1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Indonesian Culture Sejarah Uang Indonesia [Ma, Pra-Merdeka, ORI dan Rupiah]

Discussion in 'History and Culture' started by Sunday_KNIGHT, Feb 13, 2015.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. Sunday_KNIGHT SUPERMOD
    CHICKEN VOYAGE

    Offline

    Rockstar

    Joined:
    Jun 10, 2012
    Messages:
    48,388
    Trophy Points:
    353
    Ratings:
    +1,277,435 / -7
    Sejarah Uang Indonesia [Ma, Pra-Merdeka, ORI dan Rupiah]
    :belajar:

    Seperti yang terjadi di negara lain, penerbitan dan penggunaan uang sebagai alat tukar dalam dunia perdagangan di Indonesia dilatarbelakangi sejarah yang panjang. Bahkan perkembangan uang di wilayah nusantara tidak dapat dilepaskan dari perkembangan politik, kolonialisme dan pembentukan negara baru.

    Hal ini disebabkan karena otorisasi penerbitan dan pemberlakuan uang sebagai instrumen moneter suatu negara berada di bawah wewenang pemerintahan yang berkuasa. Menilik dari sejarah panjang bangsa Indonesia yang dibagi-bagi menurut periode waktu, maka sejarah uang di Indonesia juga dibagi menurut periodenya masing-masing.
     
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. Sunday_KNIGHT SUPERMOD
    CHICKEN VOYAGE

    Offline

    Rockstar

    Joined:
    Jun 10, 2012
    Messages:
    48,388
    Trophy Points:
    353
    Ratings:
    +1,277,435 / -7
    MASA KERAJAAN






    1. Uang Syailendra (850 M)

    Mata uang Indonesia dicetak pertama kali sekitar tahun 850-860 Masehi, yaitu pada masa kerajaan Mataram Syailendra yang berpusat di Jawa Tengah. Koin-koin tersebut dicetak dalam dua jenis bahan emas dan perak. Koin emas zaman Syailendra berbentuk kecil seperti kotak, dimana koin dengan satuan terbesar (Masa) berukuran 6 x 6/7 mm saja. Pada bagian depannya terdapat huruf Devanagari “Ta”.

    Di belakangnya terdapat incuse (lekukan ke dalam) yang dibagi dalam dua bagian, masing-masing terdapat semacam bulatan. Dalam bahasa numismatik, pola ini dinamakan “Sesame Seed”. Sedangkan koin perak Masa mempunyai diameter antara 9-10 mm. Pada bagian muka dicetak huruf Devanagari “Ma” (singkatan dari Masa), dan di bagian belakangnya terdapat incuse dengan pola “Bunga Cendana”.
    [​IMG]


    2. Uang Krishnala, Kerajaan Jenggala (1042-1130 M)

    Pada zaman Daha dan Jenggala, uang-uang emas dan perak tetap dicetak dengan berat standar, walaupun mengalami proses perubahan bentuk dan desainnya. Koin emas yang semula berbentuk kotak berubah desain menjadi bundar, sedangkan koin peraknya mempunyai desain berbentuk cembung, dengan diameter antara 13-14 mm.

    Pada waktu itu uang kepeng Cina datang begitu besar, sehingga saking banyaknya jumlah yang beredar, akhirnya dipakai secara “resmi” sebagai alat pembayaran, menggantikan secara total fungsi dari mata uang lokal emas dan perak.
    [​IMG]


    3. Uang "Ma", (Abad ke-12)

    Mata uang Jawa dari emas dan perak yang ditemukan kembali, termasuk di situs kota Majapahit, kebanyakan berupa uang “Ma”, (singkatan dari māsa) dalam huruf Nagari atau Siddham, kadang kala dalam huruf Jawa Kuno. Di samping itu beredar juga mata uang emas dan perak dengan satuan tahil, yang ditemukan kembali berupa uang emas dengan tulisan ta dalam huruf Nagari. Kedua jenis mata uang tersebut memiliki berat yang sama, yaitu antara 2,4 – 2,5 gram.

    Selain itu masih ada beberapa mata uang emas dan perak berbentuk segiempat, ½ atau ¼ lingkaran, trapesium, segitiga, bahkan tak beraturan sama sekali. Uang ini terkesan dibuat apa adanya, berupa potongan-potongan logam kasar; yang dipentingkan di sini adalah sekedar cap yang menunjukkan benda itu dapat digunakan sebagai alat tukar.

    Tanda tera atau cap pada uang-uang tersebut berupa gambar sebuah jambangan dan tiga tangkai tumbuhan atau kuncup bunga (teratai?) dalam bidang lingkaran atau segiempat. Jika dikaitkan dengan kronik Cina dari zaman Dinasti Song (960 – 1279) yang memberitakan bahwa di Jawa orang menggunakan potongan-potongan emas dan perak sebagai mata uang, mungkin itulah yang dimaksud.
    [​IMG]


    4. Uang Gobog Wayang, Kerajaan Majapahit (Abad k-13)

    Pada zaman Majapahit ini dikenal koin-koin yang disebut “Gobog Wayang”, dimana untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Thomas Raffles, dalam bukunya The History of Java. Bentuknya bulat dengan lubang tengah karena pengaruh dari koin cash dari Cina, ataupun koin-koin serupa yang berasal dari Cina atau Jepang.

    Koin gobog wayang adalah asli buatan lokal, namun tidak digunakan sebagai alat tukar. Sebenarnya koin-koin ini digunakan untuk persembahan di kuil-kuil seperti yang dilakukan di Cina ataupun di Jepang sehingga disebut sebagai koin-koin kuil. Setelah redup dan runtuhnya kerajaan Majapahit di Jawa Timur (1528), Banten di Jawa bagian barat muncul sebagai kota dagang yang semakin ramai
    [​IMG]


    5. Uang Dirham, Kerajaan Samudra Pasai (1297 M)

    Mata uang emas dari Kerajaan Samudra Pasai untuk pertama kalinya dicetak oleh Sultan Muhammad yang berkuasa sekitar 1297-1326. Mata uangnya disebut Dirham atau Mas, dan mempunyai standar berat 0,60 gram (berat standar Kupang). Namun ada juga koin-koin Dirham Pasai yang sangat kecil dengan berat hanya 0,30 gram (1/2 Kupang atau 3 Saga). Uang Mas Pasai mempunyai diameter 10–11 mm, sedangkan yang setengah Mas berdiameter 6 mm. Pada hampir semua koinnya ditulis nama Sultan dengan gelar “Malik az-Zahir” atau “Malik at-Tahir”.
    [​IMG]


    6. Uang Kampua, Kerajaan Buton (Abad ke-14)

    Uang yang sangat unik,yang dinamakan Kampua dengan bahan kain tenun ini merupakan satu-satunya yang pernah beredar di Indonesia. Menurut cerita rakyat Buton, Kampua pertamakali diperkenalkan oleh Bulawambona,yaitu Ratu kerajaan Buton yang kedua,yang memerintaha sekitar abad XIV. Setelah ratu meninggal,lalu diadakan suatu “pasar” sebagai tanda peringatan atas jasa-jasanya bagi kerajaan Buton. Pada pasar tersebut orang yang berjualan engambil tempat dengan mengelilingi makam Ratu Bulawambona. Setelah selesai berjualan,para pedagang memberikan suatu upetiyang ditaruh diatas makam tersebut,yang nantinya akan masuk ke kas kerajaan. Cara berjualan ini akhirnya menjadi suatu tradisi bagi masyarakat Buton,bahkan sampai dengan tahun 1940.
    [​IMG]


    7. Uang Kasha Banten, Kesultanan Banten (Abad ke-15)

    Mata uang dari Kesultanan banten pertama kali dibuat sekitar 1550-1596 Masehi. Bentuk koin Banten mengambil pola dari koin cash Cina yaitu dengan lubang di tengah, dengan ciri khasnya 6 segi pada lubang tengahnya (heksagonal). Inskripsi pada bagian muka pada mulanya dalam bahasa Jawa: “Pangeran Ratu”. Namun setelah mengakarnya agama Islam di Banten, inskripsi diganti dalam bahasa Arab, “Pangeran Ratu Ing Banten”. Terdapat beberapa jenis mata-uang lainnya yang dicetak oleh Sultan-sultan Banten, baik dari tembaga ataupun dari timah, seperti yang ditemukan pada akhir-akhir ini.
    [​IMG]


    8. Uang Jinggara, Kerajaan Gowa (Abad ke-16)

    Di daerah Sulawesi, yaitu Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, berdiri kerajaan Gowa dan Buton. Kerajaan Gowa pernah mengedarkan mata uang dan emas yang disebut jingara, salah satunya dikeluarkan atas nama Sultan Hasanuddin, raja Gowa yang memerintah dalam tahun 1653-1669. Di samping itu beredar juga uang dan bahan campuran timah dan tembaga, disebut kupa.
    [​IMG]


    9. Uang Picis, Kesultanan Cirebon (1710 M)

    Sultan yang memerintah kerajaan Cirebon pernah mengedarkan mata uang yang pembuatannya dipercayakan kepada seorang Cina. Uang timah yang amat tipis dan mudah pecah ini berlubang segi empat atau bundar di tengahnya, disebut picis, dibuat sekitar abad ke-17. Sekeliling lubang ada tulisan Cina atau tulisan berhuruf Latin berbunyi CHERIBON.
    [​IMG]


    10. Uang Real Batu, Kesultanan Sumenep (1730 M)

    Kerajaan Sumenep di Madura mengedarkan mata uang yang berasal dari uang-uang asing yang kemudian diberi cap bertulisan Arab berbunyi ‘sumanap’ sebagai tanda pengesahan. Uang kerajaan Sumenep yang berasal dari uang Spanyol disebut juga real batu karena bentuknya yang tidak beraturan. Dulunya uang perak ini banyak beredar di Mexico yang kemudian beredar juga di Filipina (jajahan Spanyol). Di negeri asalnya uang mi bernilai 8 Reales. Selain uang real Mexico, kerajaan Sumenep juga memanfaatkan uang gulden Belanda dan uang thaler Austria.
    [​IMG]
     
    • Thanks Thanks x 2
    • Like Like x 1
  4. Sunday_KNIGHT SUPERMOD
    CHICKEN VOYAGE

    Offline

    Rockstar

    Joined:
    Jun 10, 2012
    Messages:
    48,388
    Trophy Points:
    353
    Ratings:
    +1,277,435 / -7
    ORI [OEANG REPUBLIK INDONESIA]
    TAHUN 1945 – 1949​

    Mata uang pertama yang dimiliki Republik Indonesia setelah merdeka adalah Oeang Republik Indonesia atau ORI. Pemerintah memandang perlu untuk mengeluarkan uang sendiri yang tidak hanya berfungsi sebagai alat pembayaran yang sah tapi juga sebagai lambang utama negara merdeka.

    Resmi beredar pada 30 Oktober 1946, ORI tampil dalam bentuk uang kertas bernominal satu sen dengan gambar muka keris terhunus dan gambar belakang teks undang undang ORI ditandatangani Menteri Keuangan saat itu A.A. Maramis. Pada hari itu juga dinyatakan bahwa uang Jepang dan uang Javache Bank tidak berlaku lagi. ORI pertama dicetak oleh Percetakan Canisius dengan desain sederhana dengan dua warna dan memakai pengaman serat halus.

    Presiden Soekarno menjadi tokoh yang paling sering tampil dalam desain uang kertas ORI dan uang kertas Seri ORI II yang terbit di Jogjakarata pada 1 Januari 1947, Seri ORI III di Jogjakarta pada 26 Juli 1947, Seri ORI Baru di Jogjakarta pada 17 Agustus 1949, dan Seri 17 Agustus 1949, dan Seri Republik Indonesia Serikat (RIS) di Jakarta pada 1 Januari 1950.

    Meski masa peredaran ORI cukup singkat, namun ORI telah diterima di seluruh wilayah Republik Indonesia dan ikut menggelorakan semangat perlawanan terhadap penjajah. Pada Mei 1946, saat suasana di Jakarta genting, maka Pemerintah RI memutuskan untuk melanjutkan pencetakan ORI di daerah pedalaman, seperti di Jogjakarta, Surakarta dan Malang.



    ORI 1 (Tahun 1945)

    Resmi beredar pada 30 Oktober 1946. ORI tampil dalam bentuk uang kertas dengan 8 pecahan, yaitu bernominal 1 sen, 5 sen, 10 sen, 1/2 rupiah, 1 rupiah, 5 rupiah, 10 rupiah, 100 rupiah.

    ORI ditandatangani Menteri Keuangan saaat itu A.A Maramis. Pada hari itu juga dinyatakan bahwa uang Jepang dan uang Javasche Bank tidak berlaku lagi. ORI pertama dicetak Percetakan Canisius dengan desain sederhana dengan dua warna dan memakai pengaman serat halus.


    [​IMG]
    Pecahan 1 Sen
    Pecahan ini tidak memiliki nomor seri dan mempunyai dua variasi warna dasar yaitu violet dan hijau.
    [​IMG]
    Pecahan 5 Sen
    Pecahan ini juga tidak mempunyai nomor seri, dan terdiri dari 3 variasi yaitu: 1). Gambar banteng samar-samar dengan dasar warna violet, 2). Gambar banteng samar-samar dengan tepi/bingkai berwarna biru kehitaman, 3). Gambar banteng tajam
    [​IMG]
    Pecahan 10 Sen
    Seperti pecahan-pecahan sebelumnya, pecahan 10 sen ini juga tidak memiliki nomor seri. Terdapat sekitar dua variasi warna yaitu coklat dan hitam.


    [​IMG]
    [​IMG]
    Pecahan 1/2 Rupiah
    Pecahan ini dan seterusnya sudah memiliki nomor seri. Terdapat dua variasi warna dasar yaitu orange dan merah muda.
    [​IMG]
    Pecahan 1 Rupiah
    Semua pecahan ORI I mulai dari satu rupiah sampai dengan 100 rupiah di bagian depan bergambar presiden Sukarno.


    [​IMG]
    Pecahan 5 Rupiah
    Mempunyai gambar yang sangat mirip dengan pecahan 5 rupiah ORI II, tetapi berbeda dalam tanda tangan dan peletakan nomor seri. Cukup sulit ditemukan dalam kondisi sempurna. Dan terdapat 2 variasi nomor seri yaitu 2 huruf besar dan 3 huruf.
    [​IMG]
    Pecahan 10 Rupiah
    Juga mempunyai gambar yang sangat mirip dengan pecahan 10 rupiah ORI II, perbedaan hanya pada tanda tangan. Pecahan ini memiliki setidaknya 6 variasi nomor seri dan semuanya terletak pada macam hurufnya.
    [​IMG]
    Pecahan 100 Rupiah
    Merupakan pecahan terbesar dari seri ORI I, bergambar presiden Sukarno dan keris di bagian depan serta angka 100 besar di bagain belakang. Pecahan ini mirip sekali dengan pecahan yang sama dari seri ORI II tetapi berbeda dalam tanggal percetakan dan tanda tangan.



    ORI 2 (Tahun 1947)

    ORI II hanya mempunyai 4 pecahan, yaitu 5, 10, 25 dan 100 rupiah. Tiga diantaranya yaitu pecahan 5, 10 dan 100 rupiah mempunyai bentuk yang sama dengan ORI I. Hanya pecahan 25 rupiah saja yang berbeda. Semua pecahan bertanggal Djokjakarta 1 Djanuari 1947 dan ditandatangani oleh Mr. Sjafruddin Prawiranegara.

    Uang-uang seri ini tidak mempunyai pengaman yang baik, hanya kualitas kertas dan rahasia pada kode kontrol nomor seri saja yang membedakan apakah uang ini asli atau palsu.


    [​IMG] [​IMG]



    ORI 3 (Tahun 1947)

    Seri ORI III terdiri dari 7 jenis pecahan dari yang terkecil yaitu 1/2 rupiah sampai dengan yang terbesar yaitu 250 rupiah. Bertanggal Djokjakarta 26 Djuli 1947 dan ditandatangani oleh Mr. A.A. Maramis. Pada seri ini jugalah terdapat salah satu pecahan terlangka dari semua seri ORI yaitu pecahan 100 rupiah Maramis. Pecahan ini hanya bisa dikalahkan oleh pecahan 600 rupiah pada seri ORI IV.


    [​IMG]
    Pecahan 1/2 Rupiah
    Berwarna merah-orange di bagain depan dan coklat di bagian belakang. Terdapat versi palsunya yang umumnya berwarna hitam walaupun ada juga yang berwarna orange. Cukup sukar dibedakan apalagi oleh orang awam.
    [​IMG]
    Pecahan 2,5 Rupiah
    Umumnya berwarna ungu tua, juga terdapat versi palsunya yang berwarna merah dan coklat muda. Membedakannya selain dari warna juga perhatikan bentuk nomor serinya.
    [​IMG]
    Pecahan 25 Rupiah
    Pecahan ini mirip sekali dengan pecahan 25 rupiah seri ORI II, tetapi nomor serinya tercetak SDX 1 dan warnanya hijau. Banyak sekali ditemukan versi palsunya. Sukar dibedakan dengan aslinya apalagi bila tidak ada pembanding.


    [​IMG]
    Pecahan 50 Rupiah
    [​IMG]
    Pecahan 100 Maramis
    Disebut demikian karena bentuknya mirip sekali dengan pecahan 100 rupiah Hatta di seri ORI IV, tetapi berbeda tanda tangan. Selain itu perbedaan juga pada warna nomor seri dan tentu saja harganya.
    [​IMG]
    Pecahan 250 Rupiah
    Pecahan ini adalah pecahan dengan nominal terbesar di seri ORI III dan cukup sulit ditemukan, apalagi dalam kondisi sempurna.



    ORI 4 (Tahun 1948)

    Seri ORI IV ini terdiri dari pecahan2 yang sangat ganjil nominalnya, yaitu: 40 rupiah, 75 rupiah, 100 rupiah Hatta, 400 rupiah dan masterpiece nya uang kertas Indonesia, salah satu uang kertas kita yang terlangka sekaligus termahal yaitu 600 rupiah unissued. Semua ORI IV bertanggal Jogjakarta 23 Agustus 1948 dan ditandatangani oleh Drs. Mohammad Hatta. Pengaman yang digunakan adalah kode kontrol pada nomor serinya.


    [​IMG]
    Pecahan 40 Rupiah
    Pecahan ini adalah pecahan yang terkecil dan termurah dari seri ini.
    [​IMG]
    Pecahan 75 Rupiah
    Sangat sulit ditemukan baik dalam kondisi biasa apalagi dalam kondisi baik. Terdiri dari dua variasi nomor seri yaitu 5 angka dan 6 angka.
    [​IMG]
    Pecahan 100 Rupiah (Hatta)
    Bergambar sangat mirip dengan pecahan yang sama pada seri ORI III, tetapi berbeda tanda tangan, warna nomor seri dan warna bagian belakang. Perhatikan dan pelajari bedanya. Pengaman yang digunakan berupa kode kontrol pada nomor serinya.

    [​IMG]
    Pecahan 400 rupiah
    Harga perlembar yang asli sekitar 3-4 kali yang palsu yaitu berkisar diangka Rp.500 ribu untuk kondisi EF s/d Rp.1 juta rupiah perlembar untuk kondisi UNC.
    [​IMG]
    Pecahan 600 rupiah
    Pecahan ini ditemukan secara tidak sengaja dan terdiri dari satu lembar besar berisi 12 lembar uang ini dalam bentuk yang belum terpotong. Tercetak hanya pada satu sisi. Kemudian lembar besar tersebut dipotong2 menjadi 12 lembar dengan komposisi 6 lembar memiliki tepi (margin) yang bertulisan ENR dan 6 lembar tidak memiliki tepi. Karena hanya terdiri dari 12 lembar maka ORI 600 bernilai sangat mahal dan hampir tidak pernah beredar di pasaran. Pada lelang terakhir uang ini bernilai sekitar Rp. 35 juta rupiah perlembar. Karena langka dan mahal tentu saja banyak versi palsunya.



    ORI Baru (Tahun 1949)

    Seri ORI Baru memiliki tingkat kesulitan sangat tinggi, semua pecahannya sangat sukar didapatkan sehingga para kolektor, bahkan yang senior sekalipun seringkali mengalami kesulitan untuk mendapatkan dan melengkapi seri ini. Karena tingkat kesulitannya sangat tinggi maka tidak heran harganya juga tinggi.

    Seri ini terdiri dari pecahan2 bernilai kecil, dimulai dari 10 sen (ada dua warna), 1/2 rupiah (juga ada dua warna), 1 rupiah, 10 rupiah (dua variasi) dan 100 rupiah (ada variasi uncutnya). Semuanya bertanggal Djokjakarta 17 Agustus 1949 dan ditandatangani oleh Mr. Loekman Hakim.


    [​IMG]
    Pecahan 10 Sen Hijau
    Walaupun nominalnya kecil, uang ini sangat sukar didapatkan.
    [​IMG]
    Pecahan 10 Sen Merah
    Juga sulit untuk didapatkan, nilainya sedikit dibawah pecahan 10 sen yang hijau.
    [​IMG]
    Pecahan 1/2 Rupiah Hijau
    Tingkat kesulitannya sangat tinggi, setara dengan pecahan2 kecil lainnya. Harga perlembar kurang lebih sama dengan pecahan 10 sen hijau.


    [​IMG]
    Pecahan 1/2 Rupiah Merah
    Juga sangat sulit ditemukan, harga relatif sama dengan di atas. Keempat pecahan terkecil ini tidak mempunyai nomor seri.
    [​IMG]
    Pecahan 1 Rupiah
    Selain versi beredarnya yang mempunyai nomor seri, tenyata pecahan ini juga mempunyai versi proofnya yang berbeda warna dan tidak mempunyai nomor seri maupun tanda tangan. Versi ini sangat langka dan bernilai tinggi sekali.
    [​IMG]
    Pecahan 10 Rupiah
    Sangat sukar didapatkan bahkan untuk kondisi jeleknya sekalipun, terdapat dalam versi warna hitam dan warna coklat

    [​IMG]
    Pecahan 100 Rupiah
    Terdiri dari 2 bentuk yaitu yang tanpa nomor seri (lebih murah) dan yang bernomor seri (lebih mahal). Tetapi sampai saat ini masih terjadi kontroversi mengenai nomor serinya. Sebagian kolektor mengatakan bahwa uang ini sebenarnya tanpa nomor seri tetapi oleh orang2 tertentu sengaja di cetak sehingga mengakibatkan nilai jual menjadi lebih tinggi. Bagi para pemula diharapkan tidak tertipu dengan uang yang bernomor seri karena mungkin saja palsu, perhatikan tipe huruf dan angka pada nomor seri

    [​IMG]
    Selain versi biasanya, ternyata ditemukan juga veri proof yang berwarna hitam, dan versi UNCUT Terdiri dari 2 lembar pecahan 100 rupiah yang belum di potong.
     
  5. purbaya Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jun 16, 2010
    Messages:
    73
    Trophy Points:
    106
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +1,911 / -0
    Dulu Uang Rupiah di awal rilisnya begitu berharga, sekarang terlalu banyak angka
    kakekku pernah bilang "dulu itu uang 300 rupiah sudah dapat 1 ekor sapi"

    nice thread
     
  6. yukichan89 Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 9, 2013
    Messages:
    118
    Trophy Points:
    42
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2 / -0
    uang dulu 0 nya sedikit lbh enak diliatnya..haha
     
  7. sinjaymania Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    May 5, 2015
    Messages:
    99
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +1 / -0
    redenominasi semoga bisa segera terlaksana, jadi kembali lagi ke jaman dulu, seribu rupiah jadi 1 rupiah tapi ga ngurangin nilai mata uang itu sendiri
     
  8. vandeventer Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jun 18, 2012
    Messages:
    120
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +3 / -0
    bisa ga ya nilai tukar Rupiah kembali ke zamannya pecahan paling besar cuman seratus rupiah saja
     
  9. orihi M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Nov 16, 2010
    Messages:
    267
    Trophy Points:
    17
    Ratings:
    +37 / -0
    baru tau sejarah uang indonesia panjang sekali.
    aku kira dlu untuk perdagangan hanya sistem barter, ternyata ada uang uang kerajaan pula.
    tapi sekarang uang dah kebanyakan 0 nya, hehehe
     
  10. a_rinaldi_m M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Sep 7, 2009
    Messages:
    200
    Trophy Points:
    26
    Ratings:
    +17 / -4
    bentuk uang paling pertama apa betulan emas yah
     
  11. h6c7boys M V U

    Offline

    Maestro

    Joined:
    Oct 18, 2011
    Messages:
    733
    Trophy Points:
    222
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +25,151 / -0
    mending dlu ya nilainya kecil2
    sekarang merosot truz tuh kalah sama dollar
     
  12. backstan Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Feb 11, 2011
    Messages:
    163
    Trophy Points:
    56
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +133 / -0
    uang-uang sampai jaman Presiden Soekarno

    uang paling jadul yang pernah ane lihat kayanya cuma uang

    25 perak, itupun jaman ane kecil udahngak ada harganya

    kalo bisa tolong dishare juga uang sampai jaman sekarang

    Thanks untuk infonya
     
  13. jenderal119 M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Mar 14, 2011
    Messages:
    243
    Trophy Points:
    42
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +74 / -2
    waw.. mantab bener...
    kebayang kalau punya koleksi semua itu...
     
  14. mlxjakarta Banned User

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 13, 2012
    Messages:
    644
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +12 / -1
    Mantap gan..
    Bagus ya uang-uang jaman dulu, beda sama sekarang :D
    Jadi inget zaman SD pas uang gope lembaran gambar monyet masih ada, suka main "Tok-tok-tok, ada orang di rumah?" hahaha.
     
  15. haikalmuhlis Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Oct 27, 2015
    Messages:
    19
    Trophy Points:
    2
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +0 / -0
    pertamax gan...
    jadi inget uang jajan ane sd gan :ogblink:500 rupiah masih bisa kenyang, lah sekarang gak dapet apa, banci aja gak mau :D

    mungkin ekonominya harus diganti syariah kali ya, biar penuh berkah ;)

    [​IMG]
     
  16. cikimang Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 24, 2009
    Messages:
    100
    Trophy Points:
    31
    Ratings:
    +3 / -1
    ane dulu suka ngoleksi tuh uang lama hahaha
     
  17. santomwz Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Dec 21, 2011
    Messages:
    43
    Trophy Points:
    6
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +0 / -0
    kalau uang jadi dolar gimana ya :D
     
  18. magicbum Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 19, 2012
    Messages:
    160
    Trophy Points:
    117
    Ratings:
    +894 / -2
    dirumah banyak banget gan,
    om ane koleksi yg kyk gini2an,
    kirnala salah satu yang ane tau
     
  19. modjo006 Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Sep 17, 2011
    Messages:
    49
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +3 / -1
    keren yang masih pake emas...
    mahal kalo dijual sekarang...hahaha..
    :ogcihui:
     
  20. sounddanezzboiz Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Sep 22, 2012
    Messages:
    192
    Trophy Points:
    31
    Ratings:
    +22 / -1
    ih keren ya, ini yang masih punya atau yang masih dijual ada ga ya?
    buat yg jaman sebelum jadi indonesia, dah lama bgt kan itu
     
  21. san123 Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jan 18, 2013
    Messages:
    40
    Trophy Points:
    22
    Ratings:
    +1 / -0
    makasih infonya gan jadi tau sejarah uang indonesia. baru liat pecahan satu rupiah
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.