1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

BERANDA Kemarahan Orang Tua Pengaruhi Sikap Anak

Discussion in 'Motivasi & Inspirasi' started by jHony, Feb 10, 2009.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. jHony Veteran

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jan 14, 2009
    Messages:
    3,642
    Trophy Points:
    267
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +13,318 / -0
    TERIAKAN bocah malang itu tidak juga menghentikan gerakan tangan sang ayah untuk berhenti memukuli tubuh ringkihnya. Barulah setelah tubuh itu diam tak bergerak, kesadaran si ayah langsung pulih. Apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur, nyawa pun melayang sia-sia.

    Itu bukan cerita rekaan, tapi benar terjadi Desember 1984. Kasus penganiayaan terhadap Arie Hanggara yang dilakukan ayahnya, menjadi cerita memilukan. Bahkan sempat diangkat ke layar perak.

    Arie menjadi korban kekerasan ayahnya yang menyebabkan nyawanya melayang. Ternyata Arie bukan anak terakhir yang mengalami nasib memilukan ini. Penyiksaan anak (child abuse) malah terjadi sepanjang tahun. Bahkan UNICEF pada 2003 melansir laporan sebanyak 3.500 anak berusia kurang dari 15 tahun tewas setiap tahun akibat perlakukan kejam.

    Riset yang dilakukan UNICEF di beberapa negara itu juga menunjukkan tingkat kekerasan yang berakhir dengan kematian terjadi di negara-negara kawasan Amerika, Eropa, Pasifik, tergolong tinggi, seperti di AS, Meksiko, Portugal, Belgia, Ceko, Hongaria, Prancis, dan Selandia Baru. Namun Spanyol, Yunani, Italia, Irlandia, dan Norwegia justru tergolong rendah.

    Dari temuan UNICEF, ada dua faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap anak. Pertama, stres dan kemiskinan. Kemudian rumah tangga yang kerap diwarnai kekerasan antara suami dan istri.

    Bentuk kekerasan yang tidak tepat bisa berpengaruh buruk pada anak dalam jangka panjang. Makian kasar seperti “dasar anak sial” atau “dasar anak nakal” akan terekam kuat dalam diri si anak.

    Anak yang sering dimarahi orang tuanya, apalagi diikuti dengan penyiksaan, cenderung meniru perilaku buruk (coping mechanism) seperti bulimia nervosa (memuntahkan makanan kembali), penyimpangan pola makan, anorexia (takut gemuk), kecanduan alkohol dan obat-obatan, dan memiliki dorongan bunuh diri.

    “Marah merupakan hal yang normal, tapi kemarahan yang tidak tepat bisa memengaruhi kondisi psikis dan fisik anak,” ujar psikolog dari Jagadnita, Diah P Paramita dalam acara bertajuk ‘Seni bertengkar sehat dengan anak’ di Jakarta, Sabtu (30/8).

    Sedangkan psikolog dari Medicare Clinic Anna Surti Ariani menambahkan, tindakan seperti mencubit atau memukul sedapat mungkin dihindari, karena sama sekali tidak perlu. “Asalkan menguasai teknik-teknik mendisiplinkan anak, 50% kenakalan anak akan teratasi,” katanya.

    Menurut Nina, begitu ia disapa, mendisiplinkan anak balita harus secara konkret, seperti menunjukkan wajah cemberut. Pada usia ini mereka cenderung meniru. Hal ini sesuai dengan perkembangan kognitif anak. Sedangkan pada anak usia SD disarankan menggunakan metode broken record (piringan hitam rusak). “Ibarat piringan hitam rusak, ucapkan apa yang diinginkan orang tua berulang-ulang,” jelas Nina.

    Diah pun menambahkan, marah yang bertujuan untuk mendidik dan memperbaiki kesalahan-kesalahan agar perbuatan serupa tidak terulang lagi. Kemarahan yang diekspresikan secara tidak tepat, akan memengaruhi kemampuan orang tua dalam menerapkan disiplin dan memengaruhi hubungan orang tua dengan anak.

    Marah yang diikuti pemukulan menimbulkan luka batin, benci terhadap orang tua, rendah diri, antisosial, dan suka berkelahi. “Anak-anak suka meniru, kalau dipukul akan balas memukul. Selain itu memukul tidak mengubah perilaku,” sambung Diah.

    Child Right Information Network–sebuah organisasi yang peduli pada nasib anak-anak– memaparkan pemukulan terhadap anak-anak (baik dengan tangan, ikat pinggang, tongkat, atau sepatu), menendang, melempar, mengguncang-guncangkan tubuh anak, mencakar, menggigit, menyuruh anak diam dalam posisi yang membuatnya tidak nyaman, bila terjadi di Eropa dapat dikenai tuduhan melakukan tindakan kriminal. Austria, Denmark, Finlandia, Islandia, Jerman, Norwegia, dan Swedia memiliki UU yang melarang keras penyiksaan fisik terhadap anak-anak.

    Kekesalan orang tua bisa berdampak pada anak. Maka dari itu, orang tua harus menyelesaikan masalahnya lebih dulu. Menurut Diah, orang tua bisa mengikuti terapi untuk mengatasi kemarahan di masa lalu.

    Selanjutnya melakukan identifikasi masalah di masa lalu. “Anak yang ibunya sering sekali marah akan sulit untuk disiplin,” tegasnya.

    Dalam dialog tersebut juga terungkap bahwa anak yang dekat dengan orang tuanya akan jarang marah. Bila hubungan itu harmonis dan akrab, orang tua lebih mengenal karakter anak sehingga dapat menghindari kondisi pemicu pertengkaran. Diah menyarankan menarik napas setiap kali hendak marah. “Kondisikan diri untuk tidak memerhatikan hal-hal kecil yang bisa membuat marah.”

    Agar hubungan orang tua-anak harmonis tingkatkan pendekatan dengan melakukan kegiatan bersama. Kemudian memberi contoh/sikap yang baik bisa meningkatkan rasa percaya diri. Meluangkan waktu untuk bermain bersama, dan memberikan tanggung jawab, membuat anak merasa spesial. “Ajak anak menyiram tanaman biarkan anak memegang selang air,” jelas Diah memberi contoh.

    Selain hal yang diungkapkan di atas, Diah menyarankan orang tua menjalin komunikasi nonverbal. Yakni melakukan kontak mata saat berbicara, sikap tubuh sejajar saat berbicara (sambil duduk atau jongkok), rendahkan nada suara, berikan pelukan dan sentuhan lembut pada kepala sebagai tanda berbaikan usai memarahi.

    __________________________
     
    • Like Like x 1
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. akmalsqual M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 12, 2008
    Messages:
    1,667
    Trophy Points:
    211
    Ratings:
    +20,745 / -0
    ICHIBAN

    wah untung gw ga ngalamin kayak Arie ya .....

    dan anak gw nantinya juga gak bakal gw kerasin ...
     
  4. Izan M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jan 5, 2009
    Messages:
    2,887
    Trophy Points:
    176
    Ratings:
    +3,764 / -0
    yak kalo di kerasin juga jangan sampai di pukul ditu la
     
  5. izoen Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Oct 29, 2008
    Messages:
    16
    Trophy Points:
    102
    Ratings:
    +5,120 / -0
    yup bener banget, klo maen pukul scr berlebihan akan fatal akibatnya
     
  6. Dj-Jelin-MQ M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Oct 31, 2008
    Messages:
    2,020
    Trophy Points:
    226
    Ratings:
    +21,443 / -0
    biasanya para korban child abuse
    secara tidak sengaja akan melakukan hal serupa kpd anak2nya
     
  7. metzebs M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Dec 30, 2008
    Messages:
    231
    Trophy Points:
    112
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +926 / -0
    Zaman kekerasan terhadapa anak2 itu udah lewat..
    kalau sekarang sudah banyak LSM-LSM yang melindungi Hak2 anak.
    Jadi...Kekerasan itu bukanlah jalan yang terbaik..
     
  8. sniper89 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 5, 2009
    Messages:
    981
    Trophy Points:
    176
    Ratings:
    +1,025 / -0
    hmmm seperti halnya senioritas di tempat SMU, klo dulu kita dikerjain, pasti nantinya pengen juga dong kerjain yang junior....

    contoh dari ortu dah ga bagus, mo gimana lagi...

    kecuali pengaruh lingkungan sekitar yang baik sangat kuat, baru bisa diubah
     
  9. hyuuga_neji Members

    Offline

    Joined:
    Jul 19, 2008
    Messages:
    0
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +25 / -0
    susah juga sih kadang nge rawat anak

    toh blom punya anak

    sukanya menyebar bibit benih anak , hahahaha
     
  10. achy M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Oct 14, 2008
    Messages:
    1,297
    Trophy Points:
    162
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +3,335 / -0
    yah.. itu lha kesalahan sebagian besar orang tua masa kini....

    taunya nikah & kawin itu enak.... ngga pernah mikirin tanggung jawab... apalagi yang nikah dini... masie mentingin diri sendiri aja... takut dosa lha gara2 nafsu gede...tapi ngga mikirin beberapa tahun kemudian kalo dia itu akan memilii tanggung jawab yang gede...
     
  11. philips01 M V U

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Sep 16, 2008
    Messages:
    127
    Trophy Points:
    56
    Ratings:
    +12 / -0
    Loh.... memang kawin itu enak. Tapi kalo ngga mau tanggung jawab gede, punya anak yah diserahkan ke ortu di daerah atau panti asuhan :D. Mirip temen gua yang dari Aceh tuh. Bini hamil dan begitu melahirkan, anaknya ditaruh di Aceh :D:D:D:D.
     
  12. achy M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Oct 14, 2008
    Messages:
    1,297
    Trophy Points:
    162
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +3,335 / -0
    nah yang kek begitu yang bikin kepribadian anak ngga bener....

    masie kecil bukannya di kasi kasih sayang.. malah di bilang anak bandel ato anak haram :hihi:

    padahal kan bapak ama emaknya yang bikin dia :haha:
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.