1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

FanFic Merantau Universe : Hidden Project (Cont..)

Discussion in 'Fiction' started by arief71p, Aug 11, 2015.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. arief71p M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Jul 2, 2015
    Messages:
    391
    Trophy Points:
    66
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +264 / -38
    Sebuah cerita masih di merantau universe dimana Jakarta adalah sebuah sarang mafia, gangster, yakuza, triad, dan sejenisnya.
    Tidak ada waktu untuk bersantai, bahkan untuk Rama. Setelah menghancurkan keluarga kriminal Bangun dan kepala gangster Bejo, ia masih harus berhadapan dengan pengunjung yang hendak menggeser kekuasaan di kota Jakarta.
    Rama tidak boleh percaya kepada siapapun. Tidak ada istilah teman dalam dunia hitam. Yang ada hanyalah kekuasaan dan kepentingan.

    Di tengah sebuah ruangan yang cukup remang,seorang pria dengan tangan terikat ke atas menjadi sebuah bahan pukulan. Mulutnya ditutup dengan plester sehingga hanya rintihan yang bisa disuarakan. Orang yang memukulinya adalah Naga. Sementara Imron sedang berdiri di sudut ruangan. Rupanya Imron sedang melatih Naga beberapa teknik bertarung.

    Sungguh kasihan orang yang dijadikan bahan pukulan. Dari kepala hingga ujung kaki telah dilumuri dengan darah. Sebagian telah mengering, namun masih ada luka yang masih meneteskan darah. Napasnya terengah-engah sementara tatapan matanya sudah tidak lagi fokus.

    “Tendangan memutar, incar kepalanya,” intuksi Imron kepada Naga.

    Naga lalu melakukan gerakan yang diintruksikan. Sambil memutar, ia incar kepala pria itu dengan kaki kanan. Terkena cukup keras dilihat dari caranya terhempas. Orang itu hanya bisa mengerang dari balik plester di mulutnya.

    “Pegang bahunya, tendang dadanya pake lutut. Pegang kepalanya, hantam pake lutut,” begitulah seterusnya Imron memberi intruksi.

    Sementara itu di ruangan sebelah, Atama sedang berdiri di depan sebuah papan yang ditempeli banyak kertas. Ia menempel beberapa kertas berisi foto dan informasi beberapa orang. Ia kemudian pergi ke ruang sebelah dimana Naga dan Imron berada.

    Naga, sini,” Atama memanggilnya dengan bahasa Jepang. Naga pun menghentikan latihannya dan mengikuti Atama.

    Mereka kembali ke ruang dimana Atama berada sebelumnya.

    Kamu pelajari mereka, ingat muka-mukanya,” ucap atama sambil tangannya menunjuk ke arah papan. “Besok kita eksekusi. Kamu siap-siap.”

    Wakatta!” jawabnya singkat sambil mengangguk.

    Naga lalu menatap ke arah papan. Dilihatnya ada empat lembar kertas dengan wajah orang yang akan menjadi targetnya. Selagi membaca, ia berulangkali menghembuskan nafas ke arah rambut yang sedikit menutupi wajahnya. Rambutnya terbang naik turun di depan wajahnya.

    Esoknya.

    Sebuah pesta ulang tahun yang digelar oleh Goto di sebuah wisma. Para pejabat dan politisi yang mengenal Goto ikut diundang. Pesta sangat meriah dengan hiasan lampu kristal di tengah ruangan. Meja-meja yang tertata rapi dengan hidangan yang menggiurkan diatasnya.

    Satu persatu undangan datang yang disambut oleh Goto dan juga Keichi. Mereka saling bertukar perbincangan ringan sambil menikmati mekanan dan minuman yang dihidangkan. Terlihat para tamu undangan bercengkrama akrab dengan Goto. Para pria mengenakan kemeja dengan saputangan di saku kemeja sementara wanita mengenakan gaun dengan warna yang bervariasi.

    Seorang wanita memasuki ruangan. Tak lain dan tak bukan adalah Naga. Dengan mengubah model rambut dan make-up, ia terlihat berbeda. Tidak lagi terlihat seperti petarung jalanan melainkan kini ia seperti seorang wanita berkelas.

    Gaun merah yang dipakainya cukup memperlihatkan lekuk tubuhnya. Ditambah dengan bawahan gaun yang sedikit terbuka sehingga memperlihatkan kaki rampingnya. Tak heran banyak tamu pria yang meliriknya saat itu. Ia memegang sebuah tas di tangan kanannya dan sebuah jam terpasang di pergelangan tangan kirinya.

    Naga ikut membaur sangat baik dengan tamu-tamu yang lain. Ia mencicipi beberapa makanan dan minuman serta ikut bergerak dengan irama musik. Tapi ia tak melupakan alasan kehadirannya di pesta ini.

    Ia mendekati salah satu tamu yang merupakan seorang pengusaha bernama Roy. Baru-baru ini ia terkena kontroversi dengan salah seorang artis papan atas, tak perlu sebut nama. Naga berjabat tangan dan memperkenalkan dirinya.

    “Saya Mira dari majalah X. Ini kartu nama saya,” seraya menyerahkan selembar kartu namanya.“Maaf sebentar,” Naga kemudian memegang pundak Roy. Ia mengusap-usap pundaknya dengan tangan kanan. “Ada debu.”

    Roy mengangguk sambil berucap,”terima kasih.”

    “Boleh saya mengajukan wawancara? Saya ingin lebih tahu banyak tentang Anda dan usaha Anda.”

    “Boleh! Setelah pesta ini, kita bisa ke suatu tempat.”

    “Saya sudah memesan tempat. Kita bisa kesana bersama.”

    “Oke.”

    Begitulah Naga bercengkrama dengan para tamu. Dia pandai dalam berbincang dan bercengkerama dengan orang lain. Tapi hanya saat bertugas, di luar itu dia bisa menjadi orang yang sangat berbeda.

    Selesai dengan satu orang, ia lalu melanjutkan pendekatannya dengan 3 orang lain. Pastinya dengan cara yang sama. Waktunya sangat ketat. Ia harus secepat mungkin menandai target-targetnya.

    Sementara di luar wisma, Rama dan Taki tiba dengan mobil di depan wisma lokasi pesta perayaan ulang tahun Goto. Selain mereka berdua ada Wawan dan Darto yang mengantar mereka. Mereka berdua turun dari mobil.

    “Wawan, Darto. Kalian standby di luar tapi jangan terlalu dekat. Kalau ada yang mencurigakan, segera beritahu saya. Jangan ambil tindakan sendiri.”

    “Baik pak.” Mereka berdua lalu pergi dan memarkirkan mobil di sudut jalan. Dengan bermodalkan binocular, mereka mengawasi sekitar lokasi tersebut dengan teliti.

    “Kamu yakin cuma kita berdua? Butuh lebih banyak orang untuk melindungi mereka,” tanya Taki.

    “Saya tidak ditugaskan bukan untuk melindungi (Goto) tapi menangkap (teroris),” balas Rama.

    Rama dan Taki masuk ke dalam wisma yang sudah ramai dengan para undangan. Rama menatap ke arah Keichi dan Goto yang sedang beramah-tamah dengan tamu. Sementara itu Taki melihat ke arah lain. Tampaknya Taki melihat seseorang yang membuatnya penasaran.

    Mereka lalu pergi ke sebuah meja yang diatasnya terdapat hidangan. Rama mengambil segelas minuman dan membawanya ke sudut ruangan. Sementara itu seorang MC mulai naik ke mimbar untuk memulai acara.

    “Para hadirin undangan yang saya hormati. Selamat datang ke pesta ulang tahun pak Goto yang ke 60. Mari kita beri tepuk tangan,”semua tamu bertepuk tangan, ada juga yang bersorak.

    “Rama, sepertinya ada yang tidak beres,” keluh Taki kepada Rama.

    “Maksud kamu?” tanya Rama dengan heran.

    Tiba-tiba listrik padam. Lampu di seluruh ruangan mati bahkan di luar wisma. Tamu-tamu terkejut dengan datangnya kegelapan yang tiba-tiba. Sebagian ada yang takut, panik, bertanya-tanya. Seketika ruangan menjadi sangat berisik. Di tengah kebisingan tersebut, terdengar seseorang berbicara dengan menggunakan pengeras suara portable (toa).

    “A,a, tes, tes. Mohon maaf para hadirin, ada sedikit kesalahan teknis. Harap tenang, jangan ada yang panik. Di Jakarta biasa terjadi pemadaman listrik. Mohon tunggu sebentar,” dengan profesional MC tersebut mengambil alih situasi. Para tamu undangan mulai tenang dan suara bising perlahan mulai lenyap.

    “Rama, dengar!” intruksi Taki sambil menepuk bahu Rama. Terdengar suara ‘bzziiuu’ dari suatu tempat di ruangan tertutup dengan suara bising tamu undangan.

    Sementara MC mengendalikan tamu, beberapa orang anak buah Goto pergi ke ruang instalasi. Dengan bermodalkan senter, mereka mencari kotak pengendali listrik gedung. Setelah dilihat, ternyata tuas utama yang mengendalikan lairan listrik berada pada posisi off. Segera mereka kembalikan ke posisi semula dengan menariknya ke posisi on.

    Tak berapa lama, lampu kembali menyala dan menerangi seluruh ruangan. Namun suasanya di ruangan itu tidak kembali meriah seperti sebelumnya. Sebab mereka tercengang ketika melihat ada 4 orang tergeletak di lantai bersimbah darah.

    Wanita pertama yang melihat mayat tersebut mulai berteriak histeris dan menyulut teriakan dari wanita lain. Ada beberapa wanita yang pingsan, terutama yang sudah berumur. Para penjaga berdatangan dari luar dan mengamankan lokasi kejadian.

    Taki sempat melihat ada orang yang kabur dari ruangan itu saat penjaga di luar memasuki ruangan. Ia meminta Rama untuk mengejar orang itu sementara ia memeriksa para korban.

    “Rama, tadi saya lihat ada yang kabur. Saya urus yang ada disini.”

    Rama yang percaya dengan Taki segera pergi keluar gedung. Ia terlebih dahulu menghubungi anak buahnya di luar sebab mereka mungkin melihat orang yang dilihat Taki.

    “Darto, ada orang yang keluar dari gedung?”

    “Ada pak. Dia pergi ke arah yang berlawanan dari kami.”

    “Oke, kamu tetap standby dan panggil bantuan. Tunggu intruksi saya selanjutnya,” Rama segera berlari ke arah yang diberitahu Darto. Tampaknya ia melihat bayangan seseorang.

    Ia mengikuti bayangan orang yang sedang berlari berbelok ke arah gang. Sesampainya di mulut gang, ia melihat seorang sedang bersandar ke dinding sambil membelakanginya. Setelah didekati, ternyata seorang wanita. Mungkin dia salah satu tamu undangan Goto yang panik dengan kejadian tadi.

    Rama mendekatinya,”mba, ngga apa-apa? Saya pertugas polisi, jangan takut.”

    “Sa…saya…takut. Tiba-tiba ada orang tewas di samping saya,” ucapnya dengan suara yang sedikit bergetar.

    “Iya, mba tenang. Jangan pergi kemana-mana, di sekitar sini masih bahaya,” kata Rama untuk menenangkan wanita itu.

    Wanita itu hanya mengangguk dan duduk sambil bersandar di dinding. Ekspresinya menunjukkan ketakutan akibat peristiwa tadi. Rama hanya dapat terdiam di sebelahnya.

    Tak berapa lama, dari ujung jalan terlihat Taki celingukan mencari-cari Rama. Ia melihat Rama berada di dalam gang. Segera ia mendatangi Rama dan mulai memanggilnya dari kejauhan.

    “Rama. Ngga ada tanda-tanda?”

    Rama menggelengkan kepala, ”nggak.”

    Selagi masih mendekat, Taki melihat sepasang kaki wanita dari balik tubuh Rama. Matanya terus menelusuri bentuk asli pemilik kaki tersebut. Taki sempat melihat wajah wanita itu begitupun wanita tersebut sempat menoleh ke arah Taki. Mata keduanya saling bertemu, namun tak lama sebab wanita tersebut segera beranjak dari duduknya.

    Wanita itu tiba-tiba berlari menjauhi Taki dan Rama. Sementara mereka sempat melihatnya kabur setelah itu mereka berdua saling menatap.

    “Kejar!” intruksi Taki langsung membuat mereka mulai mengejarnya. Taki yang mulai berlari pertama kini berada di depan Rama.

    Lorong gang tersebut cukup gelap, hanya terdapat sebuah lampu di tiap 10 meter jalan. Diantara gelap-terangnya lorong, mereka berdua melihat wanita itu berlari sangat cepat. Ketika sampai di pertigaan lorong, wanita itu berbelok ke arah kiri.

    Mereka tiba di pertigaan. Taki berhasil berbelok ke kiri, namun Rama sempat terjatuh ke belakang. Seseorang dari lorong sebelah kanan menyerangnya ketika ia tiba di pertigaan. Ia terkena tendangan di bagian dadanya.

    “Ouh,” Rama mengeluarkan suara yang membuat Taki berhenti berlari. Taki berbalik dan melihat seorang pria yang menggunakan headband di kepalanya.

    “Rama,” Taki memanggil Rama, takut terjadi sesuatu dengannya.

    “Kejar dia, saya biar hadapi yang ini,” setelah mendengan intruksi Rama, Taki kemudian kembali mengejar wanita itu. Jaraknya kini lumayan jauh dengan wanita itu dibanding sebelumnya.

    Taki yang terus berlari sampai di ujung lorong bertemu dengan area terbuka yang cukup luas. Taki berjalan mengendap-endap memasuki area tersebut. Dilihatnya wanita yang dikejarnya hampir selesai mengganti pakaiannya. Dibanding dengan pakaiannya yang tadi, ia kini hanya menggunakan celana panjang dengan gaunnya masih terpasang. Ia tengah mengikat tali sepatunya sementara Taki dari belakang menodongkan pistolnya.

    Taki mengokang pistolnya. Ia yakin betul orang yang di depannya adalah Naga, salah satu komplotan teroris Tokagi. Naga sadar dengan suara kokangan pistolnya namun ia tetap lanjut menyelesaikan ikatan sepatunya.

    Lama sekali,” ucapnya dengan bahasa Jepang masih dalam posisi satu kaki bersimpuh.

    Taki tidak menjawab sepatah kata pun. Sementara itu Naga selesai mengikat tali sepatunya dan mulai berdiri. Tangannya mulai diangkat meski Taki tidak menyuruhnya mengangkat tangan. Setelah itu ia berbalik.

    Udah lama ngga ketemu,” ucap Naga sambil tersenyum.

    Iya, udah lama banget,” balas Taki, pistolnya tetap mengarah ke Naga namun ia tampaknya tidak takut.

    Naga mengarahkan mata dan pandangannya ke belakang Taki. Tangan kanannya memberikan isyarat kepada seseorang di belakang Taki.

    Taki sadar dengan apa yang dilakukan Naga. Tampaknya ada orang yang berada di belakangnya. Taki spontan menoleh ke belakang sementara tangan kanannya masih menodong Naga.

    Oh, betapa terkejutnya Taki setelah melihat ke belakang. Ia tidak melihat siapa pun. Saat itu pula ia sadar bahwa ia ditipu oleh Naga.

    Naga yang sadar dengan kesempatan itu segera memutar tubuhnya ke kanan. Ia mengayunkan kaki kanannya ke arah pistol yang dipegang Taki. Sebuah tendangan memutar membuat pistolnya terlempar cukup jauh.

    Taki yang tak bersenjata kini harus melawan Naga dengan tangan kosong, mengingatkannya dengan kejadian setahun yang lalu.

    Sementara itu Rama beradu pukulan dengan Imron. Pertarungan mereka cukup seimbang sebelum terdengar tembakan pistol dari belakang Rama. Sekelompok polisi datang dan memberi tembakan peringatan. Perhatian Rama terganggu dengan tembakan tersebut. Ia sempat menoleh ke belakang yang membuat pertahanannya terbuka. Hal ini dimanfaatkan oleh Imron untuk memberikan pukulan telak kepada Rama yang membuatnya jatuh tersungkur. Kesempatan ini diambil Imron untuk kabur menghindari kejaran polisi.

    Seorang polisi memeriksa keadaan Rama yang masih terbaring kesakitan. Sementara dua orang lain mengejar Imron.

    “Pak, anda tidak apa-apa?” tanya salah seorang polisi.

    “Nggak apa-apa, kita kejar dia.” Rama kembali berdiri dan ikut mengejar Imron. Sembari berlari, ia menghubungi Darto. “To, cegat di ujung gang,” intruksinya singkat. Setelah itu kemudian Taki ikut mengejar Imron.

    Imron tengah berlari ke arah dimana Naga berada. Ia muncul dari ujung lorong sementara Naga sedang mengunci kepala Taki yang tengah merayap di lantai.

    “Naga, polisi,” Imron mengintruksikan Naga untuk meninggalkan tempat ini.

    Naga segera melepaskan kunciannya dan ikut berlari mengikuti Imron. Mereka berlari sampai ke ujung lorong yang berbatasan dengan jalan utama.

    Sialnya, di jalan utama sudah berkerumun sekelompok polisi yang menodongkan senjatanya ke arah mereka. Imron dan Naga tak dapat berkutik dengan bayaknya mulut pistol mengarah ke kepalanya. Mereka hanya dapat pasrah ditangkap oleh para polisi.

    Taki dan Rama juga muncul dari lorong tersebut bersama tiga orang polisi.

    “Kerja bagus Taki. Kita berhasil menangkap mereka. Kamu ngga apa-apa,” ucapnya sambil terengah-engah.

    “Ngga apa-apa. Peace.”
     
    • Like Like x 1
    • Dislike Dislike x 1
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. kirih Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 6, 2010
    Messages:
    93
    Trophy Points:
    62
    Ratings:
    +39 / -0
    Chapter 1nya mana????? Hayo...
     
  4. arief71p M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Jul 2, 2015
    Messages:
    391
    Trophy Points:
    66
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +264 / -38
    Coba cari di thread The Raid 3
     
    • Thanks Thanks x 1
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.