1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

OriFic L-AI

Discussion in 'Fiction' started by temtembubu, Apr 14, 2013.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. temtembubu M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2010
    Messages:
    598
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +1,934 / -3
    :peace: akhirnya berani post juga tulisan saya. Novel ini rencananya mau dibuat 1 buku ajah :lol: karena science, ga kuat klo nulisnya panjang2

    Title: L-AI (Liquid Artificial Intelligent)
    Genre: Misteri, Sci-Fic (jombi :ngacir:)

    Index
    Prolog
    Bab 1 - Anna
    Bab 2 - Kennedy: Part 1 | Part 2 | Part 3 | part 4
    Bab 3 - Anna: Part 1 | Part 2
    Bab 4 - Kennedy: Part 1 | Part 2
    Bab 5 - Anna: Part 1 | Part 2
    Bab 6 - Kennedy: Part 1 | Part 2
    Bab 7 - Anna: Part 1 | Part 2
    Bab 8 - Antony
    Bab 9 - Kennedy

    Jemariku bergetar, melayang tepat di atas tombol merah. Hanya dengan menekan tombol ini maka aku akan terpisah dengannya. Aku tidak mau itu! Aku ingin terus bersamanya! Kulihat tubuhnya yang terbaring di atas tempat tidur laboratorium. Mata ini, tidak sanggup lagi untuk menahan genangan air mata. Titik-titik air mata mulai membelai pipiku, aku sudah tidak peduli tentang itu lagi.

    Ed, hanya dengan mengucapkan namanya saja sudah dapat membuatku tersenyum, meskipun itu senyum kesedihan. Ini kesalahanku, tidak semestinya aku memaksakan semuanya. Kita sebenarnya sudah harus berpisah empat tahun yang lalu.

    Ini hukumanku karena melawan Tuhan. “Selamat tinggal, Ed,” bibirku berucap tanpa suara. Dengan mengerahkan segala keberanian, kutekan tombol yang terasa begitu keras. Tubuh mungil itu mengejang. Aku mengalihkan pandangan darinya dan mengerang di tengah isakan penyesalan.

    Bab 1 - Anna
    Kusibakkan gorden yang menutupi jendela, cahaya mentari pun langsung memasuki kamar. Terdengar suara erangan lelaki di belakangku, menandakan bahwa tindakanku telah membuat Ken terbangun dari tidurnya. Bagus, itulah yang kuharapkan!

    “Tidak bisakah kau memberikan waktu tambahan untukku?” ia memohon sambil semakin menenggelamkan kepalanya dalam selimut.

    Aku langsung menghampirinya dan menyibakkan selimut yang menjadi pelindungnya dari sinar matahari. “Sudah pukul 7 lewat, kau mau tidur sampai jam berapa?”

    Ia memandangku dengan matanya yang memelas kemudian memasang segaris senyum menggoda. Malang baginya, dalam situasi seperti ini senyum itu tidak akan dapat meluluhkan hatiku. Kuambil bantal yang habis kugunakan semalam, dan kulempar pada wajahnya.

    “Kemarin kau mengatakan bahwa hari ini kau ada rapat pagi dengan Pak Ryan, kan?” kataku setelah puas melihat hasil lemparanku.

    “Ah iya,” jawabnya sambil mengerang. “Kau galak seperti Ed.”

    Aku langsung melangkah meninggalkan kamar, tidak mempedulikan keluhannya. Hampir setiap pagi aku mendengar ia mengucapkan kalimat itu. Mungkin kalimat itu adalah ungkapan rasa cintanya padaku. Ia tidak pernah sekali pun mengatakan ‘Aku mencintaimu’ atau yang sejenis itu, semuanya hanya ia ungkapkan dalam bentuk tindakan-tindakan yang terkadang terlihat konyol bagiku.

    Kenedy Sanjaya, itulah nama suamiku. Ia seorang ahli neurology, saat ini ia bekerja sebagai peneliti di lembaga rahasia PPTM (Pusat Perkembangan Teknologi Militer). Lembaga ini belum lama berdiri dan keberadaannya pun di rahasiakan. Hanya orang-orang terpilih dari hasil pantauan para mata-mata di setiap lembaga pendidikan yang dapat menjadi anggota PPTM. Dengan kata lain, Ken memang orang yang spesial, ia telah termasuk dalam jajaran para orang jenius di Indonesia meskipun dalam kehidupan sehari-hari ia terlihat biasa saja.

    Mungkin akan banyak yang bertanya, bagaimana bisa aku yang seorang programmer ini bertemu dengan ahli neurologi sepertinya. Aku mengenalnya pertama kali pada saat sedang menghadiri seminar tentang robotika. Saat itu aku mengatakan bahwa suatu saat otak manusia dapat digantikan dengan AI (Artificial Intelligent) atau dengan kata lain kecerdasan buatan.

    Ia yang duduk di sebelahku langsung membantah argumen itu. Ia mengatakan bahwa tidak ada script atau aplikasi jenis apapun yang mampu untuk menggantikan otak manusia, karena fungsi otak bukanlah hanya semata-mata untuk berpikir. Perdebatan kami pun akhirnya terus berlangsung dengan begitu sengit. Bahkan sampai pada seminar itu selesai, kami masih sering berdebat dengan mengirimkan email yang memuat artikel-artikel untuk memperkuat argumen masing-masing. Akhirnya hal yang menyatukan kami pun tiba setahun kemudian setelah pertemuan pertama kami, Ed meninggalkanku untuk pertama kalinya.

    Aku mengikat rambut hitamku yang panjang kemudian duduk pada kursi di ruang makan, menunggu si pemalas sambil membaca koran yang telah diambilkan Ed dan ditaruhnya pada meja makan.

    “An,” Ken memanggil. Kuangkat wajahku dan mendapati ia telah rapih dengan rambut hitamnya yang tersisir dan setelan pakaian kerjanya, sedang menghampiriku.

    “Mungkin hari ini aku akan pulang lebih malam dari biasanya,” ia berkata sambil mengambil tempat duduk di seberangku. “Atau mungkin besok aku baru pulang.” Aku diam, tidak berkata apa-apa, meskipun begitu ia tahu bahwa aku menuntut penjelasan lebih.

    “Pak Ryan mengatakan ingin mencoba LAI hari ini. Ia terlihat begitu antusias kemarin.”

    “Oh,” aku menanggapi dengan malas.

    LAI (Liquid Artificial Intelligent) adalah script AI yang ditampung dalam cairan protein dan dibuat sedemikian rupa hingga cara kerjanya merupai otak makhluk hidup. Benda itu adalah karya yang akhirnya menyatukan kesalah pahaman ku dengan Ken. Sebenarnya teknologi ini sudah pernah dicoba dan berhasil, meskipun begitu kami merahasiakan eksperimen dan hasilnya dari orang lain.

    LAI yang kami berikan pada lembaga PPTM adalah LAI versi 2, berbeda dari yang pernah kami uji cobakan, kami menyebutnya AERIOS. Banyak fiture atau logic script yang telah kami hilangkan dari LAI versi pertama yang telah terbukti berhasil, jadi kami pun tidak tahu dengan pasti apakah AERIOS akan benar-benar berhasil atau tidak.

    “Bila pukul 11 malam aku belum juga kembali maka kau boleh mengunci semua pintu,” lanjutnya lagi.

    “Tak perlu menunggu pukul 11,” jawabku. “Bila pukul 8 kau tidak pulang aku langsung menguncinya. Kau tahu aku tidak suka keluar untuk mengunci pintu pagar bila sudah tengah malam, kan?”

    Ken langsung tersenyum geli. Ya, ia pasti tahu bahwa aku tidak menyukai kegelapan. Ditambah lagi, halaman rumah kami dipenuhi dengan berbagai tanaman dan pohon-pohon besar, membuat pemandangan malam hari akan terlihat sangat menakutkan.

    “Aku pergi dulu,” Ken beranjak dari tempat duduk setelah menghabiskan sarapannya. Aku pun mengikutinya dan mengantarnya hingga pintu keluar. Aku berhenti di ambang pintu untuk melepas keberangkatannya.

    Ia tersenyum padaku kemudian membalikkan badan dan berjalan meninggalkanku. Ia menghentikan langkah ketika Ed menyalak sambil menghampirinya. Ken membungkukkan badannya untuk meraih kepala Golden Terrier itu. “Jaga An baik-baik ya, Ed.”

    :maaf: mohon kritik dan sarannya
     
    • Like Like x 2
    Last edited: Dec 13, 2014
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. Fairyfly MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 9, 2011
    Messages:
    6,818
    Trophy Points:
    272
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2,475 / -133
    berhubung request agan bubu maka ane ga akan ngasi cabe :peace:

    hmm, ane masi belum bisa nebak jalan ceritanya. keknya menjanjikan, tapi ane masih mau liat kelanjutannya.

    dari segi penulisan ane gak meragukan deh. agan bubu udah sesuai kriteria :top:

    cuma di gaya bahasanya aja yang terkesan kaku, jadi untuk beberapa scene keknya kurang dapet feelnya. scene pertama saat An bangunin Kennedy, n penjelasan LAI dan AERIOS masi belum terlalu tergambar gan.

    ga ada cabe sesuai janji ane :ngacir:
     
  4. LuciferScream Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jan 15, 2011
    Messages:
    137
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +864 / -0
    sasuga temtembubu *ikut2 ngomong sasuga*

    kayanya seru nih, cuma masa baru dipost 1, pelit neh :p
    ayo lanjutannya ditunggu!
     
  5. temtembubu M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2010
    Messages:
    598
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +1,934 / -3
    :makasih-g: arigatou atas review dan komeng nya. :XD: kasi cabe jg gpp kok benernya asal jgn yang pedes (lebih prefer ga pake cabe sih benernya)

    untuk penulisan mengenai feel yang kurang dapet, saya juga bingung untuk itu :lol: mungkin karena gaya dan level penulisan saya lebih ke arah menyampaikan informasi daripada menyampaikan feeling. but it still nice comment and review, thx alot :top: saya akan berusaha supaya bisa memberikan feel juga pada pembaca.

    penjelasan LAI dan AERIOS untuk bab ini memang baru secara garis besarnya saja. kalau belum2 uda dijelasin terlalu detail mala bisa2 pada bingung. tapi di chapter2 berikutnya akan ada penjelasan lebih lanjut kok mengenai aplikasi itu (klo ada yang masih kurang jelas juga tanyakan saja kurang jelasnya dmn :top: untuk review saya jg soalnya).

    :makasih-g: thx untuk komennya, bab 2 nya akan menyusul (lagi direvisi terus biar ga dilemparin cabe banyak2 :lol:)
     
    Last edited: Apr 15, 2013
  6. Melonn M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Oct 17, 2011
    Messages:
    510
    Trophy Points:
    37
    Ratings:
    +437 / -0
    wuih, sci-fi...
    biasanya sih ane kagak baca beginian. tapi begitu ada "jombi", buka spoiler deh. :ninja:

    kalo baca dari bab 1 aja sih, ane nebak kelanjutannya mungkin bakal ke proses LAI itu kali ya?
    toh di chapter 1 baru dijelasin definisinya doang. dan kalo ngeliat gaya nulis agan, gak aneh kalo ntar ada penjelasan rinci soal apa-gimana-terus soal LAI nya :ninja:

    ane baca cerita chapter 1 masih nangkep sih. semoga aja kelanjutannya otak ane masih nyampe juga, ya. biar baca terus

    okeh~ semangat gan! :haha:
     
  7. temtembubu M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2010
    Messages:
    598
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +1,934 / -3
    :matabelo: arigatou atas komentarnya

    :XD: ternyata kata "jombi" itu cukup menjual ya (spesial thanks to frick-senpai :matabelo)

    :hoho: yah kurang lebih kelanjutannya memang seperti itu
    :XD: klo misalkan ada hal2 yang kurang dipahami langsung ditanyakan saja, saya juga takut salah dalam menyampaikan maksudnya soalnya
     
  8. serafim M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Aug 9, 2012
    Messages:
    1,244
    Trophy Points:
    127
    Ratings:
    +874 / -1
    bab 2 segera diposting dong
    penasaran nih :nongol:
     
  9. temtembubu M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2010
    Messages:
    598
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +1,934 / -3
    Update Chapter 2

    catatan tambahan: dalam penulisan L-AI saya menggunakan dua POV, yaitu POV1 dan POV3
    POV1 saya gunakan ketika scene mengarah pada Anna, sedangkan POV3 saya gunakan saat scene nya mengarah pada Kennedy

    :maaf: mohon komentar, kritik, dan sarannya. bila ada yang membingungkan tanyakan saja :peace: karena bisa untuk menjadi review bersama dalam menyampaikan sesuatu

    Bab 2 - Kennedy
    “Tunggu! Apa maksud semua ini?” bentak Ken, ia menggebrak meja sambil sontak berdiri, membuat kursi di belakangnya terlempar. Semua yang hadir dalam ruang rapat tersentak karena reaksi Ken yang begitu tiba-tiba.

    Dari balik kacamatanya, Profesor Ryan melirik pada Ken. “Tenanglah, kami belum selesai menyampaikan semuanya.”

    Profesor Ryan adalah kepala laboratorium di lembaga PPMT. Tubuhnya pendek dan gempal, rambut dan kulitnya berwarna putih mendekati albino. Karena usianya yang sudah hampir 60 tahun, bercak-bercak penuaan sudah mulai tampak pada permukaan kulitnya.

    “Aku rasa pembicaraan ini sudah tidak perlu dilanjutkan,” Ken menggeram, matanya menatap tajam pada profesor itu. “Sejak awal kita sudah sepakat bahwa LAI tidak akan diuji cobakan pada manusia, terlebih lagi pada manusia yang masih bernyawa.”

    “Tetapi kita telah mendapatkan seorang relawan. Seperti yang kau tahu mencari relawan manusia hidup begitu sulit.”

    Ken membelalakan matanya, kemarahan pada wajahnya terlihat semakin memuncak. “Maksudmu bermain-main dengan nyawa manusia adalah hal wajar bila orang itu bersedia? Aku yakin bahkan relawan itu tidak mengerti apa yang akan diujikan pada tubuhnya.”

    Telunjuk Ken mengarah pada Profesor Ryan, “Dengar dan camkan baik-baik dalam kepalamu! LAI merupakan aplikasi parasit yang bekerja dalam tubuh makhluk hidup, cara kerjanya adalah dengan mengambil alih pusat saraf makhluk hidup. Dengan kata lain, otak dan sumsum tulang belakang orang itu akan dibajak oleh LAI. Kemudian tubuh makhluk itu akan bergerak dan melakukan aktifitas sesuai dengan yang diinstruksikan oleh LAI.”

    Profesor itu mengangguk, “Itu teori yang kau kemukakan dalam presentasimu kemarin. Tetapi menurutku teori itu hanya berlaku untuk makhluk yang sudah mati. Tidak ada rangsangan atau aktifitas yang bekerja pada pusat saraf dari makhluk yang telah mati, tentu saja LAI akan mudah membajaknya dan tinggal mengolah ingatan yang masih tersisa dalam otak.

    “Tetapi pada makhluk yang masih hidup, pusat saraf akan terus bekerja, mungkin saja relawan itu bisa memahami aplikasi yang tertanam pada dirinya, karena cara kerja LAI dalam mengolah ingatan hampir sama dengan cara kerja otak.”

    Profesor Ryan sedikit mencondongkan tubuhnya, semakin rapat pada meja. “Bayangkan bila ia bisa mengontrol LAI, ia akan memiliki dua kecerdasan. Manusia jenius dengan dua pemikiran akan tercipta. Mungkin bukan hanya dua, bila yang satu ini berhasil kita bisa menanamkan lagi beberapa LAI pada satu orang.”

    “Gila!” urat-urat terlihat pada dahi Ken karena amarahnya. “Orang itu mungkin akan mendengarkan bisikan-bisikan dari LAI. Bukan tidak mungkin ia akan mengalami gangguan jiwa.”

    “Ia hanya butuh waktu untuk terbiasa, selama itu kita akan terus mengawasi dan bila perlu kita sediakan psikiater untuk membantunya.”

    “Otak manusia memiliki batas-“

    “Dan kita tidak tahu sampai mana batas itu bila tidak dicoba,” Profesor Ryan langsung memotong kalimat Ken.

    “Mencoba juga bisa dilakukan pada makhluk yang telah mati.”

    Keheningan sesaat mengisi ruang rapat, kedua orang itu saling bertatapan seperti kucing yang sedang bertengkar. “Kennedy, kuharap kau bersedia untuk bekerja sama,” kata Profesor Ryan, berusahan untuk melakukan negosisasi dengan rekannya. “Keputusan ini juga bukan hanya disetujui olehku, tetapi pihak militer pun telah menyetujuinya. Bahkan Letjen Steven menginginkan uji coba itu dilaksanakan hari ini juga, tepat pukul 3 sore. Ia juga ingin menyaksikannya.”

    Ken mendesah, berusaha untuk menangkan dirinya, “Aku berhenti.” Semua yang hadir dalam ruang rapat serentak terkejut.

    “Pak Kennedy, mohon anda sedikit tenang dan jangan terburu-buru mengambil keputusan,” kata seorang wanita berambut pendek yang duduk di sebelah Profesor Ryan, Silvia. “Peran anda dalam proyek ini sangat besar, kami akan mengalami kesulitan bila anda berhenti.”

    “Itu tujuanku. Supaya proyek ini tidak akan dilanjutkan lagi. Tujuanku memperkenalkan LAI adalah untuk memperkecil korban dalam perang. Kita bisa memanfaatkan hewan-hewan yang sudah mati sebagai ganti manusia, sejak awal LAI tidak diciptakan untuk manusia.”

    “Proyek itu akan tetap dijalankan!” Profesor Ryan mengumumkan dengan tegas. Ken membelalakkan matanya, ia tidak menyangka bahwa atasannya akan senekat itu. “Meskipun sulit tanpamu, tetapi kesepakatan yang telah dibuat dengan pihak militer akan tetap kupertahankan.”

    Kedua lelaki itu kembali saling bertatapan, pandangan mata si lelaki tua memancarkan rasa kemenangannya. “Bila kau mundur sekarang maka kau tidak akan dapat mengawasi relawan itu. Mungkin saja hal terburuk bisa terjadi padanya, dan kau sebagai salah seorang yang seharusnya paling dapat membantu tidak ada di tempat ketika dibutuhkan.”

    Ken mengepalkan tangannya, berusaha untuk menahan emosi. Ingin sekali ia mendaratkan kepalan tangan itu pada wajah Profesor Ryan. “Licik!” Ken menggeram. “Kau menjadikan relawan itu sebagai sandera.”

    Senyum kemenangan timbul pada wajah si profesor. Telepon di depannya berdering, Profesor Ryan pun mengangkatnya, “Oh baik, aku segera ke sana.”

    Profesor itu menutup teleponnya, “Rapat ini telah selesai,” umumnya seraya bangkit dari tempat duduk. “Letjen Steven telah tiba. Kennedy, sampai bertemu di laboratorium,” sekali lagi orang tua itu memasang senyum penuh arti.

    Satu per satu orang-orang meninggalkan ruangan itu, hanya Ken yang tidak bergerak sedikit pun. Ia masih berdiri seperti patung, menatap tajam pada meja di hadapannya seolah-oleh meja itu adalah musuh besarnya.

    “Kau bukan satu-satunya yang pernah melawan keinginannya,” seorang lelaki menepuk pundak Ken. Antony, ilmuwan dalam bidang anatomi dan sekaligus wakil kepala laboratorium. Ia seorang lelaki jangkung, tubuhnya tidak pernah terlihat terawat dengan benar, pakaian dan rambut pendeknya selalu berantakan.

    Ken menoleh. Antony melanjutkan, “Kemarin ketika merapatkan masalah ini dengan Letjen Steven, aku sudah sempat menyatakan keberatan. Tetapi pak tua itu tetap teguh pada pendiriannya, ternyata ia memiliki ambisi yang sangat besar.”

    Mengetahui bahwa memiliki teman yang sejalan pikiran ternyata membuat Ken sedikit terhibur. Ia menarik nafas panjang kemudian membuangnya, “Relawan itu, seperti apa orangnya? Bagaimana latar belakangnya?”

    Antony menggeleng sambil mendesah, ia duduk di tepi meja. “Code name-nya Satrio. Orang yang suram tanpa masa depan, pengangguran, ditambah lagi baru beberapa hari yang lalu ia ditinggal istrinya. Menurut pengakuannya, sekarang ia tidak memiliki keluarga atau pun saudara.”

    “Jadi, dengan kata lain dia orang yang ingin bunuh diri?” Ken menanggapi dan dijawab dengan anggukan oleh Antony. Ken menggeleng samar, bibirnya mengucapkan satu kata tanpa suara, “Mengerikan.” Kemudian ia meninggalkan ruang rapat, hanyut dalam pikirannya.

    Memanfaatkan kesulitan orang lain, seolah-olah itu adalah kesempatan emas untuk mengujikan suatu penemuan baru. Ia benar-benar tidak dapat memaafkan perbuatan itu, terlebih lagi ia juga ikut andil dalam hal tersebut. Ia merasa bahwa apa yang sekarang dikerjakannya tidak sesuai dengan yang dia cita-citakan dulu. Ketika mengambil spesialisasi neurologi, ia berharap dapat membantu meringankan beban orang lain. Tetapi saat ini, ia tidak tahu apakah ciptaannya akan membantu orang lain atau malah membuat orang itu mengalami hal yang lebih buruk.
     
    Last edited: Apr 16, 2013
  10. serafim M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Aug 9, 2012
    Messages:
    1,244
    Trophy Points:
    127
    Ratings:
    +874 / -1
    gan ini novel kan??
    klo menurut ane kok kurang detail ya (biasanya di novel deskripsi tentang background tokoh utama dan segala kejadian yang ada tu digambarkan rinci banget)n pas dialog entah kenapa kok bahasanya kaku gitu

    maaf klo komen ane kurang berkenan buat TS :maaf:
     
  11. temtembubu M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2010
    Messages:
    598
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +1,934 / -3
    :makasih-g: makasi banget atas review-nya

    :kecewa: klo bahasa yang kaku mungkin ya, karena saya terlalu membayangkannya dalam suasana formal :tega: akhirnya berimbas ke situ

    :top: thx banget, kedepannya pasti akan saya perbaiki lg. untuk deskripsi-deskripsi juga akan saya tambahkan lagi <-- jarang menggambarkan deskripsi terlalu detail :dead:
     
  12. Melonn M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Oct 17, 2011
    Messages:
    510
    Trophy Points:
    37
    Ratings:
    +437 / -0
    wow cepet bener udah chapter 2 :matabelo

    ouh jadi begitu si prrof Ryan... impresi yang muncul begitu ane baca, doi agak kacau, ya... :iii:

    oya...ini latar nya di Indonesia, kan? kalo iya, mungkin di dialog bisa pake bahasa yang lebih lugas... logikanya, profesor sekalipun kalo ngomong tetep nyantai, kan. yah, kecuali kalo lagi pidato ato kasus2 tertentu.

    emm, menurut ane sih penggambaran chapter ini jelas. ane bisa langsung nyambung ke penjelasan LAI yang -kalo versi Ken- emang bukan buat orang. terus juga si Antony yang akirnya dimunculin sebagai tokoh baru, sekuens kejadiannya juga gak belit. gak nyampur sama suasana yang masih tegang abis debat sama si prof.

    siip lah gan :top:
     
  13. Fairyfly MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 9, 2011
    Messages:
    6,818
    Trophy Points:
    272
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2,475 / -133
    hmm baca chapter dua, rasa2nya ane bisa sedikit nebak jalan cerita di chapter selanjutnya. plotnya memang sudah umum,tapi cerita yang diusung tetap menarik kok :hmm:

    mengenai gaya bahasa yang ekspresif, ane rasa udah ga terlalu kaku kek kemarin. penjelasan detail seperti ken yang menunjuk Prof Ryan, terus kata-kata ekspresif seperti "Gila!" ane rasa udah cukup membangun suasana tegang di dalam ruangan. kalo diasah terus pasti bisa lebih bagus deh :top:

    cerita udah cukup menarik kok, dan sejauh ini masih "in-line",gak keluar jalur seperti beberapa fict yang ane bikin :swt: moga2 aja tetep begitu :peace:

    nice! ditunggu chapter selanjutnya :lalala:
     
    Last edited: Apr 17, 2013
  14. temtembubu M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2010
    Messages:
    598
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +1,934 / -3
    :makasih-g: makasi banget untuk komentar dan review nya
    :malu: hehehe.. iyah. tapi mungkin untuk part 2 nya bakalan agak lama :kecewa: karena harus banyak yang direvisi terutama di bagian dialog dan menambahkan deskripsinya :keringat:

    prof ryan emang nyebelin banget tuh :voodoo: waktu nulis nda berasa sebelnya, tapi pas baca ulang kok jadi sebel ya :voodoo: (padahal nulis sendiri :hammer:)

    :terharu: syukurlah ternyata nda terlalu ribet saya jelasinnya (uda ketakutan klo jadi ribet kek gimana gt trus mala pada ga ngerti)

    part berikutnya akan saya usahakan agar bahasanya tidak terlalu formal :onfire:

    :makasih-g: makasi banget untuk review dan komennya

    uda bisa menebak :gaswat: semoga tebakannya salah :doa:

    untuk part berikutnya semoga saja bisa disajikan dengan lebih baik lg :onfire:


    :maaf: maaf bila banyak salah2 dan membuat para pembaca jadi tidak nyaman
     
  15. frick M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    May 1, 2008
    Messages:
    3,641
    Trophy Points:
    177
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +2,734 / -0
    Ceritanya si Ryan ama Ken lagi ngomong dalam rapat kan?
    :bloon:

    Sepertinya rapat masuk ke dalam "kasus2 tertentu".
    Dan lagi karena seseorang bergelar profesor, gw rasa gak otomatis itu mengubah pribadi dia termasuk dalam berbahasa. Bahkan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, logikanya bahasa yang dia pakai sehari-hari cenderung semakin 'bener'. Sebagai contoh, Sheldon Cooper :ngacir:
     
  16. Melonn M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Oct 17, 2011
    Messages:
    510
    Trophy Points:
    37
    Ratings:
    +437 / -0
    maksud ane ya buat percakapan laen. kalo kasusnya si Ken sama Ryan yang lagi rapat itu sih, suasananya emang formal, kayaknya... :ngacir:
    gara2 nulisnya pas abis adegan itu jadi kayaknya yang disasar itu ya :keringat: maap2, jangan sampe komen ane bikin mispersepsi, ya... :))

    ouh... mungkin juga... tergantung orangnya juga kali, ya... kalo doi nya emang serabutan sih mungkin bahasanya tetep aja :haha:
     
  17. frick M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    May 1, 2008
    Messages:
    3,641
    Trophy Points:
    177
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +2,734 / -0
    Eh? Tapi kayaknya komennya jadi aneh kalo maksudnya bukan seperti itu. :malu
    Oh well, biarkan penulisnya pusing sendiri...:ngacir:
     
  18. temtembubu M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2010
    Messages:
    598
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +1,934 / -3
    BAB 2 Part 2 -=Kennedy=-

    akhirnya bisa lanjutin juga :maaf: semoga berkenan

    Ken berdiri di dalam ruang pengawasan, sambil melipat kedua tangannya di depan dada, ia memandang ke dalam ruang eksperimen melalui monitor-monitor besar di dinding. Layar kaca itu telah terhubungan dengan kamera-kamera yang dipasang di setiap sudut ruangan lain. Dua buah speaker yang terhubung pada microphone di ruang eksperimen, terpasang pada sudut-sudut ruangan. Tidak jauh di depan Ken terdapat meja yang dipenuhi dengan tombol-tombol kontrol dan sebuah microphone untuk berkomunikasi langsung dengan orang di ruangan yang dipilih melalui tombol-tombol itu.

    Pintu ruangan eksperimen terbuka, beberapa ilmuwan dan anggota tim riset yang mengenakan jas laboratorium memasuki ruangan. Tidak lama setelah itu menyusul seorang lelaki kurus yang matanya ditutup oleh kain hitam, Satrio, begitulah mereka memanggil orang itu.

    Kulit lelaki itu terlihat coklat dengan urat-urat yang timbul pada kedua lengannya, menandakan bahwa ia seorang pekerja kasar yang sering bermandikan sinar matahari, rambutnya yang pendek terlihat ikal dan berminyak karena jarang dibersihkan. Satu-satunya yang terlihat bersih darinya hanya pakaian berwarna biru langit, pakaian seperti seorang pasien di rumah sakit. Ia dikawal oleh beberapa tentara angkatan darat yang pada sabuk kulitnya tergantung pistol dan alat pengaman lainnya.

    Seorang tentara menutup pintu, kain hitam yang menutup mata relawan itu pun segera dibuka. Ekspresi pertama yang dilihat oleh Ken dari Satrio setelah mata orang itu sudah terbiasa dengan cahaya adalah rasa kagum. Bola mata Satrio terlihat akan melompat keluar ketika ia memperhatikan ruangan dan orang-orang di sekitarnya. Mulutnya menganga, mengucapkan kata “Wow!” tanpa suara, menunjukkan betapa senang dan kagumnya ia pada setiap benda yang ditangkap oleh matanya.

    “Duduklah di sini,” sambil menepuk-nepuk kursi untuk relawan, seorang anggota tim riset berkata pada Satrio.

    Satrio menurutinya. “Dokter,” panggil lelaki itu ketika ia sudah menjatuhkan dirinya pada kursi empuk itu. Pandangan matanya yang polos mengarah pada lelaki berjas putih di hadapannya. “Kalau sudah selesai saya boleh jalan-jalan, kan? Saya mau lihat-lihat tempat ini, boleh kan?”

    Ilmuwan itu hanya mengangguk, relawan itu langsung tersenyum gembira. Kemudian lelaki berjas putih itu bersama dengan anggota timnya yang lain mulai mengikat kedua lengan dan kaki Satrio pada kursi. Relawan itu tidak menunjukkan sedikit pun perlawanan, malah sebaliknya yang terlihat. Wajahnya yang polos tampak begitu bahagia bisa berada di tengah-tengah orang jenius yang sering ia tonton di film-film Holywood.

    Pilu, itulah rasa yang timbul dalam hati Ken. Relawan itu bahkan tidak tahu bahwa dirinya hanya dimanfaatkan, seolah-olah nyawanya sudah tidak berharga. Ia malah begitu senang di tengah ketidak tahuannya. Apakah ini cita-cita Ken dulu? Ia mulai bertanya pada dirinya sendiri.

    “Banyak pikiran, heh?” suara seseorang membuyarkan lamunannya.

    Ken menoleh dan mendapati Antony telah berdiri di sebelahnya. Kali ini penampilan lelaki jangkung itu bahkan lebih berantakan lagi dari terakhir kali ia lihat. Simpul dasi pada lehernya sudah terlepas dan dua kancing teratas kemejanya juga sudah tidak terkait lagi. “Sebenarnya, kau juga terlihat seperti orang stress,” Ken membalas, ia berusaha memasang wajah tanpa ekspresi untuk menutupi apa yang dipikirkannya.

    “Jangan menilai buku hanya dari penampilannya,” Antony menjawab sambil memasang cengiran. “Tampangku memang seperti orang stress, tapi pikiranku sekosong rumah hantu. Bertentangan denganmu, kan?”

    Ken tidak dapat membantah atau membalas argumen itu, karena memang benar hal itulah yang terjadi. Pintu terbuka, Ken menutar kepalanya dan mendapati Profesor Ryan serta Silvia sedang berjalan mendekatinya bersama dengan seorang pria berpakaian seragam tentara angkatan darat. Lelaki itu berbadan tinggi dan begitu tegap, meskipun helaian rambut putih tampak menghiasi kepalanya, tetapi penampilan orang itu sama sekali tidak terlihat seperti seorang manula. Tanpa berpikir jauh Ken langsung tahu bahwa lelaki itu adalah Letjen Steven.

    “Letjen Steven, ini Dr.Kennedy, dialah yang menciptakan LAI,” kata Profesor Ryan.

    Ken mengulurkan tangannya dan Letjen Steven menyambut untuk berjabat tangan. “Kennedy Sanjaya.”

    “Steven Chandra,” balas lelaki yang berbalut seragam militer itu.

    “Kita tiba tepat waktu,” Profesor Ryan berkata sambil mengulurkan tangannya memberi pengarahan pada Letjen Steven agar melihat aksi para ilmuwan di ruang eksperimen.

    Perhatian perwira tinggi angkatan darat itu segera beralih pada layar lebar yang menampilkan para tim riset. Seorang berjas putih mulai menyuntikkan cairan yang terlihat seperti air biasa ke leher Satrio. Relawan itu begitu tenang, ia sangat percaya dan menyerahkan seluruh nyawanya pada ilmuwan di hadapannya.

    Kabel-kabel yang tersambung dengan alat pengukur mulai dipasangkan pada kepala, dada, dan pergelangan tangan Satrio ketika penyuntikan telah selesai dilakukan. Sepuluh, 15 menit berlalu, tetapi baik denyut jantung, tekanan darah, sampai gelombang otak relawan itu tidak menunjukkan reaksi perubahan yang tidak wajar. Dari sudut matanya, Ken dapat melihat sekilas gerak-gerik Profesor Ryan yang mulai gelisah.

    “Setelah dilakukan injeksi, berapa lama reaksinya baru terlihat?” tanya Letjen Steven yang mulai terlihat tidak sabar.

    Lelaki gempal itu melihat pada Ken, berharap agar Ken dapat menyelamatkan mukanya di hadapan perwira tinggi itu. Sebenarnya Ken masih ingin sekali melihat orang tua itu gelisah lebih lama lagi, tetapi bila Profesor Ryan dicap gagal maka semua bawahannya juga akan dinilai gagal.

    “Seharusnya hanya berkisar 10 menit, kemudian sudah akan terlihat tanda-tanda perubahan seperti terdeteksinya pancaran gelombang dari otak,” akhirnya Ken berhasil melawan hasratnya untuk membiarkan lelaki gempal itu gelisah. “Tetapi hal itu terjadi pada hewan yang telah mati. Volume otak hewan lebih kecil daripada manusia, ditambah lagi relawan ini masih hidup. Mungkin akan memakan waktu yang jauh lebih lama daripada yang diperkirakan sejak awal.”

    Letjen Steven mengangguk. Entah karena mengerti atau karena tidak dapat menuntut lagi, tetapi setidaknya yang dilakukan oleh perwira tinggi itu dapat membuat wajah Profesor tua di sebelahnya terlihat sedikit lega.

    “Boleh aku bicara dengan relawan itu?” pinta Ken pada Profesor Ryan.

    Lelaki gempal itu melirik pada Ken dan diam sesaat, menimbang permintaan bawahannya. Akhirnya ia menghampiri microphone kemudian menekan salah satu dari barisan tombol di meja. “Hari ini cukup sampai di sini!” perintahnya. “Bawa saja ia ke kamarnya dan tetap awasi!” Para ilmuwan berjas putih di ruang eksperimen memberi tanggapan berupa anggukan sambil melihat pada kamera.

    “Aku akan mengantar Kennedy ke kamar relawan itu,” Antony mengajukan diri dan diberi tanggapan positif oleh Profesor Ryan. Sebenarnya tanpa mendapat persetujuan dari lelaki tua itu pun Antony tetap akan mengantar Ken, ia hanya mengucapkan kalimat itu untuk basa-basi di depan tamu saja.

    mohon kritik dan sarannya :maaf:

    :lol: jangan dicabein tapi ya
     
  19. merpati98 M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jul 9, 2009
    Messages:
    3,486
    Trophy Points:
    147
    Ratings:
    +1,524 / -1
    Kenapa rasanya tulisan bubuuu mirip sama tulisan high(yg bahasa indonesia) ya... kesannya... :bolakbalik:
     
  20. temtembubu M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2010
    Messages:
    598
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +1,934 / -3
    :kaget: masa?? mirip dmn nya?? :lol: apa karena kebanyakan narasi daripada dialog ya?? di bagian ini memang lebih banyak narasinya sih :swt:
    apa?? kesannya gmn?? :madesu: bikin penasaran neh komennya
    :nangis: temtem nya mana kok bubu nya duang
     
  21. Fairyfly MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 9, 2011
    Messages:
    6,818
    Trophy Points:
    272
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2,475 / -133
    wuahahaha gosip mulai hangat lagi :lol:

    komen menyusul, baca dulu :hmm:

    -------------------------------------------------

    baca bab 2 part 2, hmm ceritanya nyambung juga dengan part 1. mulus, malah. ga ada yang ngeganjel sama sekali tentang perpindahannya.
    deskripsi dll udah mulai keliatan jauh lebih bagus. setting, penokohan, ane rasa ini bagus :top:

    sayangnya, hmm, apa ya? mungkin cuma perasaan ane aja ya, tapi pace nya apa emang sengaja dibuat agak lambat? ngerasa agak gak sreg sih kalo genre yang (menurut tebakan ane) bakal jadi action penuh darah dibuat agak lambat pace nya.
    trus apa ya? ceritanya sendiri? hmm, sorry to say, masih agak datar. gak jelek, sih. tapi...biasa. oh, well, mudah2an di part berikutnya konfliknya lebih terekspos :peace:

    ditunggu chapter berikutnya agan jombi :ngacir: ada jombi nulis cerita jombi :ngacir:
     
    Last edited: Apr 29, 2013
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.