“Pelajari Sejarahnya, Baru Ngomong"

Yosua Andri Ignatius Sagala : “Pelajari Sejarahnya, Baru Ngomong”



"Pertama mikirnya pasti keren kalau aku bisa buat gambar seperti itu. Waktu itu masih kelas 1 SMP.” Itulah sepenggal pengakuan Yosua tentang asal muasal dirinya terjun di dunia graffiti.

Seni memang sudah menjadi elemen penting yang melekat dalam diri Yosua sejak kecil, terutama seni lukis. Beranjak dewasa, pemuda kelahiran Bandung ini mantap memilih Graffiti sebagai passion dalam hidupnya. “Mudah-mudahan sampai mati jalan hidup aku disini,” ucap Yosua sungguh-sungguh.

Keberadaan graffiti di kota Medan sendiri masih terbilang jarang. Bahkan konotasi yang melekat padanya pun cenderung negatif. Graffiti sering diidentikkan sebagai tindak vandalisme yang mengatasnamakan seni.

Menurut Yosua hal itu lumrah terjadi oleh sebab minimnya pengetahuan masyarakat awam terhadap kegiatan graffiti. “Kami minta izin dengan pemilik dinding. Jadi bukan sembarang gambar,” tukas bomber (sebutan bagi seniman graffiti) dengan nama Zone ini.

Setiap bomber umumnya tergabung dalam crew (komunitas seniman graffiti). Zone sendiri tergabung dalam tiga crew, yaitu Funkflows Family (2006), Just For Adults (2009) dan yang terakhir, awal 2011 ia tergabung dalam Zone Smane.

Bersama komunitas ini, Yosua banyak melakukan kegiatan positif. Mereka aktif mengikuti berbagai kontes graffiti di Medan. Yosua sendiri individu pernah meraih Juara II kontes graffiti Yamaha dalam acara “Ulang Tahun Mio” (2008) yang diselenggarakan di Istana Maimun. Lalu Juara I dalam “Launching Honda Revo” bersama Funkflows Family di tahun yang sama. Dan Juara II dalam “Launching Mio Soul” di Lapangan Merdeka bersama Just For Adults.

Hasil karya mereka tidak berhenti di situ saja. Bersama Zone Smane, Yosua membuat desain grafis yang dituangkan dalam bentuk T-shirt dan tas yang kemudian dijual secara online dengan label ZS Urban Gears.

Ini merupakan salah satu upaya yang mereka lakukan untuk menghapus stereotipe negatif tentang graffiti. Dengan ide orisinil, koleksi T-shirt dan tas yang mereka hasilkan mencerminkan koleksi khasnya anak muda Medan.

Zone mengaku aktifitas ini tidak berorientasi komersil, tetapi lebih kepada wadah penyaluran ide. “Bukan profit yang kami kejar, tetapi untuk mengetengahkan graffiti di kota Medan,” ucap Yosua menekankan.

Kegiatan Yosua bersama teman-teman kiranya dapat menghapus stereotipe graffiti sebagai seni anak jalanan yang identik dengan vandalisme. Bahwa graffiti bukanlah perbuatan tak bertanggungjawab seniman jalanan yang asal corat coret dinding saja.

Besar harapan Yosua agar masyarakat kota Medan lebih arif dalam menilai kegiatan generasi mudanya. Satu kalimat yang sering diucapnya untuk menangkis sorotan negatif masyarakat terhadap graffiti : Pelajari Sejarahnya, Baru Ngomong.

###

 

Hai, IDWS Mania! Mohon bantuannya supaya IDWS berkembang dengan ikuti sosial media kami di:
Discord Forum IDWS - Facebook IDWS - Instagram IDWS - Twitter IDWS