1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Other Anak STM punya cerita

Discussion in 'Fiction' started by adiwangsa, Oct 13, 2017.

  1. adiwangsa Members

    Offline

    Joined:
    Oct 12, 2017
    Messages:
    2
    Trophy Points:
    1
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +1 / -0
    Mencoba copas kembali coretan yang lama terpendam siapa tahu ada yang sudi membacanya. Sorry kalau kalimatnya berantakan, maklum cuma coretan doang.

    Anak STM Punya cerita.

    Bagian 1 - Mimpi
    1. Intro - Page 1
     
    • Like Like x 1
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. adiwangsa Members

    Offline

    Joined:
    Oct 12, 2017
    Messages:
    2
    Trophy Points:
    1
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +1 / -0
    1. Intro
    Waktu menunjukkan hampir jam 8 malam ketika sebuah keluarga berkumpul lengkap didalam sebuah rumah berdinding tembok dengan bentuk seperti kebanyakan rumah lainnya. Keluarga itu terlihat berkumpul di ruang keluarga sambil berbincang akrab.

    Sang bapak berusia hampir setengah abad sedangkan sang ibu lebih muda 2 tahun dari suaminya berbincang sambil melipat pakaian yang ada disampingnya. Anak pertama mereka bernama Rakananta Sanjaya duduk di bangku kuliah. Anak kedua mereka bernama Adiwangsa Kusumah duduk di kelas 3 STM sedangkan anak terakhir mereka seorang perempuan bernama Galuh Puspitasari dengan panggilan Ita baru duduk dibangku SMP.

    "Pak, mengenai peristiwa tahun 1965, apa yang bapak rasakan saat itu?" Tanya Adi mengubah topik pembicaraan

    "Tahun 65 kampung kita masih hanya sekitar 30-an rumah dikelilingi sawah dan kebun. Saat itu bapak masih berumur 14 tahun, belum begitu mengerti apa sedang terjadi, tapi Abah kalian selalu memerintahkan semua laki-laki untuk melakukan penjagaan di perbatasan kampung." Ucap bapak sambil menerawang mengingat kembali kejadian yang pernah dia alami.

    ***

    Malam mulai merambat menuju pucak ketika disebuah gubuk yang dibuat seadaanya terlihat 8 orang laki-laki muda sedang berkumpul sambil mengobrol.

    "Saat ini kita tidak tahu siapa lawan dan kawan kita itulah sebabnya abah meminta kita melakukan penjagaan." Ucap seorang laki-laki yang terlihat paling tua diantara mereka.

    "Ada mang Jana, kang eman! Dia selalu berusaha mencairkan hubungan kampung kita dan kampungnya." Timpal yang lain.

    "Betul, Kang Jana dan beberapa sesepuh kampung sebelah memang demikian. Tapi ingat ada si Deden yang cukup berpengaruh di kampung itu dan selalu berlawanan dengan kang Jana. Bagaimanapun juga dia bisa menggunakan pengaruhnya untuk memanfaatkan orang-orang yang tidak paham untuk melakukan penyerangan." Jawab laki-laki yang dipanggil kang Eman.

    Setelah beberapa lama ngobrol kang Eman menghentikan ucapannya lalu beranjak dari duduknya.

    "Asep, Ujang, Aban dan Aep. Kalian berjaga disini, Ayi dan Obar ikut akang keliling sampe perbatasan." Perintah laki-laki tersebut sambil beranjak mengajak 2 orang lainnya mengikutinya.

    "Siap kang!" Ucap Ayu dan Udi berbarengan.

    Ketiga orang itu berjalan tanpa penerangan sama sekali mendekati perbatasan kampung. Tiba diperbatasan kang Eman menghentikan langkanya sambil memberi isyarat pada yang lain. Dia memejamkan matanya beberapa saat seperti sedang berkonsentrasi.

    "Ada apa kang?" Bisik Ayi bertanya namun dijawab dengan isyarat diam oleh kang Eman.

    Kang Eman kemudian memberi isyarat agar mengikuti dia. Mereka bertiga mengendap-ngendap memasukin wilayah kampung sebelah sambil mempersiapkan golok di tangan masing-masing.

    Mendekati tempat yang dituju langkah mereka berubah menjadi berjongkong sambil masing-masing memegang golok yang sudah dipersiapkan. Kang eman memberi berhenti karena suara yang dia tuju semakin samar terdengar.

    Secara reflek mereka saling pandang ketika mengetahui suara yang mereka cari adalah suara erangan perempuan dan desahan laki-laki. Dengan berhati-hati mereka mundur menjauhi saung dan kembali ke tempat semula.

    Mereka kembali melangkah tegak setelah masuk ke kampung sendiri. Tanpa mereka sadari seorang dari mereka tertinggal di belakang.

    "Kemana si Ayi?" Tanya kang Eman kaget.

    "Ngga tau Kang, tadi perasaan di sebelah saya." Jawab Obar kebingungan.

    "Kita tunggu barang setengah jam, kalo belum kembali juga sebaiknya kita susul." Ucap kang Eman setelah berpikir beberapa saat.

    ***

    Sementara ditempat sebelumnya, suara erangan dan desahan semakin bertambah keras dan tidak lama kemudian terdengar geraman panjang suara laki-laki dari dalam gubuk tersebut kemudian hening beberapa saat.

    Tak lama kemudian terdengar suara tubuh yang menimpa pelan lantai bambu gubuk tersebut diantara sela-sela deru suara nafas yang semakin lama semakin stabil.

    "Banyak banget keluarnya Den." Suara wanita memanggil nama laki-lakinya.

    "Maklumlah ceu, hampir dua minggu ngga dikeluarin karena suami ceuceu terus ada di rumah." Jawab laki-laki yang dipanggil Deden tadi.

    "Seandainya ngga ada rencana penyerangan, kita bisa semalaman bersama." Keluh si wanita.

    "Malam ini waktu yang tepat ceu, mumpung ngga ada si Jana. Anak-anak juga susah berkumpul , kita serang mereka dari arah belakang kampung mereka lepas tengah malam nanti." Jawab Deden.

    "Ceuceu sudah ngomong sama suami ceuceu agar jangan terlalu nurut sama si Jana biar kekuatan kita bertambah." Lanjut Deden meminta.

    "Sudah sih, tapi dia keukeuh bilang kalau apa yang dibilang si Jana benar." Jawab si wanita membuat Deden kembali terdiam.

    "Kalau begitu sebaiknya kita pulang ceu, aku harus mempersiapkan semuanya dengan yang lain." Ucap Deden sambil beranjak keluar dari saung diikuti oleh si wanita menjauh dari gubuk tersebut.

    Tanpa mereka sadari, sesosok tubuh masih tertelungkup didekat gubuk tersebut. Tak lama setelah mereka berdua pergi tubuh itu bergeser menjauh lalu berdiri didekat rimbunan pohon kemudian berlari menjauhi tempat tersebut.

    Tak lama kemudian dia telah sampai didekat kang Eman dan obar.

    "Kemana kamu Yi?' Tanya kang Emang lega.

    "Maaf kang, tadi kaki saya rasanya lumpuh ngga bisa gerak." Jawab Ayi.

    "Haha, pasti pikirannya kemana-mana karena denger suara tadi." obar menambahkan.

    "Mungkin Bar, baru pertama denger soalnya." Jawab Ayi dengan nada malu. "Tapi kang, saya dapat kabar tentang gerakan kampung sebelah." Lanjut Ayi sambil menceritakan pengalamannya.

    "Begitu yah." Respon kang Eman setelah mendengar cerita Ayi. "Sebaiknya kita laporkan dan persiapkan menahan serangan mereka." Lanjut kang Eman sambil mempercepat langkahnya.

    Malam itu memang terjadi penyerangan yang dipimpin Deden, namun berkat kesigapan Eman dan kawan-kawan mereka berhasil memukul mundur penyerang tanpa bisa masuk kedalam kampung.

    ***

    "Di tempat yang sekarang menjadi TVRIlah kejadian itu terjadi. Luka di lengan bapak ini adalah saksi bagaimana kejadian malam itu." Ucap bapak menutup ceritanya lalu memperlihatkan sebaris bekas luka di bahu lengannya. "Bapak dan ibu tidak ingin kalian mengalami kejadian kelam seperti yang kami alami, karena itulah kami akan berusaha menyekolahkan kalian setinggi mungkin." Lanjutnya sambil menutup kembali lengannya.

    "Terus kenapa nama-nama kami beda dengan yang lain?" Tanya si bungsu Ita.

    "Nama kalian diberikan sama almarhum abah kalian dengan harapan kalian bisa jadi orang besar yang berguna bagi agama, bangsa dan negara tapi tidak melupakan darah sunda yang mengalir dalam tubuh kalian." Jelas Ibu.

    "Betul apa kata ibu. Abah ingin orang tahu kalau nama sunda itu bukan cuma asep, aep, ujang atau nyai. Ada nama sunda lain yang mulai dilupakan oleh generasi sekarang." Bapak menambahkan

    "Bapak dan Ibu bangga pada kalian. Dengan keadaan bapak seperti sekarang ini kalian bisa berprestasi di sekolah. Raka bisa kuliah di ITB, Adi bisa masuk STM Negeri dan Ita juga bisa masuk SMP Negeri dan selalu rangking disekolah. Kalianpun sudah bisa menabung uang jajan kalian bahkan sudah punya rekening bank sendiri. Kebanggaan bapak ibu terhadap kalian tidak bisa diukur oleh harta." Ujar ibu.

    "Bapak sudah yatin piatu sejak umur 4 tahun lalu ikut dengan abah kalian. Bapak sekolah hanya sampai kelas 4 SD. Sedangkan ibu kalian lulus SMP, karena itulah bapak ingin kalian sekolah setinggi mungkin. Bapak tidak akan mewariskan harta, warisan yang bapak berikan pada kalian cuma ilmu yang kalian dapatkan dari sekolah. Jadi teruslah menuntut ilmu setinggi mungkin, hanya saja kalau Adi dan Ita mau melanjutkan kuliah harus di negeri karena kalau di swasta bapak ngga bakal sanggup membiayainya." Ujar bapak.

    "Tuh Di, mendingan kamu kuliah." Ucap Raka.

    "Kuliah gimana, anak STM susah bersaing UMPTN sama anak SMA." Adi mengelak.

    "Ya ngga perlu ngikut UMPTN Di, kamu bisa masuk Politeknik ujiannya cuma Matematika, Fisika dan Kimia. Itungan semua kan? A Raka juga tahu kamu mah paling males kalau disuruh ngapalin." Jelas Raka.

    "Tapi ingat setinggi apapun ilmu yang kalian jangan pernah sekalipun meninggalkan shalat. Begitu juga ilmu beladiri yang udah bapak dan wak Aban ajarkan pada kalian bukan untuk menjadikan kalian sombong, tapi untuk melestarikan apa yang sudah Abah kalian ajarkan pada kami." Bapak melanjutkan ceritanya.

    Bapak dan Ibu kembali bercerita tentang keluarga mereka. Uak (kakak ibu) hanya tersisa uwak kalimantan yang hanya bisa setahun sekali berziarah ke makam Abah dan Ambu. Sedangkan keluarga bapak hanya Wak Aban yang tinggalnya tak jauh dari masjid kampung kami. Sampai tiba waktunya untuk mereka beristirahat dan masuk ke kamar masing-masing.
     
  4. kinanmalay Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jun 6, 2013
    Messages:
    49
    Trophy Points:
    7
    Ratings:
    +3 / -0
    tidak ada kelanjutan ceritanya...
     
  5. noprirf M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2014
    Messages:
    1,337
    Trophy Points:
    142
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +427 / -0
    Ceritanya slice of life ya gan:omgatot:

    Membahas kejadian di tahun 65-an
     
  6. TaufikHidayat19 Members

    Offline

    Joined:
    Jul 9, 2019
    Messages:
    6
    Trophy Points:
    1
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +1 / -0
    jadi teringat ane alumni stm juga gan.hehehe
     
  7. dr1k Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jun 23, 2009
    Messages:
    99
    Trophy Points:
    31
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +14 / -0
    Cerita nya mantab nihh
     

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.