1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Cerpen : Ngga Ngerti (Yovie Widianto)

Discussion in 'Motivasi & Inspirasi' started by priezt, Aug 3, 2011.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. priezt Veteran

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    May 6, 2010
    Messages:
    2,039
    Trophy Points:
    262
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +27,235 / -0
    ”Sesal ini begitu dalam. Tak kupahami bahwa kesetiaan itu ada padamu.”

    Halaman gereja berserak daun kering. Widi ada bersama dedaunan itu, berkumpul di bawah pohon besar, menunggu kekasih cantiknya datang. Diandra, gadis cantik itu ada di dalam gereja, beribadat. Lonceng gereja yang besar, terlihat bergoyang lemah tanpa bunyi. Burung-burung emprit terbang rendah menyusur dinding halaman, mematuk remah-remah. Semua yang terjadi di halaman gereja, terasa indah.

    Widi masih mematung, pikirannya terbang menembus langit. Membayangkan Diandra mengajak gadis itu merenangi mimpi-mimpi mereka. Impian sederhana mereka hidup di desa. Hanya itu? Ya, hanya itu. Desa yang menawarkan kesunyian dan kejujuran, dipilih Diandra dan Widi sebagai rumah masa depan.

    Tapi rasanya makin sulit menggapai mimpi itu. Widi tak kuasa menentang perbedaan. Meski mereka saling mencinta, tapi jurang perbedaan ini, begitu dalam, begitu kelam. Tak ada lagi daun terjatuh, gereja mulai sepi. Diandra ke mana?

    Widi masih saja menerka gadis yang dicintainya ada di dalam sana. Padahal Diandra sudah pergi, sejak dua tahun lalu dia diungsikan keluarganya ke Amerika Serikat. Widi tersenyum, melangkah pergi. Menuju kelok kanan, di seberang jalan. Dia menuju masjid, menunaikan shalat magrib.

    ***

    Diandra masih berbaring di ranjang kayu. Menatap ranting pohon yang ujungnya memasuki jendela kamar. Malas rasanya datang ke kampus. Tak ada lagi yang menarik hatinya, kecuali keterpaksaan mengikuti kuliah. Dua tahun lalu, pergi ke kampus sangatlah menyenangkan.

    Mawar berwujud manusia bernama Diandra, membetot hati dan selalu ingin dia kunjungi. Meski berbeda fakultas, tapi di situlah seninya rindu. Mahasiswa jurusan tekhnik ini, terbiasa cari perhatian.

    Berjalan di selasar fakultas ekonomi, memicingkan ekor mata berharap menatap Diandra.

    Lama-lama modus ini tercium juga. Diandra tahu Widi mencarinya. Tapi Diandra tak mau jatuh harga diri, dia menunggu Widi menyalami, berkenalan atau apalah, terserah Widi. Doa Diandra terkabul. Setelah enam bulan wara-wiri, Widi mengangsurkan tangan, menegur Diandra.

    ”Terima kasih, atas perkenalan ini,” Widi tersenyum. Diandra membalasnya, tapi bukan dengan senyum melainkan menatap tajam.

    Perkenalan sore hari itu, membuat Widi bahagia. Pria penggemar komik Petruk ini sampai senyum-senyum sendiri mengingat perjumpaannya dengan Diandra. Begitu mengesankan, begitu membahagiakan.

    Sementara Diandra bertarung dalam kebingungan. Dia mengakui, perkenalannya dengan Widi bukan perkenalan biasa. Dia jatuh cinta pada pandangan pertama. Tapi tahukah, betapa risau hatinya. Diandra tak sanggup membayangkan, betapa bentangan keyakinan menganga lebar.

    Diraihnya Rosario, peninggalan mendiang ibunya. Dia menggengamnya dengan kuat, membawanya ke dalam dekapan dada. Diandra tak sanggup membayangkan, akan seperti apa cintanya pada lelaki itu. Terbayang wajah murka sang ayah.

    ”Tinggalkan dia Diandra, tinggalkan.” Suara ayah terdengar nyaring, berkarib dengan ilusi.

    Inilah yang tak dimengerti Diandra. Dia lahir dan bertemu pria kemudian jatuh cinta, tapi dia tahu ending-nya, berakhir!

    ***

    Selama dua tahun, Widi selalu datang ke pelataran gereja ini, seminggu sekali di akhir pekan.

    Dia merasa Diandra ada di dalamnya. Dia di sini, menjemput Diandra pulang dari gereja. Gadis berkulit putih itu, akan tersenyum manis saat diajak Widi ke masjid. Menungguinya di luar, sambil menyantap pangsit, menunggu jemaah usai shalat magrib.

    Cinta yang begitu indah. Suci, putih, dan kupastikan tanpa noda. Itu janji Widi, yang dia pegang teguh hingga kini. Widi tak pernah duduk di rumah Diandra, hanya sekali seingatnya. Dia tahu diri, kehadirannya tak diinginkan. Tapi Diandra bisa menyambangi kediaman Widi, berbicara dengan ayah dan ibu Widi. Juga bercengkerama dengan Anita, adik semata wayang Widi. Kehadiran gadis itu, sangat menenteramkan. Ibu dan ayah memilih tak ikut campur, mereka memahami dunia remaja.

    Toh, kami belum membicarakan apa-apa. Hanya berpacaran, dan itu pun terang-terangan.

    Hingga akhirnya terjadi petaka itu. Diandra datang ke rumah, menyampaikan berita pedih.

    Kami dipisahkan. Diandra terpaksa berhenti kuliah dan melanjutkan studinya di Amerika. Kabar macam apa ini. Widi merutuk tanpa henti, di depan wajahnya, Diandra memandangi dengan tatapan hampa. Saat Diandra menggenggam tangan Widi, barulah dia sadar, bahwa perpisahan harus terjadi.

    ***

    Bertahun berlalu, Diandra apa kabarmu? Widi coba mengirim kabar melalui email. Ini kali pertama dia mengirim email lagi buat Diandra. Begitu lama Diandra di Amerika, dan tahu-tahu memberi kabar, dirinya bakal menikah. Dijodohkan keluarga, calon suaminya menetap di Amerika, masih saudara jauh. Percakapan dua tahun lalu itu masih dikenang Widi.

    Percakapan melalui email, melintas batas, membawa kehancuran hati. Sejak itulah, Widi tak lagi menghubungi Diandra. Buat apa, toh dia sudah menjadi milik orang. Kini, dia membuka email itu lagi. Widi ingin mengabari dirinya akan menikah. Seminggu lagi, statusnya berubah.

    Tak disangka, Diandra menjawab emailnya dengan cepat. Ternyata dia berencana pulang ke Indonesia, mampir liburan katanya. Dua hari lagi, Diandra tiba di negerinya. Kami janji bertemu.

    Selama dua hari itulah Widi jadi tak menentu. Mira, calon istrinya, masih berada di Yogyakarta. Tiga hari lagi sang gadis tiba.

    Masih ada harapan bertemu Diandra, karena satu hari sebelum Mira tiba, Widi akan menunaikan janji bertemu mantan kekasihnya. Widi sudah membayangkan, pertemuan itu seperti pertemuan sahabat lama. Wajah mereka sudah tak lagi muda. Dia malah membayangkan wanita di masa lalunya itu telah berbadan dua. Dua hari yang menyiksa, tak sabar rasanya Widi merengkuh janji di hari itu.

    ***

    Sore, di halaman gereja, kami bertemu. Kutunggu Diandra di tempat biasa. Dedaunan masih berguguran, burung emprit juga masih terbang rendah, memagut remah-remah di tanah.

    Diandra ada di dalam sana, kupastikan itu. Widi membatin, memandangi bangunan tua, yang begitu akrab di mata dan benaknya. Lonceng besar itu, bergoyang pelan. Tak ada dentang, namun terasa gemanya. Entah seperti apa bunyinya, tapi Widi merasakan ada getar bunyi di hati.

    Diandra muncul, dia keluar lebih cepat dari biasanya. Widi tercekat memandangi sosok di depannya. Dia masih cantik, masih seperti dulu. Tubuhnya masih ramping, hanya matanya saja tambah tebal berkantung hitam. Yang lain, tak ada yang berubah, Diandra juga tak berbadan dua.

    Pikiran Widi mulai rongseng, berlompatan ke sana ke mari, mencari jalan keluar.

    Tanpa kata, dia mengajak Widi pergi. Shalat magrib dan kemudian kami duduk di sini, di sebuah kafe kecil yang dahulu tak pernah sekali pun kami singgahi. Temaram lampu mengawali pertemuan kaku ini. Kenapa kaku? Ya, seperti itulah rasanya, karena Diandra dan Widi hanya terdiam.

    Setelah makanan datang, dan habis dimakan, masih saja mereka diam. Barulah di saat Widi menyeruput kopi dan Diandra menghirup uap teh panasnya, komunikasi pun berjalan lancar.

    Diandra bercerita tentang pekerjaannya di sebuah perusahaan telekomunikasi. Dia juga bercerita tentang rumah sewaannya. Kebiasaannya meludah, tak lagi bisa dilakukan. Dingin salju dan beku tubuh menjadi tema bicara malam itu. Sampai akhirnya, Widi bertanya tentang suami Diandra.

    ”Aku masih single. Kami tak jadi menikah, aku tak bisa berbohong. Aku tak mencintainya.”

    Ucapan Diandra membuat tubuh Widi bergetar. Dia benar-benar tak menyangka jika gadis yang diimpikannya masih sendirian, masih suci belum ternoda.

    ”Bagaimana kabar kamu?”

    Pertanyaan Diandra tak bisa dijawab Widi yang terus memandangi bibir, wajah, dan seluruh isi matanya.

    ”Ada keteduhan di sana,” Widi berbisik pada hatinya. Sepi tak berbalas.

    Widi makin galau, perang batin berkecamuk. Ini adalah momen yang paling bagus buatnya. Kalau saja dia belum terikat janji dengan Mira, maka akan lain ceritanya. Jantung Widi berdegup kencang. Seluruh ruangan terasa berputar-putar. Sebentar kemudian, terasa tenang.

    ***

    Di bawah temaram lampu jalan, kami berpisah.
    Aku tak bisa berkata-kata saat itu.
    Maafkan aku Diandra, malam itu benar-benar menyiksa.
    Tak seharusnya kita bertemu. Kupikir, kau telah berdua.
    Kupikir aku yang nelangsa, mendengar cerita tentang hidup barumu, menjadi istri dan ibu.
    Ternyata aku salah duga. Kau masih setia, sementara aku???
    Diandra, tak sanggup kuberikan undangan pernikahan itu padamu…
    Maafkan aku…
    Saat kau terima email ini, aku sudah resmi menjadi suami Mira.



    Email terkirim, Widi membeku.



    ======================= || ====================
    salah satu kisah dari buku kumpulan 25 Cerpen Kahitna :top:

    #nowplaying Kahitna - Ngga Ngerti

    Di sendiriku
    Hati ini tlah melukis cinta
    Yang kuingini
    Yang saat ini ku tak tahu dimana
    Dimanakah kau cantik

    Sesungguhnya aku kangen kamu
    Dimana dirimu aku ngga ngerti
    Dengarkanlah kau tetap terindah
    Meski tak mungkin bersatu
    Kau slalu ada di langkahku

    Mengapa harus
    Keyakinan memisah cinta kita
    Meski cintamu aku

    :listen:
     
    • Thanks Thanks x 1
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. peter82 Veteran

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jul 5, 2009
    Messages:
    3,064
    Trophy Points:
    251
    Ratings:
    +39,479 / -0
    sad story :iii:
     
    Last edited: Aug 3, 2011
  4. jruckziege M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    May 4, 2009
    Messages:
    3,043
    Trophy Points:
    211
    Ratings:
    +37,576 / -0
    wat de ho! this story just made my heart tearing a bit :rokok:

    If ...
     
    Last edited: Aug 3, 2011
  5. vincentrevival M V U

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 12, 2010
    Messages:
    5,337
    Trophy Points:
    161
    Ratings:
    +2,525 / -0
    hmmm...... kayaknya ceritanya kebalik nih tante prieszt. g rasa harusnya si Widi di posisi Diandra. g ga setuju klo Widi yg seperti itu. kami, para cowo2 sangat setia tidak seperti cewe
     
  6. peter82 Veteran

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jul 5, 2009
    Messages:
    3,064
    Trophy Points:
    251
    Ratings:
    +39,479 / -0
    suka ya kotak"in antara cowok dan cewek :iii: namanya manusia pasti beda" :iii:
     
  7. jruckziege M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    May 4, 2009
    Messages:
    3,043
    Trophy Points:
    211
    Ratings:
    +37,576 / -0
    tidak ada manusia yg diciptakan sama luar ma dalemnya. mirip sih ada...
    uang aja ada serial nya.. klo yg serialnya sama pst uang palsu.... :rokok:
     
    Last edited: Aug 3, 2011
  8. priezt Veteran

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    May 6, 2010
    Messages:
    2,039
    Trophy Points:
    262
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +27,235 / -0
    ga nyambung ngomong apa :hammer:
     
  9. peter82 Veteran

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jul 5, 2009
    Messages:
    3,064
    Trophy Points:
    251
    Ratings:
    +39,479 / -0
    setuju HOOOOOOOOOOOOOOO... :top:
    uang palsu...kalo manusia klon :hammer:
     
    Last edited: Aug 3, 2011
  10. jruckziege M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    May 4, 2009
    Messages:
    3,043
    Trophy Points:
    211
    Ratings:
    +37,576 / -0
    mksdnya ya jgn dikotak2an...
    klo dikotak2in ya jadinya bnyk...
    -based on Zodiac
    -based on Hobbies
    -based on social circle
    -based on bla bla...

    we are different... :rokok:

    thats rite ho! :rokok:
    every single human has their uniqueness :elegan:
     
    Last edited by a moderator: Apr 12, 2012
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.