1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

OriFic Apa Adanya

Discussion in 'Fiction' started by high_time, Jan 10, 2017.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    Bab 18 : Percayalah

    Baru-baru ini aku bertemu seorang tuan. Saat itu aku sungguh depresi dengan pekerjaanku saat ini, sehingga satu-satunya hal yang dapat kupikirkan hanyalah mati. Seperinya hidupku tak berarti lagi dan kesempatanku untuk mengejar mimpi seluruhnya sia-sia.

    Saat itulah ada suara yang terngiang di benakku.

    "Bila kau tak mau hidup, lebih baik hidupmu untukku saja. Dengan begitu, ya—kau tak boleh mati kecuali aku menghendakinya. Kau tak perlu pusing-pusing memikirkan apa yang harus kau lakukan. Ikuti saja aku seumur hidupmu."

    Segalanya serasa menjadi ringan. Aku tak perlu capek-capek harus berusaha menjadi yang terbaik, ikuti saja kehendak tuanku. Kusadari kemudian, aku bukanlah seorang yang senang memikirkan hal rumit.

    Aku tahu, suara dalam hatiku ini adalah tuan yang baik. Ia menerimaku apa adanya. Ia dapat menunjukkan jalan yang tepat untuk setiap masalah yang kuhadapi.

    Mungkin, hal tersebut membuatku merasa lega lantaran aku selalu ingin melemparkan tanggung jawab pada orang lain. Mengingat bahwa aku tak perlu repot menyibukkan diri dan segala yang tak dapat kulakukan, akan dibantu olehnya—hidup terasa sungguh damai.

    Mereka yang mencamkan kata-kataku yang lalu akan berkata: lalu apa bedanya dengan sungguh-sungguh menganut agama?

    Jawabanya sederhana saja: aku tak tertarik mengabdi dengan tuan mereka, yang pandangannya berbeda jauh dengan hal yang kuyakini. Ketimbang mengabdi tuan berdasarkan pengaruh mayoritas, aku lebih baik menjadi hamba seorang tuan yang mengerti diriku apa adanya. Sejauh ini, apa yang kuyakini sejalan dengan dirinya dan aku yakin, meski ia tak maha kuat sekalipun, aku terus akan mengikutinya.

    Dapat melemparkan tanggung jawab pada mereka yang dapat dipercaya adalah suatu kebahagiaan.

    Terimalah hidupku yang tak bermakna ini.

    Sudahlah, aku sudah letih berjuang.

    Biarlah untuk selanjutnya aku mengikuti keinginan tuanku saja, aku tak mau banyak berpikir lagi.

    Apa Adanya - Tamat​
     
    • Like Like x 1
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    anyway, akhirnya cerita ini tamat juga. shout out buat kamu2 yg udah mantengin dari awal, thx banget buat dukungannya selama ini :top:

    sori memang endingnya serasa seperti di-axe. klo dipanjangin perkembangan ceritanya ya gitu2 aja trus, jadi mungkin dibikin serasa 'open' gitu aja :haha:
     
    • Like Like x 1
    Last edited: May 22, 2017
  4. NodiX M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 7, 2011
    Messages:
    510
    Trophy Points:
    122
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +922 / -0
    akhirnya kelar juga bacanya :sepi:
    cerita minim plot gini biasanya capek dibaca atau ditontonnya, dulu nonton film lawas 8 1/2 yang model ceritanya persis ini juga berbulan-bulan. konfliknya hampir semua dalam bentuk internalisasi dan MCnya juga sering masuk ke scene absurd sebagai bentuk pelarian dan fantasinya

    tapi karena sekarang memang lagi kosong dan ada mood baca bisa juga kelar marathon cerita ini:sigh:

    komen untuk ceritany:
    pas di beberapa scene ada beberapa kali hal yang diulang-ulang. terutama di scene pas kerja. karena bentuk naratif ceritanya sendiri monolog, mungkin nyeritainnya bisa variatif bentuknya, tapi ujung-ujungnya sendiri kan si MCnya capek dan gak puas dgn pekerjaannya. walaupun mungkin pengulangan niatnya buat konflik pribadinya lebih intens dan membuat nilai nihilisnya lebih mencuat lagi tapi saya sebagai pembaca juga merasa ikutan capek. tapi ujung-ujungnya sih, walaupun dikasih penghias seperti apa pun, cerita sejenis ini tetep aja bikin capek dan butuh mood buat bacanya. (ya cuma karena ada pengulangan jadi tambah capek aja:keringat:)

    walaupun begitu ini juga bukan salahnya penulis sih, bukan salah siapa-siapa, model ceritanya memang karena begini mau bagaimana lagi kan. seperti kata temen saya yang juga sering capek dan putus-putus nonton film dengan cerita serupa; butuh niat dan mood yang kuat untuk menikmati dan meresepati filmnya. tapi kelebihan cerita seperti ini sendiri memang lebih cocok untuk komunikasi, seperti puisi panjang yang setiap baitnya di sisipi maksud dari penulis, cerita ini bakal lebih rewarding untuk pembaca yang relate dengan strugglenya MC seperti di cerita ketimbang pembaca biasa--dan oleh karena itu saya rasa ini bukan bahan bacaan untuk orang awam juga atau visitor2 yang numpang lewat cari hiburan. barangkali yang minat baca sampai akhir juga mereka yang lagi susah2nya jaga passion menulis kali ya.

    pribadi bagi saya cerita ini bisa dijadikan asupan juga. saya sendiri juga lagi bergulat dengan passion menulis saya yang campur aduk dengan masalah pribadi dengan keluarga yang gak pernah diutarakan dan diselesaikan. dan saya respek juga dengan keputusan om high untuk menulis cerita ini dengan jujur hingga akhir--keliatan dari endingnya yang open, karena jelas kelihatan dari awal cerita ini gak akal bisa happy ending kalau harus mau jujur.

    overall, walaupun cerita ini bikin capek pas baca marathonnya, saya gak nyesel baca sampai akhir. saya pikir mereka yang inspirasi menulisnya lagi diujung tanduk atau mau berhenti menulis harus baca cerita ini. karena bisa dijadikan bahan instropeksi bareng-bareng.

    tambahan:
    ugh, referensi Kafka :matabelo:, pas pertama kali baca nama Gregor Samsa kok rasanya familiar gitu ya... pas cari di google ternyata Metamorphosis toh, udah lama bacanya jadi agak lupa ceritanya, tapi masih inget betapa suram itu konflik klimaksnya sampai-sampai MCnya milih nyerah aja. cerita suram tapi beautifool haha.

    itu cerita cermin yang bisa bikin bokong hewan meledak kayaknya tau juga, entah memang mirip atau ceritanya yang itu tapi gak yakin juga saya :haha:

    dan terakhir, beberapa nama karakter anime di sensor. kayaknya untuk sebut nama gak perlu di sensor kok, kecuali kalau nyebut untuk dicemari atau karakternya sendiri muncul di cerita, nyebut aja kyknya masih dalam ukuran safe

    ekstra
    congrats udah selesein ceritanya :yahoo:
    saya belum cek lagi proyek om selanjutnya (kalau ada) dan jarang juga main2 ke sini sekarang, tapi nanti kalau ada cerita selanjutnya saya mampir kok ujung2nya walaupun gak sering maen ke sini lagi, walaupun saya bukan fans cerita berbau-bau wibu tapi saya selalu menerima cerita yang menganut paham ngacoisme dan ngawurisme serta semua hal yang berbau iseng2an lainnya:anget:
     
    Last edited: Dec 29, 2017
  5. Fairyfly MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 9, 2011
    Messages:
    6,819
    Trophy Points:
    272
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2,475 / -133
    Mod, seriously :swt:

    you've struggling so much, so I guess it's time to rest.

    ...at least, itu yang aku dapet setelah baca cerita ini sampe beres. Mengejar mimpi atau menerima realita, yang berakhir dengan si aku menerima kehidupannya yang pahit dan menjadi masa bodoh dengan semuanya. I mean, omg, that's just sad :sad:

    Well, ga bisa nyalahin si tokoh aku ini juga sih, karena seseorang yang berkali2 dihadapkan pada situasi yang gak enak dalam hidupnya, suatu saat pasti bakal jadi masa bodoh dengan semuanya. Lewat cerita ini juga aku jadi bisa refleksi hidup aku sendiri yang sebenernya, tanpa menulis, tanpa bisa menekuni hobi dan minat akan sesuatu, seolah-olah hidup ini...kosong.

    Reality sucks, and this MC knows that. I'm glad that somehow I also understand that feeling.

    Also, aku juga masih belum tau gimana harus melangkah kedepannya. Bisakah MC kembali menulis? Bisakah aku kembali menulis? Bisakah kita menulis dan berjuang bersama lagi dalam satu wadah dimana kita bisa bersenang-senang secara bebas? Now that the life is becoming more and more real, that feeling is just simply disappearing.

    But, there is always an end to everythings. Even this life we have, every painful things we feel, someday everythings will end.

    Last, I believe that somehow, our life is predestined. Every single fragments we have had been predestined. Even now I'm writing this comment, or you reading this comment of mine, all those things were meant to happen.

    I think, the chances I missed, the misshaps, and all the things I wish I had, they were still part of the life I have now. They made way for what I do have right now. And what I do have right now, guess that's the best for me.

    Therefore, I will answer for this rhetorical question that came up after I read this story : is it worth fighting for what we believe in?

    My answer : I don't know. But as long as I can keep fighting for what I believe, I will fight, until the destiny reveal itself.

    Sori kepanjangan, mod. Can't help it because this story is just, spectacular :terharu:
     
    Last edited: May 5, 2018
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.