1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Other KuMPuLan CeRor [CeRiTa HoRor]

Discussion in 'Dunia Lain' started by rh0m4ir4m4, Jul 22, 2008.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. rh0m4ir4m4 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 29, 2008
    Messages:
    1,382
    Trophy Points:
    131
    Ratings:
    +2,026 / -0
    Digoda Si Cantik Penunggu Perempatan

    Lima belas tahun yang lalu, tatkala aku hendak pulang kuliah dari lokasi kampus yang berada di kawasan Sampangan, Semarang seringkali aku melakukan kegiatan rutin, yakni mampir dulu untuk sekedar mencari hiburan.
    Waktu itu, waktunya agak malam dikit, kebetulan ada kuliah umum sehingga rada lama selesainya. Kebetulan malam itu film di bioskop di kawasan Metro cukup mengundang filmnya. Akhirnya lepas kuliah yang satu, yang satu ke perkuliahan lainnya maksudnya nonton bioskop.
    Pertunjukan dimulai jam 10.00 malam, dan film yang diutar cukup menegangkan. Sekitar 100 menit jantung ini dibuat ngap-ngap’an menikmati adegan film. Kelar nonton, buru-buru ngejar omprengan alias angkutan umum pengganti di waktu malam.
    Saat itu, aku menunggu omprengan di depan perempatan Peterangan yang cukup
    lenggang karena udah hampir jam 12 malam. Cuma beberapa orang yang berseliweran, tampak juga mobil-mobil yang biasa lalu-lalang cukup padat, malam itu hanya ada beberapa saja yang melintas.
    Pikiran sudah melayang entah kemana bersamaan asap rokok yang mengepul dari mulut. Beberapa menit berselang ada suara halus menegurku dari belakang, cukup mengagetkan memang. Tapi di satu sisi seperti percaya gak percaya ternyata dia wanita muda putih dan cantik. Lalu kita memulai percakapan dengan beberapa pertanyaan,
    “Mau kemana mas,” tanya lembut
    “Karangayu,” jawabku sopan banget deh
    “Kamu sendiri kemana mbak, ” tanyaku kemudian.
    “Tanjungmas, mau nganter ” tawarnya penuh mempesona
    “Kenapa nggak!”
    Nggak lama kemudian, kami menuju angkutan tujuan ke Tanjungmas, aneh tiba-tiba saja kendaraan itu melaju, meskipun tidak ada penumpang lain, tapi aku nggak perduli yang ada hanya kebanggaan yang luar biasa, ternyata orang seperti aku bisa juga berkenalan dengan wanita cantik seperti dia.
    Anehnya, hanya dalam hitungan menit, kami sampai di pintu pelabuhan Tanjungmas. Sampailah kami berdua kesuatu tempat, dimana di sana ada gardu listrik yang besar dan jalan masuk ke sebuah perkampungan yang sunyi, kamipun akhirnya tiba di rumah si cantik itu.
    Tiba di rumah, aku disuguhi beberapa potong kue dan air minum, tapi semuanya tak kuperdulikan karena mata, tangan dan tatapan ini tak mau lepas darinya. Seperti tersadar aku beristighfar. Lantas aku segera pamit pulang, tapi si wanita cantik itu menahanku dengan keras.
    Tapi aku tak mau kalah, dengan berbagai cara aku harus segera meninggalkan rumah itu. Terus-menerus mulutku berkomat kamit mengucapkan Asma Allah. Namun saat
    pulang aku menjadi kebingungan. Jalan yang tadi ternyata areal pertambakan dan semak belukar. Meski panik, aku terus beristighfar, Alhamdulillah ada suara adzan, dan tidak lama kemudian aku melihat lampu jalanan di seberang yang menandakan menuju jalan pulang. Alhamdulillah berkat suara adzan aku selamat dari sergapan hantu wanita tersebut.

    http://misterionline.com
    (cerita kiriman ardani, pedurungan lor semarang)
     
    • Thanks Thanks x 5
    • Like Like x 3
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. rh0m4ir4m4 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 29, 2008
    Messages:
    1,382
    Trophy Points:
    131
    Ratings:
    +2,026 / -0
    Menginjak Hantu Kepala dekat Jembatan

    Sebenarnya pengalamanku ini sudah lama banget, kira-kira pertengahan tahun 2003. Tapi apabila saya teringat masalah ini saya malah jadi takut sendiri terkadang untuk pergi ke toilet pun saya jadi takut.
    Waktu itu saya sedang mengikuti perkemahan di Kopeng, Salatiga. Saya dan teman-teman yang ikut adalah kontingen pramuka asal Kota Semarang. Pada suatu malam, saya dan teman-teman maen-maen gitar. Biasalah namanya juga anak muda. Kalau siang tidur, malamnya maen-maen. Dasar kelelawar!
    Setelah siang harinya berlatih, malamnya kami lewatkan bersama dengan bermain gitar, bernyanyi, bakar ikan dan ada juga yang dipojok-pojok berpacaran, tapi jangan salah mereka hanya berbicara doang. Gak lebih!
    Setelah capek bermain gitar, kami berencana pergi ke warung terdekat untuk membeli makanan atau apa gitu. Nah ketika inilah hal itu terjadi. Saat itu waktu sudah jam 23.00 menjelang tengah malam.
    Kebetulan kalau pergi ke warung,kami harus melewati jembatan yang sama sekali gak ada penerangan. Ketika melewati jembatan itu, awalnya kami merasa biasa saja. Tapi lama-kelamaan karena kami hanya beberapa orang, mulai muncul rasa ketakutan aneh.
    Ketika rasa takut itu memuncak, salah seorang teman saya tanpa sengaja menginjak sebuah benda bulat berambut yang setelah kami lihat secara dekat ternyata…..kepala orang!!
    Kami langsung lari pontang-panting gak jelas gitu karena ketakutan yang sangat. Keesokan harinya barulah kami dapat cerita dari penduduk dekat situ bahwa di daerah itu memang sudah sering ada kejadian menyeramkan seperti itu karena dulu-dulunya ada orang yang mati mengenaskan di daerah itu. Maklum daerahnya memang sepi penduduk, serta hanya ada hutan belantara.

    http://misterionline.com
    (seperti diceritakan roni jl tentara pelajar semarang)
     
    • Like Like x 1
    • Thanks Thanks x 1
  4. rh0m4ir4m4 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 29, 2008
    Messages:
    1,382
    Trophy Points:
    131
    Ratings:
    +2,026 / -0
    Akibat Dendam Demit Penunggu Pekarangan

    Kejadian ini dialami keluarga Rohman (31) warga Sampangan Semarang. Gara-gara membuang air panas sembarangan anak Rohman tertimpa bencana. Begitu air seember dibuang ke pekarangan belakang rumah, mendadak anak laki satu-satunya yang masih berumur 5 tahun menjerit-jerit kelojotan.
    Rohman menyaksikan keganjilan itu tidak habis pikir. Dedy, anak laki-lakinya itu meronta-ronta kepanasan. Padahal, sedikit pun tidak terlihat bekas luka mendera di tubuhnya. Dari sore hingga esok harinya, tangisnya tidak pernah berhenti. Tentu bikin kelimpungan Rohman dan istrinya. Berbagai bujuk rayu dilakukan, tapi semuanya seperti sia-sia. Bahkan, pagi itu kondisi Dedy makin mememburuk.
    Kejadian ini dialami, sore itu ketika saat magrib tiba, Rohman membuang air panas bekas rebusan jagung di belakang rumahnya. Usai membuang di pekarangan yang tidak dirawat hingga tumbuh semak-semak liar itu, ia pun berangkat ke masjid yang berada tidak jauh dari rumahnya. Magrib itu Rohman melakukan salat berjamaah.
    Namun, begitu dia turun dari masjid beberapa tetangga menjemputnya. Dia mendapatkan berita tidak baik. Anaknya tanpa sebab yang pasti tiba-tiba meronta tidak karuan. Persis seperti cacing yang kepanasan. “Aduh..panas…panaaassssssss…,” teriak anaknya itu. mendapat penderitaan si anak, ia lantas memanggil beberapa keluarganya untuk ikut menentramkan Dedy.
    Tapi, lagi-lagi upaya yang ditempuh tidak membuahkan hasil. Sampai pagi hari segala upaya untuk menenangkan Dedy tidak ada hasil. Baru siang harinya ada kerabat yang mengusulkan agar dicarikan pengobatan alternatif ke orang pintar. Melihat kejadiannya yang tanpa sebab, keluarga Rohman percaya jika penyakit Dedy tidak wajar.
    Dugaan itu ternyata benar. Paranormal yang didatangi Rohman mengatakan, jika anak balitanya mendapat penyakit akibat amarah dedemit. Konon, saat Rohman membuang air panas di semak-semak belakang rumah, ada makhluk halus yang sedang bermain-main. Akibatnya, sekujur tubuh dedemit melepuh dan kelojotan tidak karuan. Sama persis seperti yang dialami Dedy.
    Sakit akibat pembalasan si demit ternyata tidak juga dilepas, sebelum Rohman menyadari kekhilafannya dan meminta maaf pada lelembut yang tinggal di belakang rumahnya itu. “Iya Ki… saya memang salah. Air panas itu seharusnya saya buang ke kamar mandi. Bukan di tempat sembarangan. Saya sanggup meminta maaf,” ujar Rohman mengakui kesalahannya pada orang pintar itu.
    Meski Rohman bersedia meminta maaf tapi pernyataan dia tidak cuma diungkapkan lewat batin dan kata-kata. Berdasarkan hasil interaksi orang pinter dan si demit, ungkapan minta maaf itu harus dibarengi dengan pemberian sesaji yang diletakan di belakang rumahnya. Oleh si Mbah Dukun itu diputuskan sesaji yang diminta demit akan diberikan asalkan tidak berupa tumbal nyawa manusia.
    Sesuai dengan permintaan yang diminta, Rohman menyediakan sesaji berupa kembang telon, bakaran menyan, telur ayam kampung, dan umbarambe lainnya. Ternyata benar, setelah seluruh prosesi permintaan maaf sudah dipenuhi, tidak lebih 5 menit penyakit yang diderita Dedy tiba-tiba hilang dengan sendirinya.
    Selebihnya Rohman kepada demit minta agar tidak menggunakan perkarangan sebagai tempat tinggal. Untung saja si demit cukup baik hati, di dengan serta merta mau meninggalkan pekarangan rumah Rohman asalkan, semak belukar yang tumbuh liar di pekarangan itu dibersihkan. Kata si demit, tempat yang tidak terawat dan banyak semak belukar cukup menggiurkan dirinya untuk mendiaminya.
    Sadar dengan kesalahan yang nyaris membuat celaka anak semata wayangnya, ingatan Rohman ketika itu langsung tertuju pada petuah-petuah yang pernah dia terima dari orang tua dulu. Kakek dan nenek Rohman dulu, selalu mengingatkan jangan sembarang membuang sesuatu pada saat magrib. Kabarnya pada waktu menjelang malam itu, para dedemit pada keluar dari sarangnya untuk mencari makan.
    Nah, sepertinya si demit penunggu pekarangan belakang rumah Rohman bermaksud keluar sarang untuk mencari makan. Sialnya, bukan makanan empuk yang bisa dia santap, melainkan air panas yang mengguyur sekujur tubuhnya yang mungil. Karena merasa kepanasan dan bercampur jengkel, dia murka dengan langsung menurunkan kutukan pada anak Rohman.

    http://misterionline.com
    (diceritakan rohman kepada mus)
     
  5. rh0m4ir4m4 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 29, 2008
    Messages:
    1,382
    Trophy Points:
    131
    Ratings:
    +2,026 / -0
    Misteri Arwah Saraswati

    Memasuki Desa Rejo serentak kami semua terdiam. Suasana saat itu langsung berubah sunyi senyap, seakan-akan kampung itu tak berpenghuni. Mobil yang kami tumpangi berlima pun berjalan pelan seolah enggan memasuki desa yang berada di pesisir pantai selatan itu.
    “Nah, ini dia kampungnya. Asyik juga. Wah aku berharap di sini punya pengalaman menarik yang seumur hidupku baru kali ini mengalami. Ketemu kembang desa kek, atau…,” belum selesai Heru merampungkan kalimat tersebut tiba-tiba kami serentak terkesima melihat ada seorang nenek-nenek berdiri di pinggir jalan. Tampak tangannya membawa lampu senthir, padahal hari masih siang.
    “Sebaiknya kita berhati-hati jangan gegabah, kalau ngomong diatur soalnya kita tidak tahu adat di sini, lagi pula kita tidak tahu apakah mang Samin masih ingat aku, ” ujar Didik Arif. Kami yang berlima yakni Didik, Heru, Rio, Santo dan aku Dion, memang berniat mengisi liburan di desa mang Samin, mantan tukang kebun keluarga Didik. Desa Rejo terletak di tepi pantai selatan, merupakan desa yang masih alami dan belum terkontaminasi budaya asing.
    Kami memutuskan untuk berlibur di sini karena cerita Didik yang menurut mang Samin, dia tinggal di desa yang alami, dan yang membuat kami tertarik untuk mengunjunginya adalah cerita tentang sebuah tebing yang indah dan siap untuk didaki. Dasar Heru, dia yang paling getol mengajak kami ke sana karena kami memang punya hoby panjat tebing. Akhirnya sampai juga di rumah sederhana
    Yang asri. Dari dalam tampak tergopoh-gopoh lelaki paruh baya menyambut kami.
    “Mas Didik, akhirnya datang juga mari, mari, silahkan,” sambut mang Samin sambil mengajak kami untuk langsung masuk ke rumahnya. “Enak juga yah suasana desa waktu sore, wah aku jadi langsung pengin jalan-jalan nih,” ajak Heru. Namun dengan gugup mang Samin segera mengajak masuk rumah dahulu dengan setengah memaksa, bahkan istrinya yang muncul kemudian malah langsung menggandeng tanganku untuk masuk ke dalam rumah.
    Seusai mandi, dan istirahat sebentar langsung kami disuguhi makan malam. “Mang, ini kan masih sore, baru jam 6 kok sudah makan, nanti saja lah, aku pengin jalan-jalan,” ajak Heru tak sabaran. Tapi dengan sigap mang Samin segera melarang dan menyuruh makan dulu. “Oke deh, aku sudah lapar juga kok, eh mang tadi didepan desa aku melihat seorang nenek duduk di pinggir jalan tapi kok siang-siang menyalakan sentir yah, siapa dia mang,” ujar Didik.
    “Makan dulu saja, nanti sehabis makan mamang akan ceritakan tentang desa ini dan aturan-aturannya,” ujar mang Samin. Dengan penuh penasaran akhirnya kami menikmati makan malam denga tergesa-gesa. Seusai makan sambil nyeruput wedang jahe suguhan kami duduk di ruang tengah untuk mendengarkan penjelasan mang Samin. “Mas, sebenarnya kedatangan mas-mas disini agak kurang tepat, mungkin kalau kalian memperhatikan sejak memasuki desa ini akan terasa aneh kan, ini karena beberapa hari ini arwah Saras muncul lagi,”. “Saras, siapa Saras mang,” tanyaku penasaran.
    “Maaf mas, membicarakan asal usul Saras adalah tabu di desa ini, yang penting kita tidak boleh mengganggunya dan cara yang dilakukan oleh warga desa adalah dengan tidak keluar rumah selepas magrib dan tidak boleh berkata-kata kotor, tapi ini cuma terjadi selama sepasar (5 hari) saja setelah itu seperti biasa,” ujar mang Samin serius. Akhirnya, kami cuma melewatkan malam pertama dengan saling diam, walaupun ada guyonan malah terkesan hambar.
    Esok paginya kita sudah siap pergi menuju tebing seperti yang dimaksud oleh mang samin, dengan diantar oleh mang samin akhirnya kami sampai ditempat tujuan. Sengaja mang samin hari itu libur ke ladang hanya untuk menunggui kami, sepertinya takut kalau-kalau kami terkena sesuatu. Dengan bentuk tebing yang masih asli, berjarak sekitar 100 meter dari garis pantai, pemandangannya begitu menakjubkan memandang hamparan pantai selatan dari atas tebing, karena dari dasar tebing kita tidak bisa melihat laut. Memang bentuk tebing sangat memudahkan pemanjat untuk mendakinya selain banyak tumpuan juga banyak cekungan untuk pegangan.
    Heru sebagai leader (orang pertama, red) yang sampai atas sambil menunggu yang lainnya. Heru melihat-lihat sekeliling tempatnya berdiri, tak jauh dari tempatnya berdiri dilihatnya seorang gadis berdiri menghadap pantai duduk di atas batu. Bajunya khas orang desa dan didekatnya terdapat tenggok yang berisi singkong. ‘’Ah pasti dia gadis desa sini, tapi kok bisa sampai atas ya, lewat mana ?” pikir Heru. Kemudian dia menghampiri gadis itu dan menyapanya. “Pagi mbak, sendirian yah habis dari kebon ?,” sapa Heru sok ramah. “Iya,” jawabnya singkat. “Saya Heru dari Solo, mbak namanya siapa ?,” seloroh Heru lagi, muncul sikap playboynya. “Wati,” ucap gadis itu lirih sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. “Wah kesempatan nih, waduh tangannya halus banget tapi kok dingin, ya,’’ pikir Heru. “Kok bisa naik ke atas, lewat mana ?,”. Pertanyaan Heru itu cuma dijawab dengan arah telunjuk Wati yang menuju jalan kecil terjal dipinggir bukit. Tiba-tiba. “Her, ngapain kamu, eh malah cengar-cengir kok aku tidak bantu naik,” teriak Rio yang kedatangannya disusul oleh Dion.
    “Hoi sini dong aku dapet kenalan cewek cantik nih, sini,” teriak Heru. Tapi, “Lho mana Wati, kok hilang, wah pasti gara-gara kalian Wati pergi,” ujar Heru sambil memandang jalan terjal yang mungkin dilalui Wati. Selepas siang kami pulang ke rumah mang Samin lagi dan cerita Heru ketemu dengan Wati agaknya tidak terdengar lagi dari mulut Heru. Hingga malam tiba, mendadak tubuh Heru menggigil kedinginan tapi tubuhnya panas.
    “Her kenapa kamu wah, susah kalau bawa anak mami, pasti dia kangen ibunya,” kelakar Santo. Tapi mang samin menanggapinya lain. “Apa yang terjadi dengan kalian diatas tadi ?,” tanya mang Samin. “Tidak ada apa-apa kok, entah kalau Heru,” ujar Santo. “Eh, ya, tadi Heru bilang ketemu dengan gadis bernama siapa Rio?,”. “O,Wati” sahut Rio. Tiba-tiba wajah mang Samin dan istrinya berubah, seperti ketakutan. “Mas kalian tunggu sebentar di sini yah, tapi aku minta ditemani salah satu dari kalian untuk keluar sebentar,” ujar mang Samin tambah membuat kami heran.
    “Sudah nanti saya ceritakan,” akhirnya Didik yang pergi menemani mang Samin dan sebentar kemudian mereka datang bersama dengan mbok Nah, dikenal sebagai tabib di desa tersebut. Setelah diberi japa mantra akhirnya tubuh Heru jadi tenang dan hilang sesak panasnya. “Tolong setelah siuman minumkan ramuan ini, sudah saya mau langsung pulang tidak usah diantar,” ujar mbok Nah.
    Heru masih belum sadar, sepertinya tidur. Akhirnya mang Samin bercerita, kalau gadis yang dtemui Heru bernama Wati tersebut tak lain adalah Saras, alias Saraswati. Dan, hingga Heru kejang seperti itu pasti karena Heru telah menyentuh tubuh Saraswati. “Jangankan bersalaman, menyentuh saja sudah terkena sawab-nya, tapi untung belum parah jadi masih bisa tertolong, dan nenek yang kalian temui di depan desa itu adalah ibu Saraswati. Dia masih hidup tapi kurang waras, dia selalu menyalakan lampu kerena ingin mencari anaknya siang maupun malam,” terang mang Samin.
    “Tapi Saras tidak kejam, hanya sebatas menggoda saja,” imbuhnya. “Kalau boleh tahu siapa Sarawati pak, kenapa bisa jadi begitu,” tanya Dion. Mang Samin takut menceritakan kisah Saraswati pada malam hari, setelah esok pagi baru dia cerita tentang Saraswati. Tuturnya, dia seorang anak yang lahir dari hubungan wanita desa setempat dengan seorang pria pendatang. Namun setelah Saraswati tumbuh menjadi seorang gadis dewasa sang ayah yang bejat malah memperkosanya dan akhirnya Saraswati bunuh diri nyemplung laut. Ayahnya sendiri tewas dihakimi massa. Kisah tersebut sudah terjadi sejak 10 tahun yang lalu, tapi sang ibu Saraswati sampai sekarang masih belum ketemu mencari anaknya.

    http://misterionline.com
    (ad/mtr)
     
  6. rh0m4ir4m4 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 29, 2008
    Messages:
    1,382
    Trophy Points:
    131
    Ratings:
    +2,026 / -0
    Misteri Hantu Penunggu WC Kampus

    Kabar hantu penunggu kampus gentayangan sudah lama didengar Rudi. Belakangan kabar kemunculan hantu berwajah seram itu makin santer jadi bahan pembicaraan. Menurut kabar yang berhembus salah seorang mahasiswi putri Jumat Kliwon yang lalu mendadak jatuh pingsan di WC kampus. Kabarnya, dia kaget setengah mati ketemu hantu kampus.
    Rudi semula tidak begitu menanggapi kabar burung yang ia sendiri belum pernah mengalami. Meski dalam hati kecilnya mengakui jika di dunia ini masih ada alam lain, alaming lelembut yang tidak selalu bisa dilihat dengan kasat mata. Sampai pula Rudi mendengar kabar korban jatuh yang kali ketiga, juga masih mahasiswi putri yang ditemukan pingsan di WC kampus.
    Setelah siuman dia mengakui kaget bercampur takut setengah mati menyaksikan makhluk menyeramkan tiba-tiba muncul di WC yang berada di ujung bangunan kampus paling belakang. Mahasiswi itu jatuh pingsan, karena saking takutnya melihat sosok menyeramkan itu hendak mendekatinya.
    “Ah, hantu yang saya lihat berwujud manusia. Cuma wajahnya amat menakutkan, ahh…saya tidak mau membayangkannya lagi,” tutur mahasiswi itu ketika ditanya Rudi. Keterangan yang didapat belumlah memuaskan, membuat Rudi semakin penasaran untuk mengungkap misteri di balik kemunculan hantu kampus.
    “Sebagai orang beriman aku tidak boleh takut dengan lelembut macam apapun. Wong derajad saya sebagai manusia lebih tinggi dibandingkan ‘begundal-begundal’ itu,” bisik batin Rudi mengumpat hantu itu dengan sengit. Di kalangan mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 1999 tempat Rudi menimba ilmu, keberanian Rudi berhadapan dengan lelembut memang bolehlah diacungi jempol.
    Dia paling sering menunggui jenazah yang outopsi ketika ada praktik anastesi. Wajar saja berani, pasalnya ketika masih duduk di bangku SLTP dulu Rudi pernah masuk pondok pesantren. Amalan dan doa-doa untuk mengusir makhluk halus banyak yang dia kuasai. Lalu berhasilkan dia menguak misteri kemunculan hantu kampus ?
    Kamis pagi itu Rudi mulai merencanakan bertemu dengan hantu. Awalnya, dia mencari keterangan pada beberapa warga yang tinggal di sekitar kampus, mencari asal-usul tempat yang kini dibangun kampus berada di pinggiran kota itu. Ada beberapa versi yang memberi keterangan berbeda. Kabar yang didapat tempat itu dulunya bekas penjagalan hewan, bekas kuburan kuno, dan kabar terakhir yang dia dengar tempat itu dulunya bekas markas pembantaian para gerombolan PKI ! Mana yang benar ?
    “Aku harus membuktikan sendiri,” bisiknya lagi. Satu lagi kabar yang dia dengar dari warga setempat, beberapa tahun lalu sebelum dibangun kampus pada tahun 1984, warga sekitar sering ditemui sosok pria yang suka mondar-mandir di sekitar tanah lapang setempat tanpa kepala. Dibarengi dengan kemunculan sosok seorang wanita gemuk bertaring, dan pria berkulit hitam legam yang bisa keluar masuk tanah.
    Sejauh ini misteri kemunculan sosok-sosok itu belum berhasil diungkap warga setempat. Upaya untuk melacak pernah dilakukan dengan memanggil orang pintar, namun tidak berhasil karena dia merasa kalah kuat dengan lelembut tersebut. Sampai kemudian Rudi bertemu dengan sesepuh kawasan tersebut, Mbah Karso.
    Mbah Karso diam-diam sudah tahu maksud Rudi memintai keterangan warga. Dia sebagai warga yang sudah lama tinggal di tempat sekitar, pengakui salut terhadap jiwa muda Rudi. “Datang saja di tempat yang biasa dia muncul. Nanti kan Jumat Kliwon, mbah yakin di sana pasti sepi. Begundal-begundal itu pasti muncul,” ucap Mbah Karso membuat Rudi terkejut. Dari mana Mbah Karso tahu dia menjuluki lelembut itu ‘begundal’ ?
    Pukul 21.00 WIB ketika suasana kampus mulai sepi. Terlihat dari kejauhan sesosok pemuda bertubuh tegap mengendap-endap mendekati bangunan WC ujung belakang kampus. Langkahnya pelan sambil kedua matanya tidak henti mengawasi setiap sudut bangunan. Menyelidik kemungkinan hantu yang bikin takut mahasiswi itu muncul.
    Langkah dia terhenti di pojok belakang WC. Tatapan matanya nanar memandangi semak-semak di belakang WC. Sejenak itu dia menyelidik lalu kemudian duduk bersila, dan kedua matanya pun terpejam. Tidak ubahnya orang duduk bersemedi. Sekitar 10 menit berdiam diri, mendadak desiran angin malam berhembus tidak seperti biasanya.
    Agak kencang dan terasa hanya di sekitar tubuhnya. Tiba-tiba pundaknya terasa seperti ditepuk dari belakang. Dia terkesiap, lalu menoleh ke belakang. Ternyata tiga sosok yang disebut-sebut hantu itu memandanginya nanar. Wajah mengerikan mengerikan sama seperti yang dituturkan para warga. “Tolong aku nak…tolong aku…,” ujar ketiganya sambil menunjuk semak-semak di belakang WC.
    Jantung pemuda itu berguncang keras menatap hantu-hantu berwajah seram itu. Belum habis dia berpikir dari balik lorong WC muncul orang tua yang ringkih, Mbah Karso. “Biarkan dia Nak Rudi. Jangan diusik, dia tampaknya butuh pertolongan kita,” tutur pak tua itu. Tidak beberapa lama bayangan hantu itu berlahan-lahan hilang seiring keluarnya asap tipis. “Tolonglah aku malam ini juga…,” seru ketiganya sebelum menghilang. Rudi dan Mbah Karso bertatapan seperti tidak percaya dengan yang baru dilihat, di tempat sepi itu pun hanya tinggal dia berdua.
    “Ayo bantu Mbah menggali semak-semak. Di situ pasti ada tulang mereka. Dia itu arwah mati penasaran. Dulu di tempat sini memang pernah tinggal sekeluarga, mereka mati dibunuh,” tutur Mbah Karso yang membuat Rudi semakin bertanya-tanya. “Anehnya, mayat mereka tidak ditemukan. Nah, mungkin mereka dikubur di situ,”.
    Diakui Mbah Karso selama ini dia hanya diam mendengar kabar kemunculan hantu, karena merasa belum menemukan orang yang seperti Rudi. Pemberani dan selalu ingin tahu tentang misteri di balik kemunculan makhluk gaib. “Nah, itu warga sudah datang. Mereka pada datang ke sini setelah saya beri tahu,” paparnya.
    Dalam sekejab tempat itu ramai dipenuhi puluhan warga yang ingin menyaksikan penggalian mayat yang pernah dikabarkan hilang puluhan tahun yang lalu. Tidak berapa lama semak-semak telah berganti galian. Dan, memang benar di dalamnya ditemukan tumpukan tulang belulang yang sudah rusak. Dalam hati Rudi bersyukur telah membantu menenangkan ketiga arwah. Terlebih lagi yang membuat dia lega, kejadian penggalian mayat itu tidak ada satu pun mahasiswa yang tahu.

    http://misterionline.com
    (diceritakan harun kepada ros)
     
  7. rh0m4ir4m4 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 29, 2008
    Messages:
    1,382
    Trophy Points:
    131
    Ratings:
    +2,026 / -0
    Arwah Penunggu Jalan Lingkar

    Angin malam berdesir menyebarkan hawa dingin yang sangat menyengat. Di sana-sini masih terlihat sisa tetes- tetes air hujan membasahi daun pepohonan di sepanjang jalan setapak itu.Sementara di balik gelapnya malam, samar terdengar suara burung-burung malam mengalunkan nada sendu yang mampu mendirikan bulu roma yang mendengarnya.
    Sesosok tubuh hitam, tampak berjalan tertatih-tatih.Ia mencoba menembus gelapnya malam. tangan kirinya tampak menjinjing sebuah bungkusan kecil, sedangkan tangan kanannya memegang sebuah senter kecil yang sudah redup. Ia terus berjalan tanpa menghiraukan dinginnya malam.
    Nyanyian burung malam terdengar makin memilukan, menambah seramnya suasana malam itu. Sosok tubuh hitam itu ternyata Sarwono yang sedang dalam pejalanan pulang setelah selesai memberikan pengajian di sebuah desa di luar kota. Karena pada musim hujan jalan yang dilalui selalu becek dan licin, terpaksa sepeda motornya ditipkan pada seorang kenalannya di pinggiran kota.Sedangkan dia cukup berjalan kaki menuju desa yang menjadi tujuannya.
    Tak terasa, perjalanannya telah dua pertiga terlampaui. Rumah kenalannya sudah tidak jauh lagi. Dan Sarwono mempercepat langkahnya. Tiba-tiba disebuah tikungan,tidak jauh dari sebuah kuburan perkampungan, Sarwono melihat bayangan seorang wanita berjalan tepat di depannya.
    Sekejap, Sarwono merasa bergidik. Hatinya bertanya-tanya, darimana munculnya perempuan yang berjalan di depannya itu ? Ia yakin, tempat itu jauh dari rumah penduduk. sehingga mengherankan, apabila malam-malam yang gelap dan menakutkan itu, masih ada seorang wanita berkeliaran seorang diri di tempat yang sangat sunyi.
    Namun pertanyaaan dan rasa heran itu berangsur-angsur lenyap, manakala Sarwono makin dekat dengan wanita di depannya. Secara samar, tercium bau harum menerpa hidungnya yang kembang kempis mencari dari mana sumber aroma harum itu.
    Semakin dekat jarak Sarwono dengan wanita yang ada di depannya, semakin menyengat aroma harum mewangi itu menerpa penciumannya. Sarwono tau sekarang, wanita di depannya itulah yang menyebarkan aroma wangi. Hal itu membuat Sarwono semakin penasaran untuk mengenali wanita itu.
    Sarwono semakin penasaran. Kurang dari satu meter jarak Sarwono dengan perempuan itu, tiba-tiba wanita itu menoleh dan tersenyum manis sekali. Sarwono jadi salah tingkah. Sebagai seorang laki-laki yang belum pernah berpacaran di beri senyuman seorang gadis, menyebabkan hatinya melambung jauh. Demikian yang terjadi dengan Sarwono. Tanpa di komando, dia segera mendekati.
    Sarwono akhirnya bisa berkenalan dengan wanita itu. Entah karena apa, Sarwono tidak keberatan sewaktu diajak singgah ke rumah wanita yang baru di kenalnya itu. Ialupa pada prasangka yang muncul, sewaktu wanita itu tiba-tiba nampak di depannya. Ia lupa bahwa saat itu ia ada di tepi jalanan sepi yang jauh dari rumah penduduk.
    Saat itu, yang di ingat Sarwono hanyalah bisa berkenalan dengan gadis ayu yang sangat menyenangkan. Tiba di rumah sang gadis, langsung saja Sarwono dipersilahkan duduk. Rumah gadis itu sangat luas, dengan berbagai tanman yang tumbuh di sekitar rumah. Belum sempat Sarwono mengamati rumah gadis itu, tiba-tiba lampu di rumah gadis itu mendadak padam.
    Sampailah suatu saat gadis itu beranjak dari tempat duduknya, kemudian melangkah masuk ke dalam kamar. Tidak berapa lama, gadis itu muncul kembali bersamaan dengan tersebarnya aroma kembang kuburan dan bau amis darah. Sarwono kaget bukan kepalang. Gadis itu sekarang berdiri, membelakanginya. Sarwono mendekat kemudian menanyakan apa yang terjadi. “Kamu jangan menyesal bertanya seperti itu,” suara gadis itu terdengar sangat memelas. Tiba-tiba dia membalikan badannya, dan hampir saja Sarwono pingsan di buatnya. Gadis ayu yang baru dikenalnya itu, telah berubah menjadi sosok wanita yang sangat mengerikan. Kepalanya penuh luka. dan dari luka-lukanya itu, tampak darah segar menetes . Mengerikan dan menjijikan Sarwono di antara sisa keberaniannya.
    “Dari jalan lingkar di luar kota. Sebulan yang lalu, aku tertabrak sebuah truk yang melaju kencang . Aku sakit! Sakit!… Sakit!,” Dan gadis itu berteriak. Diakhir teriakannya, sayup -sayup terdengar suara tangis yang sangat menyayat hati. Bersamaan dengan itu, suasana berubah menjadi gelap pekat . Aroma kembang kuburan semakin kuat menyengat hidung Sarwono.
    Untunglah Sarwono bukan tipe laki-laki penakut yang mudah jantungan. Hatinya cukup tabah. Karena pada dasarnya, Sarwono seorang guru ngaji, peristiwa yang menakutkan itu tidak menbuatnya kehilangan akal. Setelah menyadari apa yang terjadi, tahulah ia telah mendapatkan dirinya di tengah-tengah kuburan. Di hadapannya terdapat gundukan makam yang masih baru. Sarwono bukannya takut, ia malah berdoa supaya arwah gadis yang dikenalnya tadi dijauhkan dari siksa kubur.

    http://misterionline.com
    (cerita ros)
     
  8. rh0m4ir4m4 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 29, 2008
    Messages:
    1,382
    Trophy Points:
    131
    Ratings:
    +2,026 / -0
    Jatuh Cinta pada Arwah Penasaran

    Cinta memang buta. Sampai-sampai tidak tahu jika pasangan yang diajaknya bercinta itu adalah arwah yang mati penasaran. Cerita ini dialami seorang pemuda yang tinggal di Klaten, dia menjalani percintaan dengan seorang gadis yang bertahi lalat di pipi kiri.
    Gadis yang sekarang ada dalam bayangannya itu mengaku bernama Riana, tinggal tidak jauh dari rumah Deny yang baru. Cerita ini sendiri dialami ketika Deny bersama keluarganya pindah ke rumah yang baru, jaraknya sekitar 25 km dari arah Klaten.
    Karena ada tugas baru di sebuah kecamatan, keluarga besar mereka terpaksa pindah di sebuah desa yang cukup terpencil. Semula Deny merasa kesepian, tidak ada teman yang bisa diajak berbincang. Di lingkungan barunya dia masih merasa asing.
    Sampai suatu malam sewaktu datang dari kota, Deny melihat seorang gadis yang tampaknya kemalaman. Dia berdiri sendirian di pinggir jalan, tidak jauh dari desanya. Setelah dipapas dengan sepeda motor yang dikendarainya, gadis itu mengaku berasal dari desa yang sama dengan Deny.
    Karena tidak keberatan pulang bersama-sama, mereka berdua akhirnya berboncengan. Sepanjang perjalanan keduanya saling bertanya tentang asal-usul masing-masing, terutama alamat dan rumahnya. Hanya saja, Riana tidak begitu jelas memberikan alamat rumahnya, dia bilang tidak jauh dari rumah Deny.
    Sewaktu keduanya berpisah di sebuah gang yang tidak seberapa lebar, dalam batin Deny mengagumi kecantikan Riana. Apalagi, setelah diteliti secara seksama, dia malah terkesima menyaksikan tahi lalat kecil bertengger di pipi kirinya. “Ah, sungguh luar biasa manisnya gadis licah ini,” pikir Deny.
    Diam-diam dalam hati Deny menanam harapan cintanya pada Riana. Dia benar-benar telah jatuh cinta ! Hingga suatu malam keduanya bertemu lagi di sebuah poskampling. Kesempatan itu tidak sedikitpun diluangkan Deny untuk dapat mengungkap isi hati Riana. Sampai satu penuturan sulit dipercaya meluncur dari bibir Riana.
    “Aku sejak bertemu sebenarnya ingin mengatakan kalau sudah kenal sejak mas Deny datang ke desa ini. Cuma aku enggak berani aja untuk mendekati mas,” tuturnya dengan manja. Penuturan itu sebenarnya membuat Deny bingung, karena merasa belum pernah mengenal Riana. Tapi bagaimana dia bisa mengenalnya lebih dulu?
    “Ah, biarin aja. Mungkin dia sudah lama mengidolakan saya,” batin Deny jadi ‘gede rumangsa’. Tak terasa malam semakin larut, Riana buru-buru meminta untuk diantar pulang. Deny sendiri jadi kebingungan sebab belum pernah diberitahu alamat rumahnya. Riana selalu bilang dekat rumah Deny. Tapi sebelah mana ?
    “Itu lho yang dekat dengan rumah sebelah mas. Pokoknya disekitar situ. Nanti mas nganternya sampai rumah sebelah saja ya,” ujar Riana.
    Tapi Maya hanya tersenyum saja melihat aku kebingungan dengan tingkahnya hari ini, dan yang lebih membingungkan lagi ketika aku sadar ternyata selama ini aku belum pernah tau di mana Maya tinggal. Yang aku tau Maya tinggal 100 meter dari sekolahku, entah mengapa jika aku bertanya dan ingin ke rumahnya, Maya selalu menolak dan langsung mengalihkan pembicaraan. Kalo sudah begitu aku cuma bisa diam dan tak bisa berkata apa-apa lagi.
    Suatu hari pamanku datang dan semenjak itu aku tau siapa Maya sebenarnya. Pagi itu paman datang dengan membawa suatu barang yang entah kami sekeluarga tidak mengetahui apa maksud semua itu. Tak berapa lama paman berbincang-bincang dengan ayah dan ibu di teras depan. Entah apa yang dibicarakan dan aku mungkin tak terlalu ambil pusing, sampai tiba-tiba aku dipanggil bik Sumi, katanya aku dipanggil ayah dan ibuku.
    Setelah aku mendekat, entah bagaimana tiba-tiba aku melihat ibu sedang menangis dan ayah terlihat pucat sekali, ketika itu aku juga melihat paman memandangku dengan pandangan yang tajam sekali. Semua itu membuat aku semakin bingung saja dan ketika aku bertanya apa yang terjadi, malahan ibu semakin menangis dan menangis, membuat aku semakin tak mengerti. Sampai pamanku akhirnya mengatakan sesuatu yang diluar masuk di akal sehat, “Ron, apakah kamu akhir-akhir ini merasakan hal yang aneh dan menyeramkan ?” ditanya seperti itu aku makin bingung.
    “Paman bertanya apa? Tidak, aku tidak pernah merasakan apa yang paman katakana tadi ?” aku lihat paman sedikit pucat dan entah mengapa tiba-tiba paman membaca suatu ayat Al-Quran yang entah surat apa, semua itu membuat aku jadi bertanya-tanya. Setelah selesai paman berkata “Ron, apa kamu kenal dengan gadis yang bernama Maya ?” tersentak aku dibuatnya, mengapa paman kenal dengan Maya dan bagaima paman mengenalnya. Mungkin paman tau apa yang aku pikirkan, dan langsung menjelaskan mengapa paman kenal dengan maya.
    Ternyata Maya adalah anak dari pembantu paman yang meninggal 8 tahun yang lalu karena bunuh diri dengan menggantung dirinya sendiri di pohon mangga di depan rumahku. Bagai disambar petir aku menolak mengakuinya, mungkin saja Maya yang paman maksud bukan Maya yang aku cintai selama ini. Tapi setelah paman menyebutkan ciri-cirinya, maka baru aku percaya, memang Maya itu yang telah lama aku cintai dan menjadi pacarku selama ini.
    Kemudian paman memberikan aku sebuah tulisan Arab yang entah apa maksudnya dan artinya, tapi karena ibu yang menyuruh aku menerimanya maka aku terima. Entah mengapa aku jadi takut untuk bertemu Maya lagi, dan aku baru sadar dengan tingkah aneh yang dilakukan Maya kemarin malam.
    Semenjak aku menyimpan kertas pemberian paman, Maya tak pernah datang dan aku juga tak pernah melihatnya lagi, entah dia sudah menghilang atau takut, sampai suatu hari aku menerima sepucuk surat dengan tidak disertai nama pada amplopnya.
    Setelah membaca surat dari maya itu aku tak sadarkan diri, entah aku harus bagaimana apakah aku harus sedih atau senang… aku tak tahu…

    http://misterionline.com
    (cerita kiriman Henny)
     
  9. rh0m4ir4m4 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 29, 2008
    Messages:
    1,382
    Trophy Points:
    131
    Ratings:
    +2,026 / -0
    Hantu Gentayangan di Sekolahan Bekas Kuburan

    Cerita ini berawal sekitar tahun 1998 di kota Jepara, sewaktu Rudi bekerja di sebuah PTS di kota Kudus. Dia sebagai staf kantor. Kebetulan karena belum mendapatkan tempat kos, Rudi disarankan atasannya tinggal di kantor. Ada 2 kamar yang bisa dipakai, selain kamar yang ditempatinya bersama teman sekerja, Kasno, kamar satunya dipakai Bu Isa, tukang bersih-bersih kantor.
    Hari pertama tidur di mes, tahu-tahu Rudi sudah mengalami kejadian aneh. Waktu tengah malam dia mendengar langkah kaki berat berjalan dan seperti berdiri di depan kamar. Disusul suara seperti orang berdehem. Membuat malam itu terasa gerah.
    Pagi harinya ketika kejadian semalam ditanyakan bu Isa dan dan Kasno jawabannya ternyata pendek saja, “Oh, Pakdhenya datang,” komentar mereka. Hari berikutnya terus terjadi keanehan yang sama, ketika ditanyakan
    Kasno setengah mendesak, dengan enteng dijawab yang disebut Pakdhe itu genderuwo! Spontan Rudi kaget mendengar nama genderuwo.
    Malam berikutnya, sekitar jam 02.00 Rudi tidur di luar karena di dalam terasa panas. Waktu tidur dia diganggu suara besi di pukul-pukul “teng teng teng” membuatnya terbangun untuk mencari asal suara tersebut. Sepertinya suara di lantai 2, sehingga dia menuju arah suara tersebut.
    Tepat di pojok ruang di bawah remang-remang lampu dilihatnya sebentuk warna putih tegak sedang berdiri. Penasaran dengan apa yang dilihatnya, sosok itu didekati, setelah jelas Rudi langsung berjingkat. Sosok yang ada dihadapannya itu ternyata pocongan ! Terlihat jelas sosok itu menatap ke arahnya.
    Spontan Rudi lari terbirit-birit masuk kamar. “Aku melihat sebentuk pocongan anak-anak tapi lama kelamaan menjadi besar. Benar-benar gila,” ujarnya kepada Kasno. Jawaban tentang hantu-hantu yang tiap malam berkelana dalam kantor, baru dapat ditemukan pada esok harinya.
    Saat jalan di belakang gedung sekolah dia melihat di tengah lapangan yang di paving ada cekungan yang berderet-deret sejajar. Dia lalu bertanya pada Bu Isa, barulah ditemukan jawaban jelas, jika gedung sekolah yang dihuni sebelumnya bekas tanah pemakaman. Bu Isa dan Kasno sendiri sudah terbiasa tinggal di tempat itu, sehingga tidak begitu mengubris kalaupun ada kejadian aneh.
    Setelah mendengar penuturan itu sekujur tubuh Rudi langsung lemas. Dia tidak mampu berbuat apa-apa karena kenyatannya lahan kuburan telah berganti gedung sekolah yang megah. Menurut penuturannya hantu-hantu itu sampai sekarang masih bergentayangan. Namun, dia sudah lama tidak berkeja di sekolahan itu lagi.

    http://misterionline.com
    (cerita kiriman sujatmoko, kudus)
     
  10. rh0m4ir4m4 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 29, 2008
    Messages:
    1,382
    Trophy Points:
    131
    Ratings:
    +2,026 / -0
    Dipergoki Hantu Penunggu Stasiun

    Kejadian ini dialami Lilis sekitar tahun 2001. Saat mana musim buah rambutan sedang melimpah ruah. Lilis rupanya salah satu penggemar berat buah-buahan yang hanya berbuah dalam satu musim ini. Nah, karena kepincut dengan buah berambut ini, sampai-sampai dia mengalami kejadian menyeramkan ini. Pada tengah malam ia ditemui gerombolan orang aneh yang berjalan beriringan.
    Seperti dituturkan Lilis dalam kisahnya, saat dia kemecer ingin menikmati segar buah rambutan, pada tengah malampun tidak bakalan membuatnya surut menikmati. Ia sudah berulang kali membeli pada tengah malam, karena menunggu sampai suaminya yang bertugas sebagai satpam pulang kerja.
    Seperti malam itu, ia berdua bersama suaminya berniat untuk membeli buah rambutan di daerah pinggiran kota. Tempat yang dituju adalah sebuah sentra bongkar muat buah rambutan. Jarak tempuh dari rumahnya lumayan jauh.
    Namun karena sudah niatnya, Lilis tetap berangkat juga dengan pertimbangan di situ bisa memilih buah yang masih segar dan agak murah. Malam itu selepas suaminya kerja, jam menunjukkan pukul 20.00. Belum terlalu larut memang.
    Keduanya berboncengan naik sepeda motor, sekalian ingin mencari angin. Setelah memilih-milih buah rambutan keduanya bermaksud segera pulang. Tanpa terasa hujan mulai turun rintik-rintik. Sementara keduanya tidak membawa mantel. Karena takut kehujanan dan masuk angin, akhirnya memilih tempat untuk berteduh.
    Sampai gerimis berhentik waktu tak terasa telah mendekati tengah malam. Ketika dilirik jarum kecil jam tangannya menunjuk angka 12 (tengah malam, red) kurang dikit. Karena takut terlalu lama di jalan, akhirnya diputuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan.
    Tak terasa perjalanan mulai memasuki daerah perbatasan. Jalan nampak sepi dan lampu disekitar padam.
    Di depan tampak ada truk yang mogok. Motor terus berjalan sampai hampir mendekati truk yang mogok tepat di depan stasiun itu. Ketika hampir mendekati kira-kira berjarak 1 meter, Lilis dan suaminya sempat tak percaya menyaksikan rombongan orang yang berjalan menyeberang jalan dengan bergandengan.
    Jumlahnya ada puluhan. Anehnya, wajah mereka semuanya pucat pasi, tanpa ekspresi. Kemunculan rombongan itu sampai-sampai membuat suaminya meminggirkan laju motor agar tidak menabrak orang-orang tersebut.
    Sambil terus jalan Lilis iseng-iseng menoleh ke belakang. Anehnya lagi, rombongan orang tersebut tak nampak sama sekali. Dia coba tanyakan pada suaminya, ternyata suaminya juga tidak melihatnya tampak di kaca spion.
    Karena masih penasaran akhirnya Lilis minta kepada suaminya agar menanyakan kejadian tadi pada seorang tukang becak yang kebetulan mangkal di dekat stasiun. Ketika kemunculan manusia aneh itu ditanyakan, jabawan yang didapat justru membuatnya terhenyak.
    “Oh… rombongan orang-orang itu tho. Tidak perlu takut, mereka itu memang sering muncul di dekat stasiun. Mereka itu memedi penunggu stasiun, mungkin saja para korban kecelakaan KA yang meninggal beberapa tahun lalu. Tidak usah dipikirkan, mereka tidak pernah mengganggu,” tutur tukang becak itu.
    Mak blek! Jantung Lilis nyari saja copot mendengar penuturan itu. Maklum seumur-umurnya belum pernah menyaksikan penampakkan makhluk halus. Tahu itu Lilis segera mengajak suaminya cepat-cepat melanjutkan perjalanan. Tak terasa bulu kuduknya merinding.
    Sampai di rumah ia masih belum percaya dengan pemandangan itu. Tapi kata suaminya yang mengerti tentang ‘dunia lain’ ini mengatakan jika rombongan yang dilihatnya tadi memang bukan manusia, melainkan makhluk halus yang gentayangan. Hanya itu saja yang dikatakan suaminya.
    Atas kejadian yang baru dialami, Lilis diam-diam mengaku bersyukur karena baru tahu itu hantu setelah penampakkan itu tidak terlihat. Kalau ngerti saat berpapasan mungkin saja dia sudah pingsan duluan.

    http://misterionline.com
    (seperti diceritakan Lilis, Semarang)
     
  11. rh0m4ir4m4 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 29, 2008
    Messages:
    1,382
    Trophy Points:
    131
    Ratings:
    +2,026 / -0
    Ketika Jin Penunggu Pohon Terusik

    Kejadian ini dialami Ramli sekitar empat tahun lalu. Ketika dia masih tercatat sebagai mahasiswa Undip Semarang. Tepatnya, ketika menikmati masa liburan semesteran yang lumayan panjang. Masa liburan benar-benar diluangkan untuk rilek setelah 6 bulan bergelut dengan bangku kuliah.
    Ramli, Andri, Rachmad, dan Ridho empat sekawan yang di lingkungan kampus tergolong mahasiswa paling ulet belajar. Maka mendapatkan liburan seminggu tida dilepas begitu saja. Acara mengisi liburan pun dirancang demikian matang. Sampai-sampai rencana untuk bertandang di rumah Andri yang berada di Bandungan dibatalkan. Kemana mereka mengisi liburan?
    Berempat akhirnya menyepakati berlibur di rumah Ridho yang terletak di Purwantoro, Wonogiri. Agak terpencil memang, tapi mereka justru ingin menikmati keterpencilan itu sembari lebih dekat dengan alam pedesaan. Rumah Ridho meski masih harus menempuh perjalanan setapak sejauh 1 km bagi mereka tidak masalah.
    Singkat cerita, mereka berempat berangkat dari Semarang sekitar pukul 12.35 WIB. Tiba di kota Wonogiri sekitar 16.00 WIB. Dilanjutkan dengan naik angkudes (angkutan pedesaan) menuju ke Kecamatan Purwantoro. Sampai kemudian Ridho meminta sopir angkudes berhenti di suatu tempat. Ridho mengajak mereka turun di dekat persawahan itu karena sudah sampai pada jalan setapak menuju ke rumahnya.
    Perjalanan masih cukup jauh, agar lebih cepat mencapai rumah Ridho petang itu juga mereka mengadakan long march. Sampai selepas magrib mereka baru tiba di rumah Ridho. Namun karena rumahnya sempit diahlihkan bermalam di rumah paman Ridho. Baru pada keesokan harinya setelah bangun pagi Ramli pandangan terpaku pada sebuah pondok kosong yang dinding-dindingnya terbuat dari kayu.
    Letaknya menyendiri diantara rumah-rumah yang bertebaran di dusun berada di pinggiran bukit itu. Lokasi pondok kosong itu agak menonjol, berada di dataran agak tinggi. Ketika Ramli menawarkan teman-temannya untuk menginap di pondok kosong itu mereka tidak keberatan. Pasalnya, pada malam liburan keempat sekawan ini sering meluangkan waktu main gitar dan menyanyi-nyanyi sambil membakar jagung.
    “Terserah kalian kalau mau tinggal di rumah kosong itu. Rumah itu punyaan paman, dulu ditempati pekerja kebun paman tapi terus pindah karena tidak kerasan,” ujar paman Ridho. Pondok kosong itu lumayan luas dengan dua buah kamar dan dapur yang masih tradisional. Mereka terus bercanda tawa dan merencanakan seabreg kegiatan buat besok termasuk pergi ke kali alami yang mengalir dari atas bukit.
    Sampai malam tiba. Setelah selesai menghabiskan makan malam, jagung bakar mereka berkumpul di ruang tengah dan santai-santai sampai bermain gitar. Makin lama nyanyian yang diperdendangkan semakin mendayu hingga akhirnya satu per satu tertidur. Hanya Ramli dan Andri yang belum tidur. Masih terus bercengkerama dengan pelan, dan tidak lagi diiringi denting gitar.
    Keduanya membicarakan persoalan seputar perjalanan politik dalam negeri. Tiba-tiba Ramli yang setadi tadi terlihat termenung mendengar suara ranjang kamar depan yang kosong seperti dibebani oleh sesuatu. Serta merta dia enur menoleh ke arah kamar tanpa pintu itu. Ia terpaku melihat sesosok bayangan yang duduk di ranjang terbuat dari papan tersebut.
    Bayangan tembus pandang yang menyerupai sosok manusia duduk seorang diri. Ahh.., apa benar malam-malam begini ada orang masuk ke pondok ini, pikir Ramli. Nafas yang dihembusnya tiba-tiba seperti tercekik, mendapati sosok itu melihat ke arahnya “Kkrekkk….” bayangan itu lalu bergerak turun disertai dengan suara pijakan seperti benda berat pada lantai yang terbuat dari papan.
    Bayangan itu seperti menatap tajam ke arah Ramli dan tiba-tiba bergerak cepat melaju ke arah Ramli. Dan…, perasaannya tak bisa ditahan lagi, langsung tersentak kaget. Menjerit sekuatnya “Aaaaaaggghhhhh!!” jeritan Ramli membangunkan seluruh isi rumah itu. Namun hanya terbangun sekejab, mengira jeritan Ramli hanya main-main. Dalam waktu tidak lama tiba-tiba dari arah atap rumah terdengar bunyi yang sangat keras seperti suatu benda menabrak atap rumah itu “Brraakkk !!”
    Rasa ketakutan Ramli semakin menjadi-jadi, dia lantas menggoyang-goyangkan tubuh teman-temannya. Andri yang semula bercengkerama dengan Ramli langsung berhimpit ke arah Ramli, “Iya Ram suara apa ya tadi…,” tanya Andri yang ternyata juga ketakutan. Apa yang dia dengar tidak berhenti sampai di situ, tiba-tiba dari arah pintu depan terdengar seseorang yang mengetuk-ngetuk pintu dan kaca jendela. “tuk-tuk-tuk” suara ketukan itu terdengar berbarengan.
    Anehnya lagi, suara itu dalam waktu sekejab sudah berpindah ke arah dapur bawah lantai. Ridho dan Rachmad yang tidur langsung terbangun. Langsung respek dengan apa yang terjadi di dalam rumah kosong itu. Mereka langsung berhimpit dan berdoa bersama-sama. Suasana malam menjadi hening. Mendadak serangga malam tidak lagi terdengar.
    Baru kemudian mereka bisa melanjutkan tidur dengan tenang. Keesokan harinya paman Ridho ketika mendengar cerita keberadaan sosok dan suara misterius dalam pondok kosong sempat tercenung.
    “Oh jadi itu yang menyebabkan pekerja kebun paman tidak kerasan. Kalau begitu nanti malam kalian pindah ke rumah paman saja. Suara-suara itu setahu paman bukan setan. Mungkin jin penunggu pohon besar yang berada di dataran atasnya pondok kosong,” tuturnya paman Ridho langsung pamit pergi tidak melanjutkan ceritanya. Ridho tahu tentang keganjilan itu, siang itu juga mengajak teman-temannya pindah ke rumah pamannya. Ridho ketika itu hanya berpikir jika jin penunggu pohon besar mungkin terusik oleh kehadiran mereka.

    http://misterionline.com
    (cerita kiriman M Tohir, semarang)
     
    • Like Like x 1
    • Thanks Thanks x 1
  12. rh0m4ir4m4 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 29, 2008
    Messages:
    1,382
    Trophy Points:
    131
    Ratings:
    +2,026 / -0
    Berkelana di Alam Arwah Tapal Batas

    Di sini, di tapal batas Desa Sidosari. Tiba-tiba Virga berdiri di tengah jalan. Suasana lengang dan sepi. Tidak terlihat seorang pun yang berani lewat, karena itu Virga hanya duduk termangu seorang diri. Sesaat lewatlah serombongan orang dari arah utara. Banyak sekali jumlah mereka. Mungkin sampai ratusan!
    Perasaan Virga tiba-tiba bergidik. Ternyata pakaian yang dikenakan orang-orang itu sangat lusuh dan warnanya sama. Hitam-hitam. Semuanya berambut terbuka, tidak terlihat satupun yang memakai kopyah. Anehnya, ada beberapa orang perempuan ikut dalam rombongan. Rambut mereka tergerai, panjang mencapai punggung. Anehnya, potongan rambut dan tinggi mereka sama.
    Sementara detak jantung Virga semakin berdetak cepat, berpacu alam kepanikan. Pikirannya menangkap keanehan dengan apa yang ada dihadapannya. Segerombolan orang-orang aneh. Tidak ada seorang pun diantara mereka berkata-kata. Semua terdiam seperti membeku. Warnadi sendiri tidak menyapa. Dia merasa sedang melihat orang asing.
    “Ah, mimpi apa kenyataan yang saya lihat ini ?,” pekik hatinya sambil berulang kali matanya dikucek-kucek, menguji kesadarannya. Tidak. Aku tidak lagi mimpi. Ini semua kenyataan. Apa yang saya lihat benar-benar nyata! “Lalu, siapa mereka ?,” bisik batinnya.
    Belum habis keraguan Virga, di tengah-tengah barisan manusia-manusia aneh itu, dia melihat sebuah peti bercat hitam pekat diusung oleh 10 orang. Pakaian yang mereka kenakan sama, tidak ada bedanya antara pengusung peti mati dengan iring-iringan para pelayat itu. Arah mereka menuju ke selatan. Entah ke mana tujuan rombongan manusia aneh itu.
    “Tidak mungkin. Tidak mungkin menuju kuburan. Kuburan Sentana ada di sebelah barat desa. Di selatan sana tidak ada kuburan,”. Lalu untuk apa rombongan membawa peti mati ke arah sana? Virga tercekat seribu pertanyaan. Akal sehatnya masih terus bertanya-tanya, gerangan apa yang dia saksikan itu? Sementara iring-iringan pembawa peti mati berjalan cepat.
    “Ayo anak muda! Jangan berdiri sendirian. Ayo…!,” tiba-tiba salah seorang pengirim bicara padanya. Belum tahu maksud ajakan itu, tangan kanan pria berumur sekitar 60 tahun itu, langsung menyambar tangan Virga. Dan, menggelendangnya membaur dalam rombongan.
    Sekejab kedua kaki Virga melangkah berirama dengan kaki-kaki orang-orang itu. Keanehan segera dia rasakan. Ternyata langkah kaki Virga serasa ringan sekali. Ringan, seakan-akan tidak membawa beban berat tubuhnya. Langkah seperti kapas, melayang-layang agak naik ke udara. Kedua kakinya dia rasakan sudah tidak lagi menjamah tanah.
    “Tahan! Hentikan-hentikan. Jangan bawa aku! Siapa kalian Pak Tua,” teriak Virga meminta agar orang yang dia sebut pak Tua itu melepaskan cekalan tangannya. Berulang kali dia berteriak, tidak seorang pun diantara mereka mendengar teriakannya. Bahkan, semakin dia panik, langkah kakinya semakin melayang. Semakin cepat, semakin terbawa terbang.
    Suasana alam sekejab mata berubah putih… putih, dan semua orang aneh itu memakai pakaian putih-putih. Bersamaan itu langkah Virga terhenti. Dia dapati dirinya sendirian agak jauh dari gerombolan orang-orang itu. Aktivitas mereka tidak lagi mengusung peti, namun tengah mengelilingi peti mati. Virga mendapati dirinya masih mengenakan pakaian semula. Warna merah dipadu celana hitam.
    Orang-orang itu tetap diam terpaku. Tidak sampai semenit, tiba-tiba asap tipis keluar dari sela tutup peti mati. Dua detik kemudian, tutup peti berlahan membuka dengan sendirinya. Hingga terbuka, blak! Berganti, dari dalam peti keluar sosok bertubuh hitam. Wajahnya menakutkan. Penuh luka. Bahkan sebuah anak panah masih menancap di bagian atas kepalanya.
    Sekujur tubuhnya juga penuh luka bacokan. Darah hitam mengental terlihat masih menetes di belahan lukanya. Dia berjalan mendekati Virga. Sekejab itu bau anyir menebar ke mana-mana. Lebih dekat lagi, salah satu mata sosok itu ternyata pecah. Seperti bekas tertancap anak panah. Tubuhnya semakin dekat ke arah Virga.
    Belum sampai semeter Virga tidak tahan lagi. Rasa takutnya sudah nyaris di ambang batas. Seketika itu dia berguman. ”Tuhan makhluk apa yang sedang saya hadapi ini…,” setelah itu dia tidak tersadarkan diri. Entah berapa lama, entah di mana dirinya, ketika itu tidak tahu.
    “Bangun-bangun Vir. Ibumu ada di sini,” lamat-lamat dia mendengar suara orang tua membangunkannya. Dia lihat sekelilingnya ada beberapa orang, termasuknya ibunya. Hari ketika itu sudah malam. Kembali dia tersadar. “Aku kok di rumah,” ceplosnya tanpa sadar. “Ini Mbah Kodir Vir. Dia orang pinter dari seberang desa. Sore tadi Martono menemukanmu pingsan di bawah pohon sawo tua dekat tapal batas,” tutur ibunya.
    “Kata Mbah Kodir kamu kesurupan ruh penunggu tapal batas. Perlu kamu tahu. Di situ dulu menjadi tempat pertempuran kadipaten Sidosari dengan Kalirejo. Banyak prajurit yang terbunuh di situ. Adipati Sidosari juga tewas mengenaskan. Mayatnya dicacah-cacah, mata dicongkel. Prajurit Kalirejo yang menang sangat membenci adipati Sidosari. Dia sangat kejam terhadap rakyat Kalirejo. Tapi, rakyatnya sendiri sangat menghomati dia,”.
    Belum habis ibunya bercerita, Virga langsung lemas, ”Oh Tuhan. Ternyata sosok itu arwah Adipati Sidosari!,” pekiknya langsung lemas. Setelah itu dia tidak berkata-kata lagi. Tidur pulas dipangkuan ibunya.

    http://misterionline.com
    (Ungaran, 2 April 2008, muis)
     
  13. rh0m4ir4m4 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 29, 2008
    Messages:
    1,382
    Trophy Points:
    131
    Ratings:
    +2,026 / -0
    Digoda Mbakyu Penunggu Jembatan

    Malam itu pertama kalinya Adi pulang tidak biasanya. Dia agak kemalaman. Tidak seperti biasanya yang sampai di desanya sebelum maghrib. Namun karena di terminal ada demo sopir bus, maka tidak ada satu pun bus bisa ditumpanginya untuk pulang. Mau tidak mau dia pulang dengan jalan kaki. Padahal, jarak yang harus ditempuh sekitar 5 kilometer!
    “Sialan, jalannya gelap lagi, mana perut sudah lapar, jalannya agak cepat deh biar cepat sampai warung pojok, ngopi dulu,” guman Adi sambil membayangkan nyeruput kopi di warung pojok desa terdekat. Dengan langkah panjang dan cepat Adi berjalan sambil
    sesekali menengok jam tangannya yang waktu itu sudah menunjukkan pukul 20.00 WIB.
    “Sial, kok warungnya tutup, payah.” gerutu Adi tak habis-habisnya. “Kalau gini bisa mati kehausan nih, motong jalan aja
    deh, tapi hutan karet itu serem juga, ah cuek saja lah, mana ada hantu yang berani ganggu aku,” sesumbarnya.
    Akhirnya dengan sedikit perasaan takut, Adi mengambil jalan pintas melewati jalan setapak tengah perkebunan karet. Perkebunan karet itu terletak di seberang desa Adi, namun sebelum melewatinya harus melalui beberapa petak sawah dan menyeberang sungai kecil.
    “Tumben malam ini kok sepi yah, ohhh ada hajatan di desa kulon nanggap wayang, pantesan banyak yang pada
    nonton,” gumannya lagi.
    Sesekali Adi memang bersenandung atau berguman ngomong sendiri, sekedar menghilangkan rasa takutnya. Karena menurut cerita orang kampung hutan karet itu cukup angker, sering ada suara-suara menakutkan dari rerimbunan pohon tersebut, ah itu pasti hanya cerita
    orang untuk menakuti anaknya saja. Memasuki hutan karet, Adi diam seribu basa, tak hentinya mulutnya berguman melayangkan doa-doa untuk menenangkan dirinya. Setelah beberapa saat Adi mulai melihat cahaya lampu rumah, amin…, akhirnya sampai juga.
    Tapi siapa itu, dilihatnya ada seorang wanita berjalan sendirian melewati jembatan, sambil menggendong bakul.
    “Siapa yah, ohh mungkin itu penjual kacang godhog yang mau jualan di wayangan, tapi boleh juga nih untuk ngisi perut sementara dari pada keroncongan terus.” pikir Adi, karena dia masih harus melewati satu desa lagi untuk sampai di rumahnya.
    “Yu, mande kacang nggih, mbok kula tumbas sewu mawon (Yu, jualan kacang ya, saya beli ya),” ujar Adi pada wanita itu.
    Wanita itu berhenti dan duduk meletakkan bakulnya di tanah sambil membuka bakulnya dan menyerahkan sebungkus kacang yang masih mengepul itu. “Kok mendel mawon to yu, nopo mboten kewengen medal sak niki (Kok diam saja yu, apa tidak kemalaman lewat sini)?”.
    Aneh, wanita itu cuma senyam-senyum saja, tanpa bicara sepatah kata pun. Tidak ada yang aneh sih, tapi
    tiba-tiba bulu kuduk Adi merinding dan sepertinya tercium bau-bauan yang wangi. “Atos-atos lho yu, kok wani to mlaku dewe nopo mboten wedi, kok kulo rodho mrinding niki (ati-ati lho yu, kok berani jalan sendirian apa tidak takut, kok saya rada merinding ini),” ujar Adi seraya memberikan uang seribuan pada wanita tersebut.
    Tiba-tiba saja ada angin mendesir pelan diiringi tawa cekikikan pelan dari mulut wanita cantik itu.
    Dan wanita itu mendekat pada Adi, lalu… “Aku wedi mas, kancani aku yo… (aku takut mas, temani aku yo)” tiba-tiba wanita itu ngomong dengan suara serak seperti suara nenek-nenek sedang makan sirih, disertai dengan tawa cekikikan.
    Spontan Adi kaget dan ndredeg seluruh tubuh. Mau teriak tidak bisa, akhirnya saking kagetnya dia
    pingsan ditempat itu juga. Keesokan paginya, Adi sudah berada di balai-balai rumah penduduk desa setempat, dia dikerumuni banyak
    orang. “Kei ngobe wis sadar (kasih minum sudah sadar) ” ujar salah seorang bapak yang bernama Pak Panut.
    “Nak, tadi malam kamu ditemukan oleh warga pingsan di dekat jembatan, kamu kenapa,” tanya salah satu warga. Lalu tiba-tiba datang bapak dan ibunya yang diberitahu oleh warga yang mengenal Adi sebagai anak dari Pak Pardi warga kampung sebelah. “Ngopo kowe Di, kok ora mulih malah turu kene (kenapa kamu Di, kok tidak pulang malah tidur disini),” tanya ibunya cemas.
    “Mboten nopo-nopo bu, Adi namung di weruhi mbakyu sing tunggu kali (tidak apa-apa bu, adi cuma ditemui Mbakyu yang menunggu sungai),” ujar pak Panut. Ternyata dia disapa oleh mbakyu demikian orang kampung biasa memanggil sosok wanita penunggu sungai dan jembatan desa, namun mbakyu tidak pernah membuat celaka hanya sebatas menggoda saja. Kapok deh, sejak saat itu dia takut banget bila pulang kemalaman, lebih baik tidur di kantor saja lah.

    http://misterionline.com
    (cerita uji solo, jawa tengah)
     
  14. rh0m4ir4m4 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 29, 2008
    Messages:
    1,382
    Trophy Points:
    131
    Ratings:
    +2,026 / -0
    Dibopong Hantu Gudang Pabrik

    Gemetar bercampur keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya. Dewi, karyawati sebuah perusahaan swasta di Jl Kaligawe, Semarang ini sempat tak sadarkan diri gara-gara dibopong dan diboyong hantu di gudang pabriknya. Waktu itu tidak biasanya dia ngantuk berat dan hampir tersungkur. Dewi kemudian tertidur, saat terbangun tahu-tahu sudah berada dalam gudang dikelilingi rekan-rekannya.
    Dewi, Gadis remaja asal Salatiga adalah pekerja salah satu pabrik yang ada di kawasan Jl Kaligawe Semarang. Karena terdesak kebutuhan ekonomi sudah 2 tahun mengharuskan dara jelita ini merantau ke Semarang. Ditambah semakin sulit cari kerja, akhirnya ia menerima tawaran temannya kerja di pabrik yang berada di jalur rawan kecelakaan itu.
    Bersama rekan kerja lain yang kebanyakan wanita ia mengurusi bagian pengepakan yang sudah barang tentu berdekatan dengan gudang. Meski seorang gadis, namun di kalangan pekerja ia tergolong rajin sehingga tidak jarang membantu temanya merampungkan pekerjaan yang tersisa. Ternyata keberanian itu terkadang mengalami kejadian sial, bahkan menyeramkan. Digarangi hantu gudang pabrik. Kejadian itu dialami saat masuk sip II, berangkat sore dan pulang tengah malam.
    Seperti biasa ia berangkat naik angkutan umum sekitar pukul 14.00 WIB dan berakhir pukul 23.00 WIB atau sekitar pukul 24.00 WIB. Setelah beberapa produk dia kemas dikumpulkan, tiba-tiba ia terserang kantuk berat. Karena takut terjadi kecelakaan, kejepit mesin misalnya, atau ketimpa kemasan, ia memutuskan untuk beristirahat. Tanpa pikir panjang, ia langsung menuju mushola yang berdekatan dengan gudang belakang pabrik.
    Setalah berjalan tidak lebih 3 menit, sampailah ia di tempat itu. Saking ngantuknya, langsung membasuk muka dan bermaksud istirahat di mushola.
    Meski sudah membasuh muka, namun tidak menghilangkan kantuk. Tanpa sadar ia tersungkur dan terlelap. Entah berapa lama ia terlelap, tiba-tiba setengah tersadar merasakan tubuhnya gerah, namun ia tidak kuasa bangun. Semakin lama makin pengap, hampir tidak ada ruang untuk bernafas apalagi bergerak.
    Entah mengapa, bagai dibungkam mulutnya juga tidak bisa mengeluarkan suara. Padahal dalam perasaannya ia sudah berteriak sekencang-kencangnya dengan maksud teman-temannya mendengar teriakannya.
    Semakin lama ia merasakan tubuhnya semakin mengejang, seolah ada yang mendekapnya. Dalam setengah sadarnya itu ia merasa sesosok tubuh tingi besar, hitam legam mendekapnya, tapi tidak berbicara apa-apa. “Tolong…tolong…, siapa kamu,” teriaknya berulang kali. Makin kencang ia berteriak, makin kuat pula sosok menyeramkan itu mendekapnya, nafasnya makin tersumbat. Seperti orang yang mati sekarat ia terus meronta tak kunjung mendapatkan hasil, bahkan bayangan di hadapannya seolah tampak menyeramkan.
    Entah siapa yang mengajari dan membisikan di telinganya, mendadak ia terdiam dan menarik nafas dalam-dalam dan mulutnya komat-kamit membaca sebisanya. Dengan sisa-sia kesadaran dan tenaganya, gadis lima bersaudara itu menghentakkan kedua tangannya sambil mengucapkan lafat-lafat ayat suci sekuat batinnya. Nah, rupanya usaha itu membuahkan hasil. Berlahan-lahan, dekapan makhluk aneh itu makin berkurang dan tubuhnya tearsa lepas dan tak sadarkan diri.
    Entah apa yang terjadi dengan Dewi, jika Lusi (temannya) tidak menjenguknya di mushola, mungkin tidak bisa ditolong. “Saya kaget banget, saya khawatir ada apa-apa, kok lama sekali dia. Wong pamitnya cuma sebentar kok sampai hampir subuh, yaa saya susul ke mushola. Saya kaget kok nggak ada, akhirnya saya lihat ke gudang. Eh, entah saya kaget banget, dia terlentang di gudang itu,” tutur Lusi.
    Karena panik, Lusi memanggil pekerja lainnya dan dibaringkan di klinik pabrik. “Wah aneh-aneh saja, makanya jangan dipaksa kalau kerja, begini nih akibatnya. Memang malam Jumat begini ini ada-ada saja yang aneh. Minggu kemarin saja Semprul kejang nggak ketahuan penyebabnya, lah sekarang Dewi,” sahut Parman.
    Setelah menunggu beberapa jam, Dewi tersadar dan langsung gelagapan, seolah mencari sesuatu di sekelilingnya. Melihat banyak orang di sekelilingnya Dewi bingung. Rupanya ia baru sadar bahwa dirinya telah dibopong makhluk halus dan dipindah ke gudang pabrik. Sejak itulah Dewi tidak berani sendirian ke belakang, apalagi dekat gudang. “Saya tidak tahu kalau saya waktu itu sudah ada di gudang,” getar bibir Dewi yang masing gemetar dengan pucat legilemah seperti yang diceritakan Lusi.

    http://misterionline.com
    (cerita supri, banyumanik semarang)
     
  15. rh0m4ir4m4 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 29, 2008
    Messages:
    1,382
    Trophy Points:
    131
    Ratings:
    +2,026 / -0
    Kemping di Gunung

    Liburan sekolah telah datang, saat yang dinanti telah tiba.

    Ada acara yang rutin kami lakukan untuk mengisi hari-hari libur kami.

    Untuk acara liburan kali ini aku dan teman-teman telah berencana untuk pergi kemping ke gunung gede di jawa barat.

    Berangkat dari jakarta hari kamis pagi bersama 6 orang temanku, naik bus dari lebak bulus menuju lokasi perkemahan.

    Singkat cerita sesampainya disana kami kemudian mencari lokasi yang enak dan tenang. Setelah berjalan mendaki selama 2jam kami temukan lokasi yang cocok, tepat dipinggir sungai dengan air yang jernih dan segar.

    Tenda telah berdiri, hari pun sudah menjelang malam. Kami berencana membuat api unggun untuk memasak dan menghangatkan badan, kayu bakar telah siap. Apes korek api habis, mau ngga mau musti cari korek buat nyalain api.. untungnya tak jauh dari tempat kami mendirikan tenda kami melihat ada anggota lain yang sudah menyalakan api unggun.

    Akupun pergi kesana berniat untuk meminjan korek api. Korek api kupinjam dari seorang perempuan disana yang sedang memasak. Namun sayang wajahnya kurang jelas kulihat, karena gelapnya malam di hutan, hanya diterangi oleh setitik api unggun yang mengepulkan asap.

    Pagi harinya aku kembali kesana untuk mengembalikan korek api yang kupinjam semalam, namun apa yang terjadi.. ternyata tempat yang kudatangi semalam adalah sebuah makam tua..

    Tidak ada bekas api unggun ataupun bekas orang mendirikan tenda disana..

    Kontan saja bulu kuduk ku langsung berdiri. Tanpa basa-basi aku langsung lari kembali ketempat perkemahanku dan menceritakan kejadian itu pada teman-temanku.

    Tanpa disadari korek api yang kupinjam dari sana masih kupegang erat, namun korek itu sungguh aneh. Terbuat dari logam kuning keemasan.

    Untuk mencari tau apa yang terjadi kami mendatangi seorang kuncen penjaga perkemahan dibawah. Dia menceritakan bahwa memang ada sosok wanita penjaga diatas sana. Sosok wanita tersebut tidak punya niat jahat, justru dia memberikan korek api tersebut untuk saya agar terhindar dari mala petaka.

    Aku sungguh sangat bersukur, namun aku rasa aku belum dapat menerima pemberian “wanita” tersebut dan kutitipkan pusaka “korek api” kepada sang kuncen penunggu perkemahan.

    http://ceritahoror.bedeng.com
    Dari: demit
     
  16. rh0m4ir4m4 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 29, 2008
    Messages:
    1,382
    Trophy Points:
    131
    Ratings:
    +2,026 / -0
    Kuntilanak

    Rumah berpagar kelabu itu baru saja ditinggalkan pemiliknya beberapa minggu yang lalu. Dan karena suatu alasan, rumah kosong itu sudah menimbulkan kesan angker.

    Bayangkan. Rumah satu lantai itu halamannya dinaungi oleh sebuah pohon mangga yang besar dan berdaun lebat. Lalu pagarnya dihinggapi tanaman merambat, dan dindingnya dirayapi oleh lumut hijau. Kalau siang hari sih kesannya asri dan teduh, apalagi melihat bagian-bagian rumah itu (selain yang baru saja kusebutkan, tentunya) yang jauh dari kesan tidak terawat.

    Tapi kalau malam hari, brr. Gelap. Sangat gelap. Bahkan untuk lewat di depannya saja membuatku merinding. Bikin aku jadi kepikiran: jangan-jangan ke’angker’an seperti ini yang membuat penghuninya pindah? …Ah, konyol! Atau, mungkinkah…?

    Dan seperti halnya malam ini, ketika (lagi-lagi) aku harus melewati jalan di depan rumah tersebut. Kalau boleh memilih sih, aku ogah lewat sini. Mendingan lewat jalan lain.

    Masalahnya, ’jalan lain’ itu tidak ada. Rumahku kebetulan berada di ruas jalan buntu yang hanya dapat diakses dari satu ujung saja. Dan rumah angker itu, sialnya, berada di ruas jalan yang sama.

    Aahh! Sial! Kenapa juga di tengah malem begini aku mesti ke rumah Didi buat ngembaliin buku tugas yang aku pinjem minggu lalu?! (Oke, aku memang salah karena udah minjem sesuatu tapi lupa ngembaliin. Tapi kenapa tu anak ngingetinnya MALAM INI?!!)

    Tapi, yah, mau bagaimana lagi? Aku pun terpaksa mengayuh sepedaku menuju rumah Didi, teman sekelasku yang tinggal di seberang perumahan. Dan mau tak mau, aku harus melewati rumah angker itu.

    ***

    Mau tahu apa yang terjadi selanjutnya? Tolong, jangan tanya detilnya. Karena yang bisa kuingat hanyalah diriku yang berteriak seperti banci setelah melihat sesosok makhluk yang mengerikan: rambutnya panjang dan berantakan, mengenakan gaun putih panjang, dan ia melompat dari atas pagar rumah angker itu!

    Dan saat ini Didi sedang menertawaiku gila-gilaan karena cerita tersebut. Cerita yang kusampaikan dalam keadaan basah kuyup oleh keringat ketakutan.

    … dan aku pun balik menyerapahinya.

    ***

    Keesokan paginya, ketika aku berangkat ke sekolah, lagi-lagi aku melewati rumah itu. Brrr, nggak ada lagi yang perlu diceritain. Aku harus cepat-cepat menyingkir sebelum aku ketemu makhluk yang aneh-aneh lagi.

    ***

    Malam ini, Didi rewel lagi. Buku catatan yang kupinjam darinya dua hari lalu, dia minta untuk dikembalikan. Soalnya besok ada ulangan dan materinya ada di buku itu. Karena sudah selesai kusalin dan kupelajari, aku sih ho-oh aja. Tapi masalahnya, ”#$*#&! Kenapa kamu baru minta jam segini!!?”

    ”Hehe, sorry. Habis, baru inget sih,” jawab Didi enteng.

    Dan aku sudah benar-benar berniat membuat keributan dengan sumpah serapah yang tidak pantas, kalau saja aku tidak ingat sekarang sudah jam setengah duabelas malam!

    Dengan setengah hati yang penuh dongkolan, akupun kembali mengayuh sepedaku.

    Namun belum puas aku mendongkol, tiba-tiba aku melihat sesuatu agak jauh di depan sana: di depan rumah angker itu, seseorang, rambut panjang menutupi muka, gaun putih menyampir tanah, -

    IYAAUW…! Kuntilanak itu lagi!!! TIDAAAK!!!

    ”Heeey, tungguuu…!” seru si Kunti ketika aku mabur di hadapannya. Aku tidak peduli walaupun suara itu terdengar seperti suara seorang gadis yang sangat manis. Hiiy!

    Dan aku tidak akan berhenti mengayuh sepedaku kencang-kencang…

    … kalau saja ban sepedaku tidak melindas batu besar di tengah jalan- [DHAKK!] …

    … dan membuatku terpelanting jatuh ke jalan beraspal…

    [GUBRAKK!]

    Oww…!

    Usai meratapi luka berdarah di dengkulku, aku menatap ke arah jalan yang tadi kulalui-

    Dan makhluk menyeramkan itu mulai mendekatiku dengan cepat! Tiba-tiba rasa sakit di dengkulku menghilang, berganti dengan rasa panik yang dibarengi dengan keringat dingin di sekujur tubuhku.

    Komat-kamit aku melancarkan berbagai doa. Lalu kututup mataku, berharap ini semua hanya mimpi dan ketika nanti aku membuka mata, aku akan terbangun di atas kasur empukku yang nyaman.

    Tidak! Semua itu sia-sia! Aku membuka mataku, dan Kuntilanak itu sudah berada persis di hadapanku! Bahkan tangannya yang dingin sudah menggenggam pundakku!! HYAAAAAAAaaaaaa…………!

    …ehh???

    Tapi….

    Tunggu dulu..!

    Sejak kapan Kuntilanak BERKACAMATA?!

    ”Dhani…! Kamu nggak pa-pa?!”

    ”CHERYL?!!” seruku dengan raut wajah orang bego.

    ***

    Hhhh….

    Dan hadirin sekalian, mari kuperkenalkan: Sang ”Kuntilanak”, Cheryl. Seorang gadis biasa (bukan hantu, setan, atau semacamnya), juga teman sekelasku, yang tempat tinggalnya cukup jauh tapi entah kenapa bisa berada di sini. Ia adalah anak cewek anggota klub teater yang perilaku dan pikirannya agak eksentrik. Mau tahu alasannya?

    ”Kamu tinggal di rumah kosong ini, menyamar jadi hantu, cuman buat ngedalemin peran?!” seruku memastikan.

    ” ’cuman’ katamu…?” sahut Cheryl dengan raut manyun. ”Ini namanya PENGHAYATAN PERAN. Esensi terpenting dari sebuah penampilan teater!”

    ”Heh, dan menakut-nakuti orang juga bagian dari ’penghayatan’ itu?” cibirku.

    ”Kalau orang-orang takut pada penampilanku yang seperti ini, berarti aku sukses memerankan karakterku,” jawabnya mantap. Kata-katanya mungkin terdengar aneh dan tidak masuk akal, tapi percaya atau tidak, tatapan matanya menunjukkan kalau ia sangat serius. Sekarang paham kan, mengapa aku menyebut Cheryl itu ’eksentrik’?

    ”Jadi, selama dua malem ini kamu ’nyepi’ di sini buat persiapan pementasan?” ujarku sambil memandangi interior rumah kosong tempatku dan Cheryl sekarang berada. Benar-benar nyaris gelap gulita dan hanya diterangi oleh beberapa batang lilin. Sementara itu, Cheryl mengobati luka lecet yang ada di lutut dan pergelangan tanganku dengan obat-obatan yang dibawanya. Katanya sih, buat jaga-jaga kalo ada kecelakaan pas latihan adegan Kuntilanak lompat pagar (inget gak, sama kejadian kemarin malam waktu aku ngeliat Kunti yang lompat dari pagar?)

    ”Begitulah. Emangnya Yayangku nggak ngasih tau?” sahut Cheryl.

    ”Si Didi? Ngasi tau apa?” aku balik bertanya.

    BTW, Didi dan Cheryl itu sebenernya pacaran. Makanya Cheryl selalu memanggil sohibku itu dengan sebutan ’Yayang’. Mesra sekali. Tapi apakah aku cemburu? Sayangnya tidak. Cewek nyentrik sejenis Cheryl jauh dari tipe cewek idamanku.

    ”Aku sempat ngasi tau Yayang kalo aku lagi latihan peran di rumah kosong milik sepupuku yang ada di deket rumahmu. Maksudnya biar dia gak bingung kalo nyariin aku gitu,” sahut Cheryl kemudian.

    ”Bahkan kemarin, waktu aku ngeliat kamu ngibrit gara-gara aku, aku juga langsung telpon dia biar ngasi tau kamu. Emangnya dia gak ngomong apa-apa?”

    Tiba-tiba aku teringat waktu kemarin di rumah Didi. Waktu itu, tu anak ketawa kepingkal-pingkal sampe gelesotan di lantai pas denger ceritaku. Aku kira itu gara-gara dia gak percaya. Rupanya, dia tahu kalo ceritaku itu bener dan yang dia ketawain tu reaksiku yang ketakutan setengah mati. Aku bener-bener dikerjain….

    ***

    Seperempat jam kemudian, aku pun pamit pulang. Iya, pulang. Ke rumah. Bodo amat sama buku catatan Didi yang belum kukembaliin. Biarin aja besok dia ulangan nggak belajar. Salahnya ngerjain aku. Wee!

    ”Omong-omong kamu nggak pa-pa sendirian di tempat begini?” tanyaku sebelum aku mulai mengayuh sepedaku yang, untungnya, masih baik-baik saja.

    ”Tenang aja. Suplai makanan cukup, sleeping bag juga udah ada,” sahut Cheryl santai.

    … bukan itu maksudku! Ah, sudahlah, dasar cewek aneh. ”Kalo gitu aku tinggal dulu ya. Entar kalo ada apa-apa, kamu tahu nomor telpon rumahku kan?”

    ”Beres!”

    ”Ya udah. Bye!”

    ”Bye!”

    ***

    Dan begitulah. Semuanya berjalan baik just fine. Pagi tadi si Didi memuntahkan sumpah serapah abis-abisan gara-gara aku nggak ngembaliin catatannya, sementara aku sendiri cuman cengar-cengir sambil bilang, ”Rasain! Makanya jangan suka ngerjain temen!” Hehehe.

    Dan siang ini, rumah itu pun sudah tidak terasa seangker sebelumnya. Pagarnya yang dililiti tanaman merambat, tamannya yang teduh dinaungi pohon mangga yang subur, lalu tembok yang sebagian kecil sisinya ditumbuhi lumut hijau yang nampak segar. Benar-benar rindang dan asri. Mungkin aku cuma paranoid waktu berpikir rumah itu bener-bener angker.

    Sambil mengayuh sepedaku melewati rumah kosong itu, sesaat aku melongok ke dalam jendelanya. Samar-samar kulihat bayang-bayang seorang wanita berambut panjang. Pasti itu Cheryl yang lagi latihan buat pementasan klub teaternya. Entar mampir ah!

    ***

    Di saat yang sama, ponsel Cheryl berdering. Pada layarnya terpampang tulisan: Yayang_HP.

    ”Ya, hallo?”

    ”Hey, Say. Lagi ngapain?”

    ”Lagi latihan. Ada apa sih?! Ngerusak penghayatan aja!”

    ”Ehehe, sorry. Aku mo minta tolong diajarin soal trigonometri yang kemaren. Abis susah banget!”

    ”Ya udah, ke sini aja.”

    ”Sekarang nih?! Thanks! Kamu latihan di mana? Di rumah kosong punya sepupumu itu?”

    ”Nggak. Sekarang aku lagi latihan di gedung aula sekolah….”

    http://ceritahoror.bedeng.com
    Dari: FIN
     
  17. rh0m4ir4m4 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 29, 2008
    Messages:
    1,382
    Trophy Points:
    131
    Ratings:
    +2,026 / -0
    Hantu Cewek

    gini ni cerita rumah baru gw yang diujung berung bandung..waktu itu akhir tahun 2000 gw dikasih rumah ma nyokap tuh buat ditempati di ujung berung sebelumnya gw kos diciseke jtnangor…pertama gw tempati rumah itu dah ngerasa ga enak kbetulan tuk soal gitu gw bisa ngerasaain khadiran mereka tapi gw ga ambil pusing waktu itu….dah 2 hari tinggal disana mulailah kejadian2 aneh dari mulai yang ketuk2 pintu,mandi,ketuk2 kaca sampai nyalain tv n matiin sendiri…sampai2 beberapa hari gw ga mau keluar kamar kalo malam tiba soalnya takut sampai perang dibatin gw juga kbtulan gw tinggal sendiri..yang paling menakutkan pas gw pengen BAB malam2 pas keluar dari kamar mandi gw lihat tuh cewe lagi berdiri didepan gw sambil menyeringai dengan darah menetes dari mulutnya tubuh gw terasa kaku banget ga bisa apa2 mo lari ga bisa mo ngomong ga bisa jg..dalam hati gw berdoa n kumpulin keberanian sampai gw bisa ngomong..gw ngomong kedia sambil ketakutan gw bilang..MANEH EUK CICING DIDIEU PEK BAE ASAL ULAH NGAGANGGU SOALNNA GEUS BEDA ALAM ANGGURAN MAH JAGA IMAH IEU..dah gw ngomong gitu tuh hantu ketawa sambil menghilang..
    alhamdulliah sejak kejadian itu gw ga pernah diganggu lagi cma kalo ad orang baru yang nginep dirumah dia suka kenalan dah banyak deh teman2 gw yang ngalamin itu waktu tidur dirumah cma gw bilang dia cuma pengen kenal dan ga bakalan ngeganggu..

    http://ceritahoror.bedeng.com
    Dari: Scarface
     
  18. rh0m4ir4m4 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 29, 2008
    Messages:
    1,382
    Trophy Points:
    131
    Ratings:
    +2,026 / -0
    Hantu Putih

    Sudah sering kudengar cerita hantu. Berteriak atau mengambil langkah seribu merupakan reaksi kebanyakan mereka yang bertemu dengannya. Juga beberapa wanita yang melihat hantu secara refleks menutup mulut dengan tangan, bukannya berteriak duluan.

    Aku tumbuh dalam cerita hantu. Di mana-mana ada hantu, di bawah pohon durian, di belakang rumah, di loteng, di atap, di dapur, pokoknya dimana-mana ada hantu. Bila senja turun, kami tidak boleh keluar rumah. Saat matahari mulai beristirahat adalah saat hantu mulai berkeliaran, begitulah kata nenek tua yang tinggal tidak jauh dari rumah kami.

    Sebelumnya aku sama sekali tidak pernah mengalami apa yang namanya melihat hantu. Sampai suatu ketika, ketika sendirian di kost, akhirnya bisa bercerita bagaimana rasanya melihat hantu. Akhir pekan, semua penghuni kost pulang kampung, ada yang ke Cilacap, Ponorogo, Klaten, ada juga yang hanya pulang ke Kota Gede. Meninggalkanku sendirian di kost.

    Kamarku tidak layak disebut kamar. Hanya sebuah sekat tripleks di ruang tamu yang cukup luas. Tripleks-nyapun tidak sampai ke plafon. Ada ruang kosong setengah meter di bawah plafon, cukup untuk membiarkan cahaya remang-remang masuk bila lampu sekat dimatikan.

    Bukan kamar yang tepat untuk sebuah privasi, tetapi inilah kamar termurah. Tidak apa-apa, aku datang ke sini untuk kuliah bukan mencari privasi. Kadang terganggu juga dengan keributan di ruang tamu, apalagi ketika ada acara bola. Kadang teman yang pacaran di ruang tamu suka berbisik-bisik, biar tambah romatis. Sesuatu yang sangat mengganggu konsentrasiku.

    Malam sudah beranjak pukul setengah sebelas, dari tadi kantuk sudah menyerang. Kumatikan lampu ruang tamu, namun tetap ada sedikit cahaya masuk dari bagian depan rumah. Sebenarnya aku masih ingin terus menonton televisi, tetapi besok harus bangun pagi-pagi. Ada yang harus aku siapkan, sesuatu yang sangat tidak kusukai karena seharusnya bisa bangun kapanpun mau besok pagi.

    Bukan cuma hanya mampu membayar sebuah sekat di ruang tamu, akulah orang termiskin di kost ini. Tidak banyak isi sekat ini, sebuah kasur warisan kakak tingkat merupakan hartaku yang paling berharga. Aku mulai membaringkan diri dan memejamkan mata sambil menghadap tembok, membelakangi pintu.

    Aku menyukai saat ketika berada di antara alam sadar dan alam bawah sadar. Maksudnya saat ketika kita sudah mau tidur tetapi belum benar-benar tidur. Biasanya pada fase ini suara sekecil apapun akan membuat terbangun.

    Sebuah suara kecil terdengar dan aku kembali ke alam sadar. Lalu membalikkan badan. Mencari sumber suara.

    Reaksi orang melihat hantu? aku akhirnya mengalaminya sendiri.

    Tubuhku langsung membeku, tanpa bisa bergerak. Bahkan darahpun mungkin berhenti mengalir. Sama sekali tidak mampu bergerak, seolah-olah seluruh tubuh menjadi lumpuh. Tidak ada refleks untuk berteriak. Jangankan menggerakan mulut, merubah posisi yang sudah setengah berbalikpun tidak mampu. Jika dalam film atau cerita silat Indonesia, saat itu aku berada dalam keadaan tertotok oleh seorang jago silat aliran hitam.

    Sesosok putih di balik pintu membuatku lumpuh seketika. Aku tidak tahu berapa lama aku dalam posisi seperti ini. Pasti tidak terlalu lama, lalu mata minusku mulai menyesuaikan diri dengan keremangan kamar. Sadar sosok putih itu adalah jaket tergantung. kemarin aku menggantungnya dengan cara bagian dalam yang berwarna putih berada di bagian luar.

    Aku sudah merasakan bagaimana rasanya melihat hantu. Tidak seperti di film atau di cerita, reaksi pertama melihat hantu: tubuh membeku sehingga membentuk posisi tubuh yang aneh, darah berhenti mengalir, dan tidak akan ada refleks untuk berteriak.

    http://ceritahoror.bedeng.com
    Dari: Anakpartisa
     
  19. rh0m4ir4m4 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 29, 2008
    Messages:
    1,382
    Trophy Points:
    131
    Ratings:
    +2,026 / -0
    Wanita Misterius

    Kisah ini terjadi sekitar 1 tahun yang lalu, waktu itu aku dan ibu mau pergi menengok budhe yang sedang sakit di rumah sakit. Pada waktu kita berangkat jam menunjukkan pukul 22.30 wib, karena kami ditelpon anaknya budhe malam hari sekitar pukul 22.00 wib. Malam itu juga kami putuskan untuk menjenguk budhe, kami berjalan melewati jalan di daerah timur kota Semarang, tepatnya di depan SMA Institut Indonesia.

    Jalanan sepi, karena abis hujan, gelap dan tidak ada seorangpun yang lewat kecuali kami berdua. Pas di depan sebuah rumah tua, ada seseorang yang menyeberang di jembatan, karena jalan itu dua arah dipisahkan oleh sungai yang cukup besar. Terlihat dari kejauhan yang menyeberang itu adalah seorang wanita, bertubuh semampai, memakai kerudung warna hijau gelap, dan setelah aku memperhatikan cara jalan wanita itu seperti melompat-lompat, mukanya tidak kelihatan karena tertutup kerudung.

    Aku mengambil inisiatif untuk ngomong dengan ibu, ternyata ibu tidak melihat wanita itu, aku kaget sekali pada waktu itu, beliau ngomong “Mana, kok aku nggak liat apa-apa”, padahal jarak kami dengan wanita itu makin lama makin dekat. Aku mencoba untuk tenang. Aku membaca ayat-ayat suci Al-Quran sambil terus menjalankan motorku, sampai akhirnya kita berpapasan, aku liat mukanya dengan jelas, karena terkena sorot lampu motor. Wuiii..h ngeri banget. Mukanya separo berwarna merah ditutupi dengan kerudung hijaunya, bajunya berlumuran darah, kakinya yang satu nggak ada telapaknya.. wuih aku benar-benar ngeri melihatnya. Pada waktu itu ibu juga diam saja, nggak bereaksi apa-apa, baru setelah kami melewatinya, beliau ngomong "Kok, baunya wangi banget ya…", terus ibu menoleh ke belakang ternyata dia kaget melihat seorang wanita yang melompat masuk ke dalam suatu rumah kosong itu dengan menghentakkan satu kakinya. Ibu menyuruh aku agar mempercepat laju motornya. Akhirnya kami baru bisa saling ngomong, setelah kami tiba di rumah sakit. Jadi ibu baru tahu wanita itu setelah kami melewatinya, sedangkan pas wanita itu berada di depan hanya aku saja yang tahu.
     
  20. rh0m4ir4m4 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 29, 2008
    Messages:
    1,382
    Trophy Points:
    131
    Ratings:
    +2,026 / -0
    Perjanjian Alam Kubur

    Nama Neneng cukup terkenal di kawasan Tambun, Jawa Barat. Tak hanya itu, wanita ini juga menjadi incaran para laki-laki yang berusaha untuk mempersunting dirinya. Pasalnya, Neneng mempunyai kecantikan dan keindahan tubuh yang sangat luar biasa. Bahkan di kampung Mabelan tempat Neneng tinggal, ia mendapat julukan sebagai primadona desa. Sebagai seorang sinden, Neneng sering kali mendapat panggilan untuk menghibur diacara hajatan. Bermula hanya di daerah tempat ia tinggal, nama Neneng mulai dikenal oleh banyak orang. Akhirnya hampir tiap malam ia harus berkeliling dari satu desa ke desa yang lain untuk memberikan hiburan. Kepiawaian Neneng dalam menari dan berjoget, memang patut diberi acungan jempol. Sehingga tak heran jika dalam penampilannya, banyak laki-laki yang nyawer (memberikan uang, red) sekadar untuk bisa berjoget dan menyentuh tubuh Neneng yang sangat menggoda. Makin sering Neneng menghibur, makin banyak laki-laki yang berusaha untuk mendapatkan cinta dari Neneng. Setelah sekian lama hidup melajang, akhirnya Neneng membuka pintu hatinya pada seorang pria yang sangat mencintainya. Sebut saja pria itu Nandar. Singkat cerita, Nandar berhasil mempersunting Neneng dan mereka membangun biduk rumah tangga yang sangat bahagia. Sayang kebahagiaan yang mereka rasakan tak pernah terasa lengkap. Karena setelah lima tahun menikah, mereka belum juga diberikan keturunan. Merasa tak bisa mendapat apa-apa dari Neneng, akhirnya Nandar mulai penebar pesona dengan wanita lain yang tak kalah cantik dengan istrinya. Alhasil, perselingkuhan yang dilakukan oleh sang suami terdengar juga ke telinga Neneng. Merasa kecewa, tak ada lagi kata sepakat dari mereka berdua, akhirnya pasangan ini memilih untuk menentukan jalan hidupnya sendiri-sendiri. Selanjutnya, Neneng menjalani hidup seorang diri. Meski termakan oleh usia, namun kecantikan dan keindahan tubuh Neneng seakan tak pernah luntur. Sehingga tak heran jika masih banyak para pria yang berusaha untuk mendapatkan dirinya. Ini juga yang membuat dalam waktu singkat, Neneng berhasil menemukan kembali seorang pria yang bisa menjadi pendamping hidupnya, sebut saja pria beruntung itu bernama Majid. Seorang pria yang berasal dari desa tetangga. Tak ingin membuang waktu terlalu banyak, mereka memutuskan untuk sesegera mungkin melangsungkan pernikahan. Saat hari paling bersejarah itu dilangsungkan, Neneng mendapat sebuah bingkisan dari sang mantan suami. Karena masih memiliki rasa cinta dengan suaminya, akhirnya bingkisan tersebut ia simpan dengan hati-hati. Ketika para tamu mulai pulang satu persatu, Neneng kembali teringat akan bingkisan yang diberikan oleh Nandar mantan suaminya. Ketika bingkisan itu dibuka, hanya terdapat sebuah tusuk konde yang sudah sangat usang. Ada sebuah kejadian yang cukup musykil saat kotak tusuk konde itu dibuka, karena dari kotak tersebut keluar kumpalan asap putih disertai bau kemenyan yang sangat menyengat hidung. Ternyata asap itu minimbulkan dampak yang sangat dirasakan oleh Neneng. Jika sebelumnya kedua belah matanya dapat melihat, saat itu hanya mata sebelah kanan yang dapat melihat. Bahkan asap itu tidak saja membuat matanya buta, tapi asap itu juga menyebabkan kondisi fisik Neneng kian hari makin melemah. Karena sering sakit-sakitan, akhirnya Neneng memutuskan untuk meninggalkan profesi sebagai seorang sinden. Berbagai upaya penyembuhan mulai dilakukan oleh pasangan suami-isteri ini, tetap saja haslinya tak pernah memuaskan. Namun dari sekian banyak paranormal yang didatangi dapat ditarik kesimpulan kalau Neneng terkena guna-guna yang dikirim oleh orang yang merasa sakit hati padanya. Konon orang yang tega melakukan hal ini pada Neneng adalah mantan suaminya sendiri. Mungkin Nandar masih mencintai Neneng, sehingga ia tidak rela jika mantan istrinya membina rumah tangga dengan orang lain. Sayang rumah tangga yang mereka bangun harus terlewat dengan cepat, karena takdir. Majid yang sangat mencintai dan manyayanginya harus pergi meninggalkan selama-lamanya, karena sakit yang tak kunjung sembuh. Rupanya kematian sang suami membuat penyakit Neneng juga semakin parah, hingga pada akhirnya Neneng menyusul jejak suami tercintanya. Masyarakat yang ketika itu mendengar Neneng meninggal, segera berdatangan untuk mengurus jenazahnya. Setelah proses memandikan sampai mensholatkan selesai, mayat pesinden ini siap untuk di masukkan keliang kubur. Ketika semua telah siap, tiba-tiba terjadi peristiwa yang sangat mengejutkan. Jenazah Nenang yang tadinya terbujur kaku, tiba-tiba begerak kencang untuk membuka tali poncong dan kain menyeliputi tubuhnya. Kejadian misterius tersebut, tentu membuat para pengiring jenazah gempar. Bahkan apa pula yang mengambil lankah seribu karena ketakukan. "Apa yang terjadi pada diri saya?" ucap Neneng penuh keheranan. Ketika sadar kalau Neneng benar-benar hidup, para pelayatpun kembali mengerubungi jenazah Nenang. "Kami kira kamu sudah mati Neng. Penduduk sini telah siap untuk memakamimu," ucap salah seorang pelayat. "Hah...siapa yang mati? Saya masih hidup koq," tegas Neneng meyakinkan. Kejadian aneh yang lain, dialami juga oleh pesinden ini. Jika sebelumnya mata sebelah kiri tak bisa dipergunakan untuk melihat, saat itu semua telah kembali normal. Begitu juga dengan keadaan fisiknya. Jika tadinya terlihat lemah, saat itu Neneng terlihat sehat dan segar. Kejadian aneh yang dialami oleh Neneng, tentu mengundang banyak pertanyaan bagi orang lain. Mereka ingin mengetahui kisah yang dialami oleh penari sinden ini. "Semua rasanya seperti mimpi. Saat itu, saya melihat ada sebuah cahaya yang terang menyinari tubuh saya. Tak berapa lama, sinar terang itupun memudar. Bersamaan dengan berlalunya sinar biru, muncul bayangan seorang laki-laki yang sangat besar. Seperti membisikkan, bayangan itu menjelasakan bahwa saya terkena guna-guna yang dikirim oleh Nandar. Bayangan yang misterius itu juga bersedia membantu untuk mengusir guna-guna itu dari tubuh saya dengan syarat, saya tak boleh menikah lagi untuk selama-lamanya," kenangnya. Akhirnya sampai saat ini, keinginan sosok misterius itu dipenuhi oleh Neneng. Dan ia dapat kembali menekuni profesi sinden yang telah lama ditinggalkan.


    Kokom
     
  21. rh0m4ir4m4 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 29, 2008
    Messages:
    1,382
    Trophy Points:
    131
    Ratings:
    +2,026 / -0
    Gadis itu ternyata.....

    Waktu itu pada bulan Januari 2003, malam Jum’at, kira-kira pukul 9 malam. Seperti biasa aku masih nonton TV. Bosan nonton akhirnya aku main gitar di depan kamar sampai larut malam. Sekitar jam setengah satu malam, karena ngantuk makanya aku putusin untuk malam ini tidak begadang seperti hari-hari lainnya.

    Sebelum tidur aku nyalakan radio di kamar dengan sedikit agak keras suaranya. Entah sudah berapa lama aku kagak bisa tidur, tapi akhirnya bisa juga. Namun alangkah kagetnya aku, bersamaan dengan itu selera tidurku hilang gara-gara suara yang sangat tidak dikenal mengganggu telingaku. Kubuka mataku, tapi tetap gelap, oh aku teringat lampu kamarku emang dimaitin sebelum tidur, tapi lampu luar kamar emang nyala.

    Sekian saat aku terdiam dan menelaah suara itu, akhirnya aku baru ingat, ternyata radio sudah habis siaran dan menghasilkan suara aneh, seperti bisikan yang keras.

    Terasa lega fikiranku, namun aku sangat merasakan haus di tenggorokanku. Akhirnya aku meraba kesana kemari untuk mencari teko air dan gelas. Tapi susah aku mendapatkannya, yang ku temukan hanya sebotol air di bekas botol minuman aqua. Dengan tenang aku meminumnya langsung dari botol, tanpa menggunakan gelas lagi. dua tiga sampai sekian teguk sungguh terasa nikmat.

    Sambil meneguk air secara tidak sadar pandanganku mengarah ke luar kamar, tepat di depan kaca kamar. Namun alangkah kagetnya aku melihat sesosok tubuh sedang berdiri tegak dan memandang ke arah dalam kamar. sekujur tubuhku mulai merasakan dingin sekali, walau ku tutup dengan selimut yang lumayan tebal. Kubaca semua ayat-ayat dan do'a-do'a namun tetap perasaanku tidak karuan dan yang pasti badanku terasa dingin sekali. Dalam situasi seperti itu, siaran radio nyala lagi, dan menurut penyiarnya bahwa saat ini sudah jam 1/2 tiga pagi. Makin bingung persaanku, kupaksa mataku untuk tidur tapi tetap tidak bisa. Akhirnya sampai menjelang subuh aku tetap tidak bisa tidur. Saat adzan subuh berkumandang, kuberanikan diri untuk mengabil air wudlu keluar kamar.

    Siangnya aku konfirmasi ke teman sekitar, dan menanyakan apakah pada saat jam 2 sampai 1/2 tiga pagi tadi ada dikamar atau dimana. Ternyata jawabannya semua sama, yaitu sedang asyik tidur. Dari penglihatanku terlihat rambut panjang dan di geraikan, otomatis aku mengambil kesimpulan bahwa dia yang muncul didepan kamarku adalah seorang gadis.

    Setelah mencari informasi, katanya jangan aneh, sebab daerah ini sudah sering dengan kejadian seperti yang aku alami. Memang ada gadis usia 21 tahunan, dan dia bunuh diri terjun dari rumah tiga tingkat. Akhirnya dia meninggal. Saat ini memang saya adalah orang yang kesekian kalinya yang merasakan kehadiran gadis yang mati bunuh diri ini.
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.