku melahap habis segala hasil jerih payah suamiku.



    Dulu, pada bulan November 1997, ketika badai krisis multidimensi mulai mengamuk
    di Indonesia, Papa sempat pula terkena PHK oleh kantornya. Saat itu, aku baru saja
    masuk SD sedangkan adik-adikku masih balita. Bisa dibayangkan betapa beratnya
    beban mental serta ps
    ikologis yang harus dirasakan dan ditanggung Papa ketika itu.


    Namun
    , Alhamdulillah. Sebagaimana lazimnya wong Jowo yang senantiasa berusaha
    melihat nikmat yang masih tersisa biarpun sedang ditimpa kemalangan, kala itu ada
    hal-hal yang memang layak untuk kami syukuri. Nikmat dan belas kasih dari Allah.

    Pertama: Kendati krisis makin menggila, Mama masih bekerja dan berpenghasilan.


    Kedua: Papa masih punya usaha kost-kostan yang meskipun "hanya" menghasilkan
    uang yang besarnya 1/4 dari penghasilan selama bekerja di kantor (sebelum di-PHK),
    tapi lumayan mencukupi untuk membiayai segala kebutuhan keluarga kami saat itu.

    Di s
    isi lain, Papa tidak kehilangan harga dirinya sebagai suami dan kepala keluarga.
    Karena meski menjadi korban PHK
    , tetapi masih bisa memberi uang kepada Mama.
    Biarpun jumlahnya tentu tidak sebanyak yang Papa berikan sebelum terkena PHK.

    Jad
    i, biarpun saat itu secara faktual perekonomian keluarga kami sempat limbung,
    tetapi syukurlah, tidak sampai ambruk. Keharmonisan di antara kami tetap terjaga.



    Saat krisis multidimensi itu terjadi, ada satu lagu kanak-kanak yang cukup populer.
    Lagu Baju Baru dari Dhea Ananda. Boleh dibilang, lirik lagu itu merepresentasikan
    perasaan sebagian masyarakat
    yang kala itu sedang berada dalam kondisi prihatin.
    Ket
    ika gelombang PHK besar-besaran mulai menggulung para buruh dan pegawai.

    Seingatku
    , lagu tersebut mulai rajin wira-wiri di layar TV pada bulan Januari 1998.
    Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1418 H. Kalian yang mengalami masa kanak-kanak
    d
    i saat itu
    mungkin masih bisa jelas mengingat lagu Baju Baru yang aku maksudkan.
    Terkadang, aku masih suka mbrebes mili tiap kali mendengar lagu masa kecilku itu.

    Kalau suamiku sih, sama sekali tak punya ikatan emosional apa pun dengan lagu itu.
    Tahun 1998, dia sedang menikmati masa kecilnya di negeri Kanjeng Ratu Elizabeth.



    Papa akhirnya baru bisa kembali mendapatkan pekerjaan dan karier yang mapan
    di awal bulan Juni tahun 2002. Setelah selama 3,5 tahun lebih "terpaksa" berpindah-
    pindah kerja di sejumlah perusahaan kecil. Dan selama itu pula, Papa tidak pernah
    mendapatkan THR tiap menjelang Hari Raya Idul Fitri. Papa "hanya" memperoleh
    uang Lebaran dari perusahaan dalam jumlah yang sangat "ala kadarnya". Yah, mau
    bagaimana lagi? Berapa pun besarnya, setiap rezeki dari Allah wajib disyukuri, ya?




    Ada satu pelajaran yang sangat berharga dari sejarah masa lalu keluargaku tersebut.
    Pada masa-masa yang sulit itu, Mama menunjukkan perannya yang sangat penting.

    Di saat Papa (sebagai pencari nafkah utama) mengalami situasi yang cukup terpuruk,
    Mama yang tadinya cuma berperan sebagai "komponen cadangan", ternyata mampu
    berperan sebagai stabilisator yang menyangga perekonomian keluarga kami saat itu.


    Apa jadinya kalau kala itu Mama hanya berstatus sebagai istri yang tak bekerja dan
    semata-mata "menengadahkan tangan" serta mengandalkan pemberian dari Papa?


    Salah seorang teman Papa yang juga sama-sama terkena PHK sempat berkomentar,
    "Wah, situasi Bapak masih mendingan ketimbang saya. Istri Bapak masih bekerja.

    Sedangkan saya? Saya ini pencari nafkah tunggal di keluarga. Istri saya nggak kerja.
    Jadi, pas kena PHK saat krismon begini, ya udah, langsung deh, nyungsep dan stress."



    Aku tak berharap sejarah masa lalu itu terjadi dalam kehidupan pernikahan kami.

    [​IMG]
    Namun
    , sekurang-kurangnya, Insya Allah, aku bisa berharap menjadi seorang istri
    seperti Mama tercinta. Yang tak hanya berperan sebagai "istri pendamping suami",

    tapi pada situasi genting atau pada saat-saat krusial, bisa pula beralih peran sebagai
    "
    stabilisator". Yang tangkas menopang suami jika ia sedang berada dalam kesulitan.


    Tentu tak mudah. Tetapi kalau Mama saja bisa melakukannya, mengapa aku tidak?


     
    Last edited: Feb 9, 2018
  13. Suci_Ristyasari M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 17, 2014
    Messages:
    1,306
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,137 / -0
    Alhamdulillah. THR-ku telah cair. Sebelum setan-setan membisikkan godaannya
    agar aku "menikmati surga dunia" dengan THR yang kudapat itu, aku pun segera
    mengonversi 3/4 dari jumlah THR-ku tersebut ke dalam bentuk simpanan emas.

    Meski sebetulnya, aku memiliki hak untuk menghamburkannya. Karena toh, uang
    tersebut sepenuhnya aku dapatkan secara halal dari seluruh jerih payahku sendiri.

    Yah, tetapi syukurlah, akal sehat dan nuraniku masih bisa berfungsi dengan baik.
    Sehingga aku sukses menjinakkan nafsu dan gairah berhura-hura tak tentu arah.



    [​IMG]
    Suamiku telah dengan gagah perkasa menanggung segala kebutuhan Idul Fitri-ku.
    Dari ujung rambut hingga ujung kakiku. Beserta seluruh keperluan kami lainnya.


    Kalaupun aku merasa masih ada yang kurang
    , ya tinggal bilang saja pada suamiku.
    Dia akan memberi "tambahan amunisi" yang bisa aku pergunakan sesuka hatiku.

    Kemurahan hati si Mas, membuat gaji bulananku & THR-ku menjadi relatif utuh.
    Aku tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun untuk kebutuhan Idul Fitri nanti.

    Kepiawaian suami mencari uang tentulah wajib diimbangi oleh keterampilan istri

    dalam mengelolanya. Istri yang boros adalah "mimpi buruk" bagi suami mana pun.
    Suami juga akan terbebani jika si istri sama sekali tak punya kecerdasan finansial.

    Jadi, sangatlah bodoh dan tak tahu diri kalau THR-ku itu aku hambur-hamburkan.



    [​IMG]
    Sedangkan sisa THR-ku yang 1/4, aku manfaatkan untuk "berniaga" dengan Allah.

    Aku salurkan ke jamaah pengajian Mbah Kyai
    , yang sebagian di antara mereka itu
    adalah "kaum lumpenproletariat". Mereka yang telah tersisih dan tersingkir dalam
    kehidupan ini. Saudara-saudari seiman yang untuk sekadar "bermimpi" pun susah.
    Mereka yang tak lagi punya kemampuan memadai untuk berkompetisi di dunia ini.

    Alhamdulillah, ada ulama-ulama ikhlas dan tulus seperti Mbah Kyai yang masih
    mau "menaungi" mereka itu. Para ulama yang bukan hanya "sekadar mendoakan",
    tapi mau turun langsung untuk memanusiakan orang-orang yang "kalah" tersebut.




    Ketimbang kita berperilaku bodoh dengan cara "macak sugih" alias berlagak kaya,
    ya lebih baik mencoba berlatih menjadi seorang filantropis kecil-kecilan, bukan?

    "
    Macak sugih" itu adalah pola hidup yang akan selalu membuat manusia terjungkal.

    [​IMG]
    Lagi pula, banyak orang yang "kaya betulan" tapi malah lebih sering memilih untuk
    menjalani bentuk kehidupan yang bersahaja. Sama sekali tidak bermewah-mewah.
    Mereka juga t
    idak pernah merasa perlu untuk mendapatkan pengakuan orang lain.


    Filantropis itu seperti "mengadakan kegiatan jual beli" dengan Allah. Ketika kita
    menginfakkan sebagian rezeki yang Dia limpahkan kepada kita, maka Dia pun akan
    "membayar" hal yang kita lakukan tersebut dengan keuntungan yang berlipat-lipat.

    Keuntungan yang nyata dan b
    isa kita rasakan. Bukan cuma jargon kosong tanpa isi.

    Siapa pun yang telah "mengadakan perniagaan" dengan-Nya, akan mengakui hal itu.


     
    Last edited: Aug 18, 2017
  14. Suci_Ristyasari M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 17, 2014
    Messages:
    1,306
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,137 / -0
    Setelah melayani kebutuhan suamiku, sambil istirahat, aku menjelajah di sejumlah
    akun IG dan juga beberapa blog yang aku kenal. Eh, tiba-tiba saja aku mendapati

    tiga fotoku semasa perkuliahan S1 dulu. Foto-foto yang terdapat di blog-nya Nanda.

    Dari kiri ke kanan: Dina, Riske, aku, Mia, dan Nanda. Foto-foto itu diambil pada
    akhir Maret 2012
    , di undakan sebuah bangunan, saat kami mesti turun ke lapangan
    dalam
    rangka menyelesaikan tugas perkuliahan. Di satu Kamis sore yang puanasss.


    Terus terang deh, aku suka banget dengan foto-foto tersebut. Angle-nya bagus dan
    background-nya pun mendukung. Yang terpenting, aku tak terlihat mengecewakan.

    Eksp
    resiku terlihat natural, alamiah, dan tak dibuat-buat. Demikian pula dengan
    teman-temanku di foto-foto tersebut. Pada tahun itu
    , kami masih perawan ting-ting.
    Masih menanti dengan harap-harap cemas, siapa-siapa saja sih, laki-laki yang kelak

    ditakdirkan Allah menjadi pasangan hidup kami masing-masing? Akhir Maret 2012
    itu adalah satu tahun menjelang usainya status kami sebagai mahasiswi teknik. Saat
    kam
    i semua mulai bersiap-siap untuk mewujudkan impian dan juga cita-cita kami.



    [​IMG]

    Ah, tiba-tiba saja, semalam terlintas satu godaan untuk kembali membuat akun IG,
    kembali meng-upload foto-foto perjalanan hidupku, seperti yang sering aku lakukan
    d
    i masa lalu. Tanpa terasa, telah setahun lebih "puasa mengunggah foto" aku jalani.

    Tepatnya
    , setelah proses lamaran yang maha bersejarah itu terjadi di kehidupanku.
    Ya, proses pinangan itu telah mengakhiri seluruh kegiatanku mengunggah foto diri.


    Karena aku wajib melaksanakan satu nazar yang telah aku tetapkan kepada Allah.



    Si Mas itu bukanlah sosok laki-laki yang maha luar biasa. Dia bukan artis, sosialita,
    pejabat publik, ataupun public figure. Ia bukan laki-laki mahasempurna di dunia ini.

    Banyak ketidaksempurnaan terdapat pada dirinya sebagai manusia ciptaan Allah.

    Namun, si Mas itu sekaligus juga "bukanlah seorang laki-laki yang biasa-biasa saja".

    Sejak awal aku mengisi thread diary ini pada 3 tahun yang lalu, aku selalu konsisten

    membahasakan dirinya sebagai "si Mas Ganteng". Eh, sesekali aku pernah juga sih,
    mengatakan dia sebagai "si Mas Jelek", dikarenakan rasa jengkelku pada dirinya.

    Toh
    , dibilang "jelek" sekalipun tak akan bisa mengubah fakta bahwa dia memesona.
    Tak hanya pesona fisik, kebrengsekannya pun mampu membuatku termimpi-mimpi.


    Sebagai konsekuensi logisnya, perempuan yang ngebet banget ingin bersama si Mas,
    bukan hanya aku seorang. Untuk "memenangi cinta dan hatinya", jelas tidak mudah.


    Sainganku amat banyak. Dan mereka siap melakukan apa pun dalam persa
    ingan ini.


    [​IMG]
    Tahu, kan? Kesadisan perempuan dalam urusan kompetisi asmara itu amat sangat
    mengerikan. Per
    ihal kekuatan fisik, kaum perempuan bolehlah disebut lebih lemah
    ketimbang pr
    ia. Tapi soal mengejar cinta, terkadang perempuan justru "lebih gila".




    Aku mengenal dia sejak Agustus 2011. Secara formal, kami tidak pernah menjalani
    satu situasi yang bisa disebut sebagai "berpacaran". Tetapi kami pun bukan sekadar
    "teman
    biasa saja" yang sama sekali tak menaruh hasrat dan gairah satu sama lain.

    Tak terhitung banyaknya cerita manis antara kami berdua yang terjalin di saat itu.

    Menunjukkan bahwa aku dan dia memang terlibat dalam "suatu petualangan" yang
    sifatnya melebihi relasi pertemanan biasa antara seorang pria dan seorang wanita.

    Betapa pun kesengsem dan sayangnya aku pada dirinya, toh, aku masih berpegang
    pada norma yang berlaku hingga kini. Sangat tidak pantas jika seorang perempuan
    "menyodor-nyodorkan diri" pada si laki-laki yang disenanginya. Kodrat sejati dari
    seorang perempuan yang terhormat adalah dilamar secara baik-baik oleh laki-laki.



    Sayangnya, aku mesti menjalani masa ketidakpastian yang cukup menggelisahkan.

    Bahkan
    , pada titik tertentu, aku sempat merasa sangsi bahwa hubungan kami ini
    bisa berlanjut ke fase yang lebih serius dan terang benderang. Hal itu disebabkan

    oleh kegigihan para pesaingku dalam melancarkan "operasi intelijen" pada si Mas.

    Saat harapanku mulai memudar, aku mencoba "merayu" Allah. Sebab aku adalah
    milik Allah. Sang laki-laki hebat yang telah membuatku mabuk kepayang itu pun
    adalah kepunyaan Allah. Sehingga, masuk akal jika aku mulai memohon pada-Nya.

    Tidak hanya dengan melakukan shalat Hajat + berdoa secara khusyuk. Aku bahkan

    bernazar, jika ia pada akhirnya mau meminangku sebagai istrinya, maka aku akan
    menghapus selu
    ruh foto diriku yang pernah aku unggah ke dunia maya. Semuanya,

    tanpa terkecuali. Termasuk akun IG yang kubuat dengan memakai pseudonym lain.

    Tapi kalau foto-fotoku yang di-upload teman-temanku sih, adalah satu pengecualian.
    Seperti foto-fotoku (beserta teman-teman kuliahku dulu) yang ada di blog-nya Nanda.


    Sebab foto-foto tersebut bukan aku sendiri yang meng-upload-nya secara langsung.



    [​IMG]

    Mengapa aku sampai bernazar demikian? Karena aku merasa bahwa peluangku
    menjadi pilihannya, mulai menipis. Ya, bagaimana lagi? Orang ganteng mah bebas.
    Orang ganteng itu mah selalu bisa memilih perempuan mana pun yang dia inginkan.

    Semak
    in tersedia banyak pilihan (yang semuanya menarik), semakin bingunglah dia.



    Dan setelah 6,5 bulan aku terombang-ambing dalam badai ketidakpastian, akhirnya
    dia menyatakan satu hal penting yang aku nantikan. Dia bersedia mengikatku erat
    dalam ikatan pernikahan yang sah. Tak hanya sebatas pernyataan, dia pun datang
    melamar secara resmi (bersama rombongan batalyon keluarga besarnya) ke rumahku.




    Allah berkenan mengabulkan permohonanku. Selain bersyukur, aku berkewajiban
    melaksanakan nazarku untuk menghapus seluruh foto diri yang dahulu pernah aku
    unggah di dunia maya. Baik yang di IG (dengan memakai "akun pseudonym yang itu"),
    maupun yang terdapat di sejumlah blog yang selama ini menjadi tempatku menulis.


    Meski jujur deh, hal itu aku lakukan dengan berat hati. Tetapi aku sempat terhibur,
    saat Mama (secara bercanda) mengatakan, "Kamu melakukan pembersihan di dunia
    maya, karena kamu 'sudah laku'. Dengan 'harga yang tak terhingga' pula. Dinikahi

    seorang laki-laki yang 100% adalah keinginanmu. Bukan karena paksaan atau hasil
    perjodohan. Kamu 'laku dengan nilai tak terhingga'. Jadi, buat apa lagi upload foto?
    Sebab mulai saat ini
    , yang punya hak menikmati keindahanmu hanyalah suamimu."




    Semalam, muncul godaan untuk kembali meng-upload foto di dunia maya. Mungkin
    aku bisa berdalih bahwa toh, nazarku yang dulu telah aku tunaikan. Maka rasanya
    nggak apa-apa, tidak masalah jika kini aku kembali aktif mengunggah foto-fotoku.

    Tapi aku teringat pada QS 17:67, perihal manusia yang tidak tahu berterima kasih.

    [​IMG]

    Di tengah keputusasaanku dulu, aku memohon-mohon bantuan langsung pada-Nya.
    Lalu setelah Dia berkenan mengabulkan doaku, eh, tiba-tiba aku mau mengingkari
    nazar yang telah aku tetapkan dulu. Dengan membuat akal-akalan yang tak pantas.


    Padahal
    , tidak akan pernah ada satu manusia mana pun yang bisa mencurangi-Nya.


     
    Last edited: Jul 3, 2017
  15. Suci_Ristyasari M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 17, 2014
    Messages:
    1,306
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,137 / -0
    :yahoo:
    Pada pekan lalu, di hari ke-2 Idul Fitri, secara tak terduga, suamiku mengajak aku
    untuk terlibat dalam road trip Jakarta-Jawa Tengah PP. Nyaris mirip seperti tahun
    kemarin. Yang membedakannya adalah, peserta road trip kali ini cuma kami berdua.
    Tidak ada pihak lain dari keluarga besar kami yang ikut dalam perjalanan tersebut.


    Terus terang, misi utama yang menjadi prioritas kami sehingga nekat mengadakan
    road trip dadakan kemarin itu, bukanlah semata-mata untuk menjalin silaturahim
    dengan para sedulur di tanah leluhurku. Tujuan utama aku dan si Mas adalah untuk
    "mengambil alih kepemilikan sejumlah artefak kebudayaan masa lalu" yang selama
    ini dimiliki oleh seorang kolega suamiku. Sang kolega tersebut bisa dibilang "11-12"

    dengan si Mas dalam hal kegemaran mengoleksi berbagai jenis artefak kebudayaan.

    "Artefak kebudayaan" yang aku maksudkan adalah beragam rekaman musik dalam
    format audio cassette, vinyl, dan tentunya Compact Disc. Kemudian, tak ketinggalan,
    sejumlah besar rekaman film dalam format VHS (!), laserdisc (!), VCD (!), DVD, dan

    Blu-ray. Lalu, ada benda-benda cetakan masa silam seperti koran, majalah, tabloid,
    komik-komik serta buku-buku lawas, flyers, posters, dan leaflets yang extremely rare.

    Hampir 95% dari benda-benda tersebut telah lenyap tak berbekas di pasaran bebas.
    Artefak kebudayaan yang berasal dari dekade 1950-an hingga pertengahan 1990-an.




    Sebetulnya, hingga malam hari saat Idul Fitri, seusai kami bersilaturahim ke segala
    penjuru
    , sama sekali tidak terlintas di benak kami untuk berkelana ke Jawa Tengah.

    Kami telah berniat untuk menikmati liburan kali ini dengan beristirahat di rumah.

    Kegiatan anjangsana di hari kedua Lebaran-lah yang tiba-tiba membuat suamiku
    secara mendadak langsung berencana untuk bepergian ke rumah seorang koleganya.


    Awalnya, hanya terjadi "perbincangan basa-basi biasa" dengan yang bersangkutan.
    Eh
    ..... tahu
    -tahu tema perbincangannya beralih ke negosiasi jual beli koleksi pribadi.

    :toa:
    Sang kolega tersebut menawarkan kami untuk mengambil alih sebagian koleksinya.

    "Harta karun" yang saat ini kondisinya sudah out of print, hard to find, dan ultra rare.

    Sebagian adalah "hasil bongkaran legal" dari sejumlah toko rekaman musik dan film

    di sejumlah kota di Pulau Jawa. Era digital download yang merajalela tak terkendali,
    tanpa ampun telah memaksa toko-toko rekaman tersebut gulung tikar sepenuhnya.
    Benda-benda yang kalah pamor dengan berkas-berkas hasil ripping-an itu, akhirnya
    menumpuk di gudang. Ujung-ujungnya, ketimbang rugi, terpaksa "dijual borongan".

    Salah satu pihak yang memborong artefak bersejarah tersebut adalah teman si Mas.
    Dia bersedia melepas sebagian koleksinya untuk kami miliki. Tentu saja tidak gratis.



    Kalau memang berminat, kami mesti mengambilnya sendiri di gudang penyimpanan
    milik sang kolektor itu yang keberadaannya terletak di suatu tempat di Jawa Tengah.

    Kebetulan
    , lokasi gudang rekan si Mas itu kira-kira cuma "sepelemparan batu" dari
    desa leluhurku di Magelang. Alias berada di wilayah yang sangat mudah dijangkau.

    :onegai:
    Tawaran menggiurkan itu jelaslah teramat sulit dan mustahil untuk kami abaikan.



    Ketika event "Big Bad Wolf" berlangsung bulan April yang lalu, aku dan si Mas rela

    berhari-hari mondar-mandir Jakarta-Tangerang PP. Padahal, sebagian besar buku
    yang dijual di event itu, boleh dibilang belum bisa diklasifikasikan sebagai "langka".

    Toh
    , kami seolah langsung dihinggapi "perasaan berdosa" jika sampai tak membeli
    buku-buku impor nan berkualitas yang kala itu dijual dengan discount gila-gilaan.

    Nah, tatkala sang kolega suamiku menawarkan sejumlah artefak kebudayaan yang
    secara faktual sudah extremely rare (alias nyaris tak bisa kita temukan lagi di mana pun),
    maka alangkah luar biasa bodohnya jika kami tega mengabaikan tawaran tersebut.

    :oii::voodoo:
    Lagi pula
    , berdasarkan pengalaman, banyak pihak mengincar benda-benda langka
    tersebut. Di dalam hal ini, prinsip yang dipakai adalah "mendahului atau didahului".


    Kalau artefak kebudayaan nan langka tersebut sampai jatuh ke tangan-tangan para
    spekulan serta kapitalis yang berkedok sebagai "kolektor", hampir bisa dipastikan
    nilai jualnya di kemudian hari akan melonjak drastis menjadi sangat tidak rasional.



    Akhirnya, dengan persiapan yang bisa dikatakan "seadanya", aku dan suamiku pun
    memulai road trip kami ke Jawa Tengah. Sebelum berangkat, sempat minta
    bantuan
    kelua
    rga sepupu suamiku
    (yang kebetulan bertempat tinggal di kompleks yang sama
    dengan kami berdua) supaya menugaskan security rumah mereka untuk memantau
    dan mengawasi kediaman kami selama kami tinggal pergi. Dan demi keamanan, aku

    pun memutuskan untuk menitipkan mobilku di pelataran rumah mereka yang luas.

    :hmm:
    Sambil minta tolong untuk memanaskan mesin mobilku itu tiap pagi. Alhamdulillah,
    ikatan persaudaraan antara kami dengan keluarga sepupu suamiku itu bukan cuma
    tersurat dalam status keke
    rabatan saja. Mereka dengan senang hati mau membantu

    memenuhi keinginan kami tersebut. Sebagai "imbal balik jangka pendeknya", kami
    putuskan untuk memberikan semua hidangan Lebaran di rumah kami (yang semula
    diperuntukkan bagi aku dan suamiku)
    kepada mereka. Makanan tersebut masih sangat
    layak untuk dimakan. Daripada mubazir, ya lebih baik dinikmati mereka, bukan?

    Kemudian
    , aku pun sempat mengontak Mbak Citra dan suaminya di Magelang sana,
    mengabari
    perihal rencana "perburuan artefak kebudayaan" yang akan dilakukan
    seca
    ra saksama oleh aku dan sang suami tercintaku selama beberapa hari ke depan.




    Selasa, 27 Juni 2017, jam lima pagi, kami pun berangkat dengan menggunakan SUV
    milik suamiku. Untuk tahap awal, akulah yang memegang kendali kemudi. Setelah
    sampai di kota Pemalang, kami beristirahat sebentar, dan kemudian bertukar posisi.

    :malu1:

    By the way, sejak kami menikmati indahnya pernikahan, frasa "bertukar posisi" ini
    tiba-tiba menjadi sumber jokes yang tiada habis-habisnya. Makna literal dari frasa
    itu seakan sudah tidak ada lagi. Berganti menjadi makna kiasan yang selalu efektif
    untuk menceriakan, mencegah kejenuhan, dan juga "memprovokasi" satu sama lain.


    :hihi:
    Alrighty then. Usai kami bertukar posisi, si Mas Ganteng itulah yang menyetir hingga
    kami tiba di Magelang, tanah pusaka leluhurku, pada jam empat sore. Mbak Citra
    dan suaminya sudah menanti kedatangan kami dengan begitu sigap. Setelah mandi,
    berganti pakaian
    , dan shalat, aku dan si Mas tidur-tiduran sebentar di kamar depan
    yang dipersiapkan untuk kami berdua. Tahun lalu, hal semacam itu belum bisa kami
    lakukan
    . Alhamdulillah, kini sudah tak ada penghalang apa pun antara aku dan dia.




    Keesokan harinya, kami bergegas menuju ke "titik lokasi perburuan". Sebelumnya,
    si Mas mengabari sang kolega bahwa kami berdua telah tiba di sasaran. Kemudian,
    teman suamiku tersebut memberikan instruksi terkait hal yang harus kami lakukan.

    Beg
    itu sampai
    di sana, setelah berbasa-basi sejenak, orang kepercayaan dari kolega
    suamiku segera mengajak aku dan si Mas ke tempat di mana artefak kebudayaan itu

    disimpan. Atau rasanya lebih tepat jika aku katakan, "ditimbun". Saking banyaknya.



    (Karena jam istirahat kantor telah tiba, maka waktunya makan siang. To be continued, ya)
     
  16. Suci_Ristyasari M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 17, 2014
    Messages:
    1,306
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,137 / -0
    (Sebelum menunaikan kewajiban seorang istri, aku akan melanjutkan postinganku di atas)

    :yahoo:
    Allah SWT telah menetapkan aku terlahir sebagai anak sulung di keluargaku. Tetapi

    dalam takdir perjalanan hidupku hingga saat ini, aku memiliki banyak sekali kakak
    yang dengan tulus (dan tanpa niat buruk) memperlakukan diriku sebagai adik mereka.

    Di dalam silsilah keluarga besarku, mereka "hanya" berstatus sebagai kakak sepupu.

    Namun dengan senang hati, mereka bersedia memosisikan diri sebagai kakak-kakak
    yang punya kec
    intaan
    , rasa sayang, dan juga melindungi diriku (beserta adik-adikku).
    They always treat me (& my sisters) really nicely. They act more like siblings than cousins.

    :unyil:
    Ada Mbak Citra, yang pernah tinggal bersama keluargaku semasa dia kuliah dulu.
    Lalu ada Mbak Savitri, yang pernah satu SMP denganku, dan berjasa besar dalam
    membentengiku di masa awal pubertas dulu. Termasuk memagariku dari gangguan
    para
    Don Juan tengil nan cupu yang ketika itu banyak berseliweran di sekolah kami.


    :matabelo:
    Kemud
    ian ada pula Mbak Gati
    , Mbak Noni, Mbak Galuh, Mbak Mutia, Mas Inno,
    dan banyak lagi yang lainnya. Kakak-kakak itu selalu menanamkan kesan baik yang
    terekam begitu kuat dalam perjalanan hidupku. Jadi, secara de facto bisa dikatakan:
    me
    reka adalah
    "kakak-kakakku" yang membuatku tak merasa sebagai anak sulung.



    :malu1:
    Dan sekarang ini, aku juga memiliki seorang "kakak ketemu gede" yang tiap malam
    tidak bosan-bosannya selalu meninabobokan aku dan juga mengeloni aku. Meskipun
    terkadang justru akulah yang menyenandungkan kidung-kidung Jawa di telinganya.




    Pada post
    inganku sebelumnya, aku bercerita perihal perburuan artefak kebudayaan
    yang aku dan si Mas lakukan di suatu gudang milik kolega suamiku. Saat kami tiba

    di tempat itu, yang kami dapati adalah sejumlah rak besar. Yang memuat beraneka
    ragam rekaman musik dan film dalam berbagai format. Jumlahnya membuat kami
    mengelus dada. Benar-benar "hasil bongkaran toko". Produk-produk orisinal yang
    kalah bersaing dengan berkas-berkas hasil ripping-an. Sebagian besar benda-benda
    nan langka te
    rsebut bahkan masih dalam kondisi tersegel utuh. Dan tak sedikit pula
    yang masih dilengkapi dengan
    sensormatic anti-theft protection. Ada CD, VCD, DVD,

    audio cassette, yang bisa dipastikan, saat ini sudah amat sulit kita jumpai di pasaran.

    :keringat:
    Seakan belum
    cukup, di ruangan lain terdapat timbunan majalah dan tabloid lawas
    yang pernah beredar di Indonesia pada dekade 1980-an sampai dengan awal 2000-an,
    dan rasanya sampai kapan pun tidak akan pernah ada versi PDF-nya di dunia maya.



    :mesum:

    Singkat cerita, suamiku akhirnya memutuskan untuk mengambil alih kepemilikan
    benda-benda bersejarah tersebut. Yang membuat hatiku damai dan tenteram, dana
    yang digunakan suamiku untuk menebus artefak kebudayaan itu, 100% berasal dari
    simpanan pribadinya sendiri. Sama sekali tidak diambil dari tabungan milik kami
    berdua, yang kami persiapkan untuk tujuan hidup kami di masa yang akan datang.



    :aghh:
    :hoho:

    Toh, tetap saja ada permasalahan yang muncul dari aksi pengambilalihan tersebut.
    Mobil milik suamiku ternyata tidaklah cukup untuk menampung benda-benda itu.

    Mau tidak mau, ya harus menyewa mobil lain yang bisa digunakan untuk membawa
    seluruh artefak bersejarah itu ke rumah kami. Syukur Alhamdulillah, Mbak Citra,

    Mbak-ku tersayang, akhirnya menjadi problem solver untuk mengatasi persoalan itu.

    Mbak Citra-lah yang kemudian bersedia bersusah payah mencarikan mobil sewaan
    dan pengemudinya untuk mengangkut "benda-benda hasil buruan" aku dan si Mas.

    Bukan hanya itu, menjelang kepulangan aku dan suamiku ke Jakarta, Mbak Citra
    pun masih menyempatkan dirinya membungkuskan beraneka macam buah tangan
    untuk kami bawa. Padahal, aku dan suamiku nyaris sudah tidak lagi berpikir untuk
    m
    embeli oleh-oleh apa pun untuk keluarga besar kami masing-masing di Jakarta.

    :peluk:
    Kalau bukan dilandasi rasa cinta dan sayang dari seorang kakak terhadap adiknya,
    rasanya hampir mustahil Mbak Citra mau dan bersedia merepotkan diri seperti itu.
     
  17. Suci_Ristyasari M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 17, 2014
    Messages:
    1,306
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,137 / -0
    Pada beberapa pekan yang lalu, aku pernah mendapatkan mimpi yang terasa aneh.
    Rasanya hal itu adalah efek samping yang muncul karena aku terlelap tanpa busana.

    [​IMG]
    Ini lantaran si Mas yang "mengintroduksi" kebiasaan tersebut setelah kami menikah.

    Sekalipun menurut penelitian medis "there are many health benefits of sleeping naked",
    dan pada dasarnya tidak ada ketentuan fiqh yang melarang (asalkan hal itu dilakukan

    di kamar pribadi yang 100% tertutup dan hanya bersama suami tercinta), tapi sebaiknya
    "sleeping in the nude" itu jangan sering-sering dilakukan. Karena, ya itu tadi, akan
    mem
    icu munculnya mimpi-mimpi aneh (terkadang juga serem) di dalam tidur kita.

    Bagaimanapun juga, Allah telah menentukan bahwa kodrat manusia normal adalah
    menutupi segenap bagian tubuh beserta auratnya dengan cara berbusana yang baik.



    Setting mimpiku tersebut adalah di ruang kelas SMA-ku dulu. Tetapi, orang-orang

    yang berada di dalam kelasku itu adalah sejumlah pihak yang aku kenal baik semasa
    aku menjalani perkuliahan Program Magister/Pascasarjana (dan sambil bekerja pula).


    Ada "Yth Ibu Prof." (salah seorang dosenku dulu), ada Mbak Anjani (yang saat itu juga
    sama
    -sama masih berstatus newbie di kantor kami masing-masing), dan beberapa rekan
    kuliah kala itu. Yang membuatku merasa aneh, kenapa setting-nya di SMA-ku dulu?



    Kemarin siang, setelah long briefing dan sesi pengarahan, ada satu hal yang menarik.

    [​IMG]
    Satu hal yang kiranya menjadi jawaban nyata atas mimpi anehku tersebut. Ternyata
    ,
    ada seorang rekan kerjaku yang dahulu pernah menjadi kakak kelasku di SMA dan

    kebetulan (tanpa aku sadari), ia menjalani masa perkuliahan S2 di kampus yang sama
    denganku alias "satu angkatan". Kendati pada saat SMA dulu, dia adalah seniorku.


    Hal tersebut baru aku ketahui saat kami terlibat dalam perbincangan seusai briefing.

    Dramatisnya, kala itu, dia termasuk ke dalam "the bunch of ferocious damsels" yang
    sempat melakukan bullying pada aku dan Arni saat hari-hari pertama di SMA dulu.

    Ketika sejumlah seniorwati merasa bahwa siswi-siswi newbie seperti aku dan Arni
    seakan-akan adalah semacam bahaya laten yang bisa mengancam eksistensi mereka.

    S
    i rekan kerjaku tersebut, rupanya dulu juga termasuk anggota geng seniorwati itu.
    Meski sejatinya
    , peran yang bersangkutan hanyalah sebagai tokoh di belakang layar.
    Dengan kata lain, ia tak ikut melakukan bullying secara langsung pada aku dan Arni.




    Sang kolegaku itu baru mulai berkarier di perusahaan tempatku bekerja sejak awal
    tahun ini. Walau satu perusahaan, tetapi kami berkegiatan di gedung yang berbeda.

    Berdasarkan pengakuannya kemarin, sedari awal, dia sudah langsung mengenaliku

    saat kita terlibat dalam project bulan Mei yang lalu. Sedangkan, aku sama sekali tak
    mengenali dirinya. Padahal, kami bahkan sempat berdiskusi cukup intens terkait

    perencanaan pembiayaan beserta sejumlah tindak lanjut yang harus kami siagakan.

    Dan kami pun sempat bergantian shalat di tempat yang sama ketika harus turun ke
    lokasi project tersebut. Tapi sama sekali tidak pernah terlintas di benakku bahwa dia
    sebetulnya adalah senior di SMA dan rekan satu angkatan di Program Pascasarjana.




    Yang membuatku terharu dan juga terenyuh, sang rekan kerjaku itu dengan legowo
    menyatakan penyesalannya yang mendalam atas bad things that happened in the past.


    [​IMG]
    Terus terang, aku bukanlah sosok yang pemurah terhadap pihak-pihak yang pernah
    berbuat jahat padaku ataupun pada orang-orang yang aku cintai. Tapi, Insya Allah,
    akan selalu ada pengecualian untuk kasus tertentu. Misalnya pada rekan kerjaku itu.

    Aku bisa membaca ketulusan yang dia perlihatkan di dalam penyesalannya tersebut.
    Hatiku yang "terbiasa keras membatu" pun akhirnya luluh dengan sikap sportif itu.

    Rasanya tak banyak manusia yang bisa berbesar hat
    i untuk mengakui kesalahannya.


    Saat ini sih
    , yang lazim kita jumpai adalah orang-orang yang punya gengsi sebakul.
    Yang tak akan pernah mau mengakui kesalahan meskipun kesalahan itu bisa dilihat
    dengan sangat terang benderang. Pokoknya "saya yang benar dan kamu yang salah".


    Padahal, sikap tidak mau mengakui kesalahan itu hanya akan membuat kita tampak
    bodoh dan berjiwa kerdil di mata pihak lain. Cuma akan merendahkan kualitas diri.


     
    Last edited: Jul 21, 2017
  18. Suci_Ristyasari M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 17, 2014
    Messages:
    1,306
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,137 / -0
    Ehm, lagu Ceu' Mey Mey itu.. eh, maksudku lagu "May-May" itu selalu membuatku
    berlinang-linang air mata. Teringat saat statusku hanyalah sebagai "on-off girlfriend"

    bagi dirimu. Ketika kamu memberiku video tebar pesonamu sing mbelgedes tenan itu.

    D
    i dalam video berdurasi 27 menit itu, kamu genjrang-genjreng menyanyikan lagu
    tersebut dengan
    husky voice yang dibuat-buat. Untunglah kamu nggak sampai keselek.

    Kemudian kamu menyampaikan satu bentuk narasi ngalor-ngidul yang sangat aneh.
    Tanpa cengengesan dan tanpa melucu. Tetapi, sanggup mengaduk-aduk perasaanku.
    Yang mau tidak mau akhirnya membuatku merengut, terdiam, dan juga tersenyum.



    Lagu yang kamu nyanyikan di video itu memang sangat kejam. Mengiris
    -iris hatiku

    sedemikian hebatnya. Lagu itu tidak menyertakan sepotong pun kata "love", "baby",
    atau "kosakata pasaran" lainnya yang rasanya terlalu sering kita dengar di lagu-lagu
    mainstream. Toh, lagu tersebut sukses membuatku nangis sesunggukan berhari-hari.


    [​IMG]
    Padahal, sejatinya aku adalah tipe perempuan yang mungkin terlalu sombong untuk
    meneteskan air mata. Cah Ndableg seperti aku ini selalu mengondisikan diriku agar
    tangguh di dalam situasi apa pun. I
    always train myself to be brave under any situation.

    Tapi setangguh-tangguhnya aku, tetap saja tidak bisa mengelak dari ketentuan-Nya.


    Bahwa seorang perempuan tetaplah selalu membutuhkan seorang laki-laki yang baik
    untuk melengkapi hidupnya. Sebagai suami. Sebagai kekasih. Sebagai pendamping.

    Sebaga
    i imam, guru, dan mentor. Sebagai teman untuk berbagi perasaan yang ada.
    Sebagai kawan berdiskusi dalam mencari solusi untuk mengatasi berbagai persoalan.

    Sebaga
    i mitra untuk menyalurkan "sisi gelapku". Sebagai partner untuk gila-gilaan.

    [​IMG]
    Jadi, ketika aku merasa bahwa aku cuma sekadar "on-off girlfriend" tanpa kepastian,
    tiba-tiba saja ketangguhanku itu seolah hilang. Lalu kamu membuat video itu dalam
    rangka menegarkan diriku kembali. Alih-alih berhasil, lagu yang kamu nyanyikan

    tersebut justru membuat kondisi diriku semakin semrawut. Menangis tidak keruan.




    Sampai sekarang
    , aku masih tetap berlinang air mata setiap kali menyimak lagu itu.
    Tapi syukurlah, hal itu bukan lagi karena sedang meratapi status "on-off girlfriend".

    Alhamdulillahirabbil 'alamin, episode kehidupan nan suram itu, kini telah berlalu.
    Atas Kuasa-Nya, Allah mengizinkan aku menikmati "episode laki-bini" bersamamu.



     
    Last edited: Jul 27, 2017
  19. Suci_Ristyasari M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 17, 2014
    Messages:
    1,306
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,137 / -0
    Laki-laki sepertimu lebih sering dikejar perempuan daripada mengejar perempuan.
    Meski kamu sudah mengacak-acak diri, tetap saja mereka ingin berteduh di hatimu.
     
    Last edited: Jul 29, 2017
  20. Suci_Ristyasari M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 17, 2014
    Messages:
    1,306
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,137 / -0
    Perempuan yang lebih "gila" daripada aku, ternyata tak sedikit, ya? Banyak banget.
    Syukurlah, kamu tetap tegar menghadapi segala bentuk "kegilaan" tak berujung itu.
     
  21. Suci_Ristyasari M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 17, 2014
    Messages:
    1,306
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,137 / -0
    Jokes klasik yang kamu ceritakan perihal "mandi sore", "binatang", dan "infiltran"
    ternyata hanya terasa lucu jika kamu yang menceritakannya. Terbukti, saat jokes
    tersebut dibawakan orang lain, ternyata kelucuannya langsung lenyap tak berbekas.
     

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.