1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Intermezo Mitos Larangan Pernikahan Suku Jawa-Sunda

Discussion in 'Wedding' started by lugly_ia, Feb 2, 2014.

  1. CarlJSmith M V U

    Offline

    DayRock

    Joined:
    Sep 28, 2012
    Messages:
    942
    Trophy Points:
    252
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +4,742 / -1
    mitos aja menurutku, ortu aku jawa-sunda akur dan harmonis :peluk:
    menurut pengalaman temen memang masi ada sih org tua yg ngelarang anaknya nikah sama org sunda :rokok:
     
    Last edited: Nov 16, 2014
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. xsilent Members

    Offline

    Joined:
    May 26, 2014
    Messages:
    5
    Trophy Points:
    2
    Ratings:
    +0 / -0
    untungnya calon ane jawa ama betawi gan, apa ada mitosnya ya?
     
  4. mlxjakarta Banned User

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 13, 2012
    Messages:
    644
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +12 / -1
    tapi sekarang banyak kok orang jawa nikah sama orang sunda.
    mitos untuk sebagian orang dapat mempercayainya dan tidak.. biasanya orang tua yang kolot masih percaya dengan mitos itu.
    kasian yah, buat yang dilarang..!!!
     
  5. aceraceracer Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 3, 2014
    Messages:
    43
    Trophy Points:
    22
    Ratings:
    +1 / -0
    Ibuku salah satu yang agak ga setuju dengan pernikahan Jawa-Sunda
    Tapi........ calon-ku (Aamiiin) sekarang orang sunda
    Ibuku ga komentar sih, atau belum yah? HAHA
    Eh jangan deng! Semoga ga keberatan huhuhu
     
  6. enjitarief Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Dec 9, 2009
    Messages:
    21
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +1 / -0
    mitos laah,,, banyak kok yang pasangan jawa sunda jaman sekarang. biasanya yang berpikiran ga boleh itu orang2 tua
     
  7. lbona Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 9, 2015
    Messages:
    10
    Trophy Points:
    1
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +0 / -0
    Sungguh kasihan yg pasangn jawasunda aplg klw kluargnya megang adat. Hmmm kalau batak gmn ga
     
  8. sherryll M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Nov 1, 2013
    Messages:
    225
    Trophy Points:
    52
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +122 / -0
    ini kejadian sama saya..hahaha..huhuhu...
    pernah dilamar (baru lamaran ke saya nya sih, belum ke ortu) sama temen deket..cowo sunda gtu...
    eh emak kagak ngijinin..secara saya nya orang jawa sana nya cowo sunda..alasan emak waktu itu bahwa cowo sunda itu cenderung "menguasai" artinya nanti ketika sudah menikah pelan2 mempengaruhi istrinya untuk mulai menjauh dari keluarga nya..dikit2 yg dipentingin keluarga si laki nya..sampe akhirnya nanti si cewek beneran jauh dari keluarga nya dan lebih prioritasin laki & keluarga nya...kata nya sih gtuuuu..saya nya mah kagak percaya aja..secara saya liat cowo saya anaknya baek2 aja...
    eh tapi ya karena ditentang mulu sama emak eh kok akhirnya beneran batal juga..ga jadi aja gtu..si cowo saya semacam mundur gtu..ada aja lah alesannya..
    yg bikin kesel, pas nglamar saya bilangnya pokoknya pilihannya mentok di saya..eeeehh abis bubaran kok si sononya dalam waktu seminggu udah nemu calon lain (yg ga jauh2 dari lingkup temen deketnya dia sendiri sih).....kan kampret gan...hahahahaha...

    duh jadi curcol masa lalu..haha..

    ya intinya sih kalo karakter / watak mah balik ke pribadi manusia nya sendiri2 sih ya...
    ada temen saya orang sunda, dapet istri orang jogja..dan sekarang udah punya anak 1, dan sekarang tinggalnya di Jogja bareng sama mertua nya (ortu si istri)..hehehe...


    PS : sekarang alhamdulillah saya nya udah dapet ganti calon yg baru..sama2 orang jawa..hehehe..

    ini kisahku..mana kisahmu? :p
     
  9. fatgingercat Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Mar 31, 2011
    Messages:
    126
    Trophy Points:
    117
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,040 / -0
    Masih banyak juga yg percaya... temen kantor gw gak jadi nikah juga gara2 ceweknya orang jawa
    Padahal kalo udah cocok kenapa harus gak boleh
     
  10. gorilacoklat Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Aug 25, 2009
    Messages:
    11
    Trophy Points:
    2
    Ratings:
    +1 / -0
    share dikit yaa
    sebenernya sih kalo ada masalah begini bisa diliat dari akar sejarahnya, contoh lah jogja-solo yang dulunya satu kerajaan trus pecah, alhasil sampai sekarang sepakbolanya aja musuhan banget heehe
    kalo jawa sunda ini akarnya sih karena perang bubat, perang yang terjadi pada tahun 1279 Saka atau 1357 M pada abad ke-14, yaitu di masa pemerintahan raja Majapahit Hayam Wuruk. Perang terjadi akibat perselisihan antara Mahapatih Gajah Mada dari Majapahit dengan Prabu Maharaja Linggabuana dari Kerajaan Sunda di Pesanggrahan Bubat, yang mengakibatkan tewasnya seluruh rombongan Sunda. gara2 masalah mau kawin nih si hayam wuruk

    nih kalo mau baca
    Rencana Pernikahan

    Peristiwa Perang Bubat diawali dari niat Prabu Hayam Wuruk yang ingin memperistri putri Dyah Pitaloka Citraresmi dari Negeri Sunda. Konon ketertarikan Hayam Wuruk terhadap putri tersebut karena beredarnya lukisan sang putri di Majapahit; yang dilukis secara diam-diam oleh seorang seniman pada masa itu, bernama Sungging Prabangkara.
    Menurut catatan sejarah Pajajaran oleh Saleh Danasasmita serta Naskah Perang Bubat oleh Yoseph Iskandar, niat pernikahan itu adalah untuk mempererat tali persaudaraan yang telah lama putus antara Majapahit dan Sunda. Raden Wijaya yang menjadi pendiri kerajaan Majapahit dianggap keturunan Sunda dari Dyah Lembu Tal dan suaminya yaitu Rakeyan Jayadarma, raja kerajaan Sunda. Hal ini juga tercatat dalam Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara parwa II sarga 3.Dalam Babad Tanah Jawi, Raden Wijaya disebut pula dengan nama Jaka Susuruh dari Pajajaran. Meskipun demikian, catatan sejarah Pajajaran tersebut dianggap lemah kebenarannya, terutama karena nama Dyah Lembu Tal adalah nama laki-laki.

    Alasan umum yang dapat diterima adalah Hayam Wuruk memang berniat memperistri Dyah Pitaloka dengan didorong alasan politik, yaitu untuk mengikat persekutuan dengan Negeri Sunda. Atas restu dari keluarga kerajaan Majapahit, Hayam Wuruk mengirimkan surat kehormatan kepada Maharaja Linggabuana untuk melamar Dyah Pitaloka. Upacara pernikahan rencananya akan dilangsungkan di Majapahit. Pihak dewan kerajaan Negeri Sunda sendiri sebenarnya keberatan, terutama Mangkubumi Hyang Bunisora Suradipati. Ini karena menurut adat yang berlaku di Nusantara pada saat itu, tidak lazim pihak pengantin perempuan datang kepada pihak pengantin lelaki. Selain itu ada dugaan bahwa hal tersebut adalah jebakan diplomatik Majapahit yang saat itu sedang melebarkan kekuasaannya, diantaranya dengan cara menguasai Kerajaan Dompu di Nusa Tenggara.
    Linggabuana memutuskan untuk tetap berangkat ke Majapahit, karena rasa persaudaraan yang sudah ada dari garis leluhur dua negara tersebut. Linggabuana berangkat bersama rombongan Sunda ke Majapahit dan diterima serta ditempatkan di Pesanggrahan Bubat.
    Kesalahpahaman:
    Raja Sunda datang ke Bubat beserta permaisuri dan putri Dyah Pitaloka dengan diiringi sedikit prajurit. Menurut Kidung Sundayana, timbul niat Mahapatih Gajah Mada untuk menguasai Kerajaan Sunda. Gajah Mada ingin memenuhi Sumpah Palapa yang dibuatnya pada masa sebelum Hayam Wuruk naik tahta, sebab dari berbagai kerajaan di Nusantara yang sudah ditaklukkan Majapahit, hanya kerajaan Sunda lah yang belum dikuasai.
    Dengan maksud tersebut, Gajah Mada membuat alasan oleh untuk menganggap bahwa kedatangan rombongan Sunda di Pesanggrahan Bubat adalah bentuk penyerahan diri Kerajaan Sunda kepada Majapahit. Gajah Mada mendesak Hayam Wuruk untuk menerima Dyah Pitaloka bukan sebagai pengantin, tetapi sebagai tanda takluk Negeri Sunda dan pengakuan superioritas Majapahit atas Sunda di Nusantara. Hayam Wuruk sendiri disebutkan bimbang atas permasalahan tersebut, mengingat Gajah Mada adalah Mahapatih yang diandalkan Majapahit pada saat itu.
    Gugurnya rombongan Sunda:
    Kemudian terjadi insiden perselisihan antara utusan Linggabuana dengan Gajah Mada. Perselisihan ini diakhiri dengan dimaki-makinya Gajah Mada oleh utusan Negeri Sunda yang terkejut bahwa kedatangan mereka hanya untuk memberikan tanda takluk dan mengakui superioritas Majapahit, bukan karena undangan sebelumnya. Namun Gajah Mada tetap dalam posisi semula.

    Belum lagi Hayam Wuruk memberikan putusannya, Gajah Mada sudah mengerahkan pasukannya (Bhayangkara) ke Pesanggrahan Bubat dan mengancam Linggabuana untuk mengakui superioritas Majapahit. Demi mempertahankan kehormatan sebagai ksatria Sunda, Linggabuana menolak tekanan itu. Terjadilah peperangan yang tidak seimbang antara Gajah Mada dengan pasukannya yang berjumlah besar, melawan Linggabuana dengan pasukan pengawal kerajaan (Balamati) yang berjumlah kecil serta para pejabat dan menteri kerajaan yang ikut dalam kunjungan itu. Peristiwa itu berakhir dengan gugurnya Linggabuana, para menteri, pejabat kerajaan beserta segenap keluarga kerajaan Sunda. Raja Sunda beserta segenap pejabat kerajaan Sunda dapat didatangkan di Majapahit dan binasa di lapangan Bubat.
    Tradisi menyebutkan sang Putri Dyah Pitaloka dengan hati berduka melakukan bela pati, bunuh diri untuk membela kehormatan bangsa dan negaranya. Tindakan ini mungkin diikuti oleh segenap perempuan-perempuan Sunda yang masih tersisa, baik bangsawan ataupun abdi. Menurut tata perilaku dan nilai-nilai kasta ksatriya, tindakan bunuh diri ritual dilakukan oleh para perempuan kasta tersebut jika kaum laki-lakinya telah gugur. Perbuatan itu diharapkan dapat membela harga diri sekaligus untuk melindungi kesucian mereka, yaitu menghadapi kemungkinan dipermalukan karena pemerkosaan, penganiayaan, atau diperbudak.Akibat
    Tradisi menyebutkan bahwa Hayam Wuruk meratapi kematian Dyah Pitaloka. Hayam Wuruk menyesalkan tindakan ini dan mengirimkan utusan (darmadyaksa) dari Bali - yang saat itu berada di Majapahit untuk menyaksikan pernikahan antara Hayam Wuruk dan Dyah Pitaloka - untuk menyampaikan permohonan maaf kepada Mangkubumi Hyang Bunisora Suradipati yang menjadi pejabat sementara raja Negeri Sunda, serta menyampaikan bahwa semua peristiwa ini akan dimuat dalam Kidung Sunda atau Kidung Sundayana (di Bali dikenal sebagai Geguritan Sunda) agar diambil hikmahnya. Raja Hayam Wuruk kemudian menikahi sepupunya sendiri, Paduka Sori.
    Akibat peristiwa Bubat ini, dikatakan dalam catatan tersebut bahwa hubungan Hayam Wuruk dengan Gajah Mada menjadi renggang. Gajah Mada sendiri menghadapi tentangan, kecurigaan, dan kecaman dari pihak pejabat dan bangsawan Majapahit, karena tindakannya dianggap ceroboh dan gegabah. Ia dianggap terlalu berani dan lancang dengan tidak mengindahkan keinginan dan perasaan sang Mahkota, Raja Hayam Wuruk sendiri. Peristiwa yang penuh kemalangan ini pun menandai mulai turunnya karier Gajah Mada, karena kemudian Hayam Wuruk menganugerahinya tanah perdikan di Madakaripura (kini Probolinggo). Meskipun tindakan ini nampak sebagai penganugerahan, tindakan ini dapat ditafsirkan sebagai anjuran halus agar Gajah Mada mulai mempertimbangkan untuk pensiun, karena tanah ini letaknya jauh dari ibu kota Majapahit sehingga Gajah Mada mulai mengundurkan diri dari politik kenegaraan istana Majapahit. Meskipun demikian, menurut Negarakertagama Gajah Mada masih disebutkan nama dan jabatannya, sehingga ditafsirkan Gajah Mada sendiri tetap menjabat Mahapatih sampai akhir hayatnya (1364).
    Tragedi ini merusak hubungan kenegaraan antar kedua negara dan terus berlangsung hingga bertahun-tahun kemudian, hubungan Sunda-Majapahit tidak pernah pulih seperti sedia kala. Pangeran Niskalawastu Kancana — adik Putri Pitaloka yang tetap tinggal di istana Kawali dan tidak ikut ke Majapahit mengiringi keluarganya karena saat itu masih terlalu kecil — menjadi satu-satunya keturunan Raja yang masih hidup dan kemudian akan naik takhta menjadi Prabu Niskalawastu Kancana. Kebijakannya antara lain memutuskan hubungan diplomatik dengan Majapahit dan menerapkan isolasi terbatas dalam hubungan kenegaraan antar kedua kerajaan. Akibat peristiwa ini pula, di kalangan kerabat Negeri Sunda diberlakukan peraturan larangan estri ti luaran, yang isinya diantaranya tidak boleh menikah dari luar lingkungan kerabat Sunda, atau sebagian lagi mengatakan tidak boleh menikah dengan pihak Majapahit. Peraturan ini kemudian ditafsirkan lebih luas sebagai larangan bagi orang Sunda untuk menikahi orang Jawa.

    Tindakan keberanian dan keperwiraan Raja Sunda dan putri Dyah Pitaloka untuk melakukan tindakan bela pati (berani mati) dihormati dan dimuliakan oleh rakyat Sunda dan dianggap sebagai teladan. Raja Lingga Buana dijuluki "Prabu Wangi" (bahasa Sunda: raja yang harum namanya) karena kepahlawanannya membela harga diri negaranya. Keturunannya, raja-raja Sunda kemudian dijuluki Siliwangi yang berasal dari kata Silih Wangi yang berarti pengganti, pewaris atau penerus Prabu Wangi.
    Beberapa reaksi tersebut mencerminkan kekecewaan dan kemarahan masyarakat Sunda kepada Majapahit, sebuah sentimen yang kemudian berkembang menjadi semacam rasa persaingan dan permusuhan antara suku Sunda dan Jawa yang dalam beberapa hal masih tersisa hingga kini. Antara lain, tidak seperti kota-kota lain di Indonesia, di kota Bandung, ibu kota Jawa Barat sekaligus pusat budaya Sunda, tidak ditemukan jalan bernama "Gajah Mada" atau "Majapahit". Meskipun Gajah Mada dianggap sebagai tokoh pahlawan nasional Indonesia, kebanyakan rakyat Sunda menganggapnya tidak pantas akibat tindakannya yang dianggap tidak terpuji dalam tragedi ini.

    Hal yang menarik antara lain, meskipun Bali sering kali dianggap sebagai pewaris kebudayaan Majapahit, masyarakat Bali sepertinya cenderung berpihak kepada kerajaan Sunda dalam hal ini, seperti terbukti dalam naskah Bali Kidung Sunda. Penghormatan dan kekaguman pihak Bali atas tindakan keluarga kerajaan Sunda yang dengan gagah berani menghadapi kematian, sangat mungkin karena kesesuaiannya dengan ajaran Hindu mengenai tata perilaku dan nilai-nilai kehormatan kasta ksatriya, bahwa kematian yang utama dan sempurna bagi seorang ksatriya adalah di ujung pedang di tengah medan laga. Nilai-nilai kepahlawanan dan keberanian ini mendapatkan sandingannya dalam kebudayaan Bali, yakni tradisi puputan, pertempuran hingga mati yang dilakukan kaum prianya, disusul ritual bunuh diri yang dilakukan kaum wanitanya. Mereka memilih mati mulia daripada menyerah, tetap hidup, tetapi menanggung malu, kehinaan dan kekalahan.
     
  11. OXYCANTHAA Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Mar 21, 2015
    Messages:
    189
    Trophy Points:
    17
    Ratings:
    +22 / -0
    Ketika mitos tak selamanya benar, walaupun memang terjadi di kehidupan nyata.
    Tapi jangan ditelan mentah-mentah kejadian seperti ini, harus ditelaah terlebih dahulu.
    Mungkin itu yang dinamakan takdir, hanya manusia itu sendiri yang bisa mengubahnya
    :yareyare:
     
  12. idheom Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 17, 2010
    Messages:
    10
    Trophy Points:
    1
    Ratings:
    +4 / -0
    Baru tau cerita nya. untuk masalah langgeng engga nya pernikahan kan tergantung invidu masing masing . :ogcihui:
     
    • Like Like x 1
  13. kyuuqueenara Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    May 22, 2015
    Messages:
    17
    Trophy Points:
    12
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +7 / -0
    Kakak ane nikah sama org sunda juga langgeng
    semua sih tergantung gimana pasangan yg ngejalaninya.
    dan untungnya emak ane sih bukan termasuk yg percaya mitos ini. yg penting agama dan akhlaqnya
     
  14. arisdwr Members

    Offline

    Joined:
    Oct 4, 2009
    Messages:
    4
    Trophy Points:
    1
    Ratings:
    +0 / -0
    ah namanya juga mitos, gua ama bini gua fine fine aja tuh
     
  15. crosvec M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Mar 31, 2009
    Messages:
    227
    Trophy Points:
    56
    Ratings:
    +13 / -0
    Pernah denger sih... Malahan katanya orang sunda abunya lebih tua... Who knows bener pa nggak? :ogbingung:
     
  16. kadalberambut Members

    Offline

    Joined:
    Jun 17, 2015
    Messages:
    2
    Trophy Points:
    1
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +0 / -1
    harusnya mah ga gitu, emangnya ada aturan gitu di kitab agama?
     
  17. puxpux Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Sep 29, 2014
    Messages:
    10
    Trophy Points:
    2
    Ratings:
    +0 / -0
    mitos ah,, pinter2 ngrayu camer aja haha
     
  18. kofu Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jun 7, 2009
    Messages:
    155
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +309 / -0
    karena yg cowok sudah terpesona dengan kecantikan mojang sunda..hehehe.. di sejarah di tuliskan daripada di perkosa, dianiaya dan lainya..Dyah Pitaloka melakukan Bela Pati ( bunuh diri ) untuk menjaga kehormatanya..jadi kaum perempuan lebih merasakan apa yg dirasakan Dyah Pitaloka..kira-kira mungkin begitu alasanya.
     
  19. renatasetiawan M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jul 11, 2011
    Messages:
    1,068
    Trophy Points:
    187
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,230 / -0
    ngenes kak tapi sekarang udah bahagia kan yah?
    :gadismaaf:
     
  20. cuangkibar M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Jun 9, 2015
    Messages:
    207
    Trophy Points:
    87
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +262 / -1
    Sejarahnya sih emang bener, dan sampai sekarang masih ada yg menyangkut pautkannya
    Aku dengernya sih untuk sekarang biasanya kalo pria nya yg jawa sih gpp. Tapi kalo pria nya asal sunda, ditakutkan jd suami yg gk berwibawa dan lemah di depan istri, karena biasanya watak jawa sedikit keras dan sunda yg ramah, karna itulah orang tua melarangnya.

    Mungkin beda lagi kalo menyangkut pangkat dan kasta
     
  21. parangara Members

    Offline

    Joined:
    Aug 15, 2015
    Messages:
    7
    Trophy Points:
    1
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +1 / -0
    aku lagi suka ama orang sunda soalnya
     

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.