1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Remaja Singapura Pun Belajar Tari Banyumasan

Discussion in 'Tengah Komunitas' started by ~airiRin~, Dec 15, 2009.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. ~airiRin~ M V U

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 7, 2008
    Messages:
    9,627
    Trophy Points:
    161
    Ratings:
    +3,760 / -0
    Lima menit sudah gending kuda lumping mengalun dari panggung wiyaga. Namun, Asraf Iskandar (15), dan Eriynee (14), dua remaja asal Singapura, masih belum memulai gerakan walau telah berada di tengah arena. Keduanya masih sibuk memasang tali plastik pengikat kuda kepang yang copot.

    ”Kepriwe, masang tali bae ora teyeng (Bagaimana ini, memasang tali saja tidak bisa),” celetuk seorang penonton di tengah kerumunan yang mulai gemas. Siang itu, Asraf dan Eriynee mewakili 16 remaja yang tergabung dalam Sanggar Seni Sendratari Telung Turangga, grup kesenian Melayu asal Singapura, akan menarikan tari kuda lumping di Pedepokan Seni Banyubiru, Desa Karangjati, Kecamatan Susukan, Banjarnegara, Jawa Tengah, Sabtu (12/12).

    Setelah dibantu salah seorang penonton, tali itu pun terpasang di leher kepang. Tanpa kikuk, Asraf dan Eriynee pun memulai gerakan tari kuda lumping.

    Tak ada yang istimewa dari gerakan mereka. Tampak keduanya masih dalam taraf belajar. Berbeda dengan tari kuda lumping yang dimainkan grup kesenian di Jawa, gerak kuda lumping dua remaja itu pelan. Terkadang gerakan mereka tak serempak.

    Namun, itu tak mengurangi kepercayaan diri mereka menarikan tari kuda lumping dengan gaya wetanan dan sedikit memadukan dengan gerakan ebeg, tari kuda kepang khas Banyumasan.

    Lima rekan mereka berada di panggung gamelan memainkan gending iringan tari. Sama dengan Asraf dan Eriynee, mereka berumur 13-15 tahun.

    Sabtu sore itu, para remaja asal Negeri Jiran tersebut didaulat untuk unjuk kebolehan memainkan tarian hasil belajar mereka sejak 9 Desember lalu di Pedepokan Seni Banyubiru.

    ”Kami menyadari, tarian kami belum seatraktif penari di Banyumasan atau di Jawa lainnya. Kami masih harus terus belajar. Itu salah satu tujuan kami ke Banyumas ini,” ujar Budiana (34), pemimpin rombongan Telung Turangga.

    Telung Turangga adalah satu dari sekian banyak kelompok kesenian tradisional di Singapura yang dalam beberapa tahun terakhir menjamur. Berbagai jenis kesenian tradisional yang berakar dari budaya etnis-etnis pendatang di Negeri Singa itu pun mulai banyak digarap. Ada kelompok tari Jawa, tari Sunda, China, India, hingga Pakistan bermunculan.

    ”Singapura itu negara megapolitan. Kami membeli apa saja untuk menghadirkan apa saja, termasuk tarian tradisional ini,” kata Budiana, laki-laki keturunan Madura, Jawa Timur, ini.

    Telung Turangga, yang baru didirikan tahun 2006, memilih mengkhususkan diri menekuni tari tradisional Jawa, Sunda, dan Bali. Menurut Budiana, yang sekaligus pendiri kelompok tari ini, tujuannya menekuni tari asal Indonesia karena dia sendiri berasal dari Indonesia.

    ”Banyak orang keturunan Indonesia, khususnya Jawa, di Singapura. Sayangnya, mereka semakin jauh dari budaya asalnya. Itulah yang melatarbelakangi saya mendirikan kelompok tari ini,” katanya.

    Berbekal kemampuan menari tradisional khas Jawa yang didapat dari orangtuanya, Budiana pun mengajari anak-anak keturunan Melayu menari kuda lumping, serimpi, dan tari Sunda.

    Ternyata, dalam dua bulan, peminat sanggar tarinya membeludak. Bukan hanya anak-anak keturunan Melayu, dari 70 anggota sanggar tarinya, sebagian berasal dari etnis Pakistan, Arab, India, China, bahkan Eropa.

    Telung Turangga kerap diundang di Istana Negara Singapura saat peringatan hari-hari kenegaraan. Mereka kadang mengisi acara pernikahan dan sunatan. ”Anggota kami kebanyakan pelajar. Mereka senang bisa bermain di acara-acara itu,” katanya.

    Sejak beberapa tahun terakhir, remaja-remaja di Singapura seakan terbawa tren ikut kegiatan ekstrakurikuler menari tradisional. Orangtua mereka banyak yang memaksakan hal itu.

    ”Ini kegiatan yang baik agar anak-anak kami terhindar dari narkoba, nongkrong-nongkrong tidak baik di mal, dan pacaran. Mereka bisa berteman dengan banyak kawan. Itu sangat penting bagi orang yang tinggal di kota megapolitan seperti Singapura,” kata Abu Hanifah (42), orangtua salah seorang anggota sanggar seni Telung Turangga yang ikut mendampingi anaknya belajar menari Banyumasan di Susukan.

    Asraf mengaku awalnya tak mengerti sama sekali mengenai tari Jawa. Orangtuanya lalu memintanya bergabung di Sanggar. ”Ternyata, saya suka sekali. Saya juga mendapat banyak teman di sini. Pokoknya sampai mati saya ingin tetap di sanggar ini,” kata remaja yang bercita-cita ingin menjadi perawat kesehatan itu.

    Berawal dari Facebook

    Kedatangan Telung Turangga ke Susukan berawal dari perkenalan Budiana dengan Yusmanto, pembina Pedepokan Seni Banyubiru, di jejaring dunia maya, Facebook. Dari perkenalan itu Budiana mengaku mendapatkan banyak referensi tentang seni budaya Banyumasan yang kaya tetapi belum terekspos luas seperti seni tari asal Jawa, Sunda, dan Bali.

    ”Ada 58 seni tradisional Banyumasan. Itu luar biasa. Kami pun ingin belajar,” ujarnya.

    Selama belajar di Karangjati, 16 remaja asal Singapura itu tinggal di sebuah rumah sederhana milik salah seorang kerabat Yusmanto. Meski mengaku kangen dengan keluarga mereka di Singapura, remaja-remaja itu tetap bersemangat berlatih dari pagi hingga malam hari.

    ”Di sini orangnya ramah-ramah. Keseniannya juga hebat-hebat. Kami bersyukur bisa belajar di sini,” kata Edora (14).

    Yusmanto mengaku tidak khawatir kegiatan belajar remaja-remaja Singapura akan seni tari Banyumasan di pedepokannya itu akan menjelma sebagai pencurian budaya khas Banyumasan seperti yang dilakukan Malaysia. ”Bagi saya, Singapura itu seperti pasar. Kalau mereka belajar di sini, berarti justru akan menjadi alat memperkenalkan budaya kita ke mancanegara,” tuturnya.

    Sayang, di tengah tingginya minat remaja-remaja asal negeri tetangga tersebut belajar seni tradisional Banyumasan, remaja-remaja di Desa Karangjati atau di Banjarnegara pada umumnya sebagai pewaris budaya justru sulit diajak melestarikan. Di Karangjati, Pedepokan Banyubiru hanya memiliki 30 anggota. Itu adalah wiyaga yang sudah senior dan anak-anak mereka.

    ”Sulit mengajak pemuda di sini ikut kegiatan seni seperti ini. Kalau ada remaja atau anak-anak yang bergabung dengan sanggar, paling-paling anak dari wiyaga. Kalau tak memiliki keturunan seni tak mau bergabung,” ucap Yusmanto.
    ==========​

    Remaja asal Singapura lebih peduli daripada remaja penduduk lokal.
    Pantas saja budaya Indo dengan mudah diambil Malaysia. :bolakbalik:
     
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. zagayo M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Nov 26, 2007
    Messages:
    846
    Trophy Points:
    206
    Ratings:
    +25,956 / -0
    setuju ni.. tar waktu uda diambil aja baru ribut2 deh mau didaftarin hak cipta blablabla.. harusnya dari dini tuh masih banyak sekali budaya2 indo yg luar biasa kaya n sangat menarik perhatian org luar ><
     
  4. yHoe M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jul 29, 2009
    Messages:
    727
    Trophy Points:
    141
    Ratings:
    +1,122 / -0
    sumpah.. ane baru denger yg namaNy Tari Banyumasan :swt:
    malu ni sbagai Orang Indo :keringat:
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.