1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Flora Kawista (Limonia acidissima)

Discussion in 'Flora dan Fauna' started by sim1, Apr 10, 2014.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. sim1 M V U

    Offline

    Superstar

    Joined:
    Feb 26, 2014
    Messages:
    10,222
    Trophy Points:
    242
    Ratings:
    +6,563 / -0



    Kawista (Limonia acidissima)




    Klasifikasi ilmiah
    Kerajaan: Plantae
    Divisi : Magnoliophyta
    Kelas : Magnoliopsida
    Ordo : Sapindales
    Famili : Rutaceae
    Genus : Limonia
    Spesies : L. acidissima
    Nama binomial
    Limonia acidissima
    [​IMG]





    Kawista
    Kawista (Limonia acidissima syn. Feronia limonia) adalah kerabat dekat maja dan masih termasuk dalam suku jeruk-jerukan (Rutaceae). Tumbuhan yang dimanfaatkan buahnya ini sudah jarang dijumpai meskipun sekarang beberapa daerah mulai mengembangkannya. Kawista relatif tahan kondisi buruk (kering atau tanah salin) dan tahan penyakit. Asalnya adalah dari India selatan hingga ke Asia Tenggara dan Jawa.
    Kawista dapat digunakan sebagai batang bawah bagi jeruk dalam teknik sambung pucuk, namun teknik ini dapat memengaruhi rasa buah jeruk yang dihasilkan. Buah jeruk semacam ini dikenal sebagai "kajer" (dari "kawista" dan "jeruk") dan bisa ditemui di Galis, Madura.
    Di Aceh, kawista dikenal dengan nama buah batok. Digunakan sebagai bahan campuran bumbu rujak Aceh dan sirup.
    Di Kabupaten Rembang dikembangkan sirup kawista. Rasa mirip cola
    Orang Jawa menyebutnya kawis.



    Deskripsi dan Manfaat Buah Kawista

    Deskripsi


    Tanaman pohon "kawista". Sudah jarang terdengar, tapi mungkin kebanyakan orang tak akan melupakan rasa dari buah pohon tersebut. Kawista berbentuk pohon kecil yang diameter batang pohonnya tidak terlalu besar dan tingginya mencapai 12 m, bercabang banyak dan ramping-ramping, berduri tajam dan lurus, panjangnya sampai 4 cm. Kadang ada juga yang menjadikan tanaman ini sebagai bonsai. Daunnya majemuk berukuran panjang sampai 12 cm, bersirip ganjil dengan rakis dan tangkainya yang bersayap sempit; anak daunnya berhadapan, 2-3 pasang, anak daun ujung berbentuk bundar telur sungsang, panjangnya sampai 4 cm, memiliki kelenjar minyak, dan jika daun diremas, mengeluarkan sedikit aroma.

    Bunga jantan dan bunga sempurnanya berbilangan lima, berwarna putih, hijau atau lembayung-kemerahan, biasanya bergerombol,, terletak di ujung ranting atau di sela-sela daun. Buahnya bertipe seperti buah buni tapi besar, berkulit keras, berdiameter sampai 10 cm; permukaan kulitnya bersisik, terlepas-lepas, berwarna putih kehijauan, daging buahnya yang harum berisi banyak biji yang berlendir. Bijinya berukuran 5-6 mm, berbulu, berkeping biji tebal dan berwarna hijau; perkecambahannya epigeal. Batang anakannya ramping, sedikit berbiku-biku (zigzag); 1-4 lembar daun pertama berbentuk daun tunggal.

    Pohon kawista sebenarnya seperti tanaman lain pada umumnya, yaitu berdaun, berbunga, dan berbuah dalam tahun yang sama. Di Asia Tenggara, daun kawista gugur pada bulan Januari. Bunganya tumbuh pada awal bulan Februari atau Maret, dan berbuah matang pada bulan Oktober atau November. Pohonnya tumbuh lambat dan tidak akan menghasilkan buah sampai berumur 15 tahun atau lebih. Kandungan Daging pada buah kawista kira-kira sepertiga dari keseluruhan buah.

    Kawista, seperti juga maja dan jenis jenis dari Feronella Swingle, mampu hidup pada iklim tropik muson atau yang sewaktu-waktu kering. Tanaman ini dapat tumbuh sampai ketinggian 450 m dpl., di Himalaya bagian barat, yaitu di tempat asalnya. Di Malaysia dan Indonesia, pohon kawista terutama dibudidayakan di daerah-daerah pantai. Rupa-rupanya jenis ini toleran terhadap kekeringan dan dapat beradaptasi dengan baik pada tanah yang ringan.

    Kandungan pektin buah segarnya adalah 3-5%. Setiap 100 g bagian daging buah yang dapat dimakan mengandung: 74 g air, 8 g protein, 1,5 g lemak, 7,5 g karbohidrat, dan 5 g abu. Dalam 100 g bagian biji yang dapat dimakan, terkandung: 4 g air, 26 g protein, 27 g lemak, 3 5 g karbohidrat, dan 5 g abu. Daging buah yang kering mengandung 15% asam sitrat dan sejumlah kecil asam-asam kalium, kalsium, dan besi.

    Manfaat Buah Kawista

    Buah kawista yang matang, juga memiliki manfaat bagi masyarakat yaitu :
    1. Untuk menurunkan panas
    2. pengelat dan bersifat tonikum
    3. Digunakan sebagai obat sakit perut.

    Di Indo-Cina, duri dan kulit batang kawista dijumpai dalam berbagai ramuan obat tradisional untuk mengobati haid yang berlebihan, gangguan hati, gigitan dan sengatan binatang, dan untuk mengobati mual-mual. Kayu kawista digunakan untuk bangunan rumah, tiang dan perabotan pertanian. Getah yang dikumpulkan dari kulit kayunya dilaporkan memiliki manfaat obat, dan digunakan sebagai pengganti gom arab.

    Cara memakan buah kawista ini adalah daging buah yang matang dicampur dengan gula, barulah dimakan beserta bijinya atau biji tersebut dibuang, atau juga diolah menjadi semacam 'treacle'. Di Sri Lanka, buahnya diolah menjadi krim. Krim kawista merupakan hasil olahan dari daging buahnya. Di India juga, buah kawista dimanfaatkan dengan cara yang bersamaan dengan kerabat dekatnya yaitu maja (Aegle marmelos (L.) Correa), tetapi tidak dapat menggantikan maja itu.

    Prospek Kawista rupa-rupanya akan tetap merupakan sumber daya yang tidak termanfaatkan di Asia Tenggara, kecuali di Sri Lanka yang berstatus sebagai komoditas ekspor. Pohon kawista hanya dapat dijumpai di pekarangan di daerah-daerah yang lebih kering di Asia Tenggara (di Bali juga ada), dan buahnya tidak banyak dimanfaatkan. Tampaknya hanya sedikit minat terhadap buah yang satu ini.

    Kalau ingin mencoba menanamnya, bisa dengan cara diperbanyak dengan benih, setek akar dan penyambungan. Benih kawista berkecambah 2--3 minggu dalam pembibitan; untuk benih yang telah disimpan beberapa minggu, perkecambahan dapat mencapai 80%. Mata tunas dari ranting tuanya dapat ditempelkan pada semai, dan dilaporkan menghasilkan pohon kerdil yang dapat berbuah.



    Sumber
    wikipedia
    bacean.blogspot.com
     
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. nugrozipho MODERATOR
    Trivia Mania

    Offline

    表裏一体

    Joined:
    Feb 18, 2013
    Messages:
    13,823
    Trophy Points:
    319
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +40,327 / -7
    Bagaimana Buah Kawis Dinikmati?



    1. Belah/banting/pecahkan buah kawis hingga pecah. Buah yang matang akan berbau harum khas kawis, berwarna hitam kecoklatan. Tanda kalau sudah busuk bila sudah berjamur dan baunya masam. Begini wujud buah kawis yang sudah matang.
    2. Lalu keruk daging buahnya. Kadang ada biji buah yang ikut terkeruk. Ga papa kok bila ikut termakan. Tapi kalau mau disaring juga silakan…. Bisa disemai bijinya.
    3. Jus daging buah tersebut, campur dengan air dan gula pasir/ gula cair sesuai selera. Jadilah jus buah kawis yang segarrrrr… Atau…
    4. Daging buah yang dikeruk langsung dicampur, diaduk dengan gula pasir. Rasanya manis dan sedikit sepat, tapi dijamin unik dan enak. Btw, ada video cara makan kawis dari negeri tetangga yang cukup ekstrim. Langsung dimakan padahal masih mentah/putih daging buahnya, Denger-denger sih memang ada yang menikmati kawis yang masih putih dengan cara dirujak. Langsung cek aja ya videonya berikut:

    [video=youtube;KKXsfoObZyo]http://www.youtube.com/watch?v=KKXsfoObZyo[/video]​


     
  4. ffda M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Apr 26, 2013
    Messages:
    4,694
    Trophy Points:
    227
    Ratings:
    +12,472 / -0









    Bonsai Kawista (Limonia acidissima)
    [​IMG]
    Kawista (Limonia acidissima) adalah tumbuhan buah yang masih tergolong jenis tumbuhan buah seperti kerabat dekat maja dan masih termasuk dalam suku jeruk-jerukan (Rutaceae). Kawista memiliki daun seperti jeruk, namun berukuran kecil, daun memiliki 1-3 lembar dalam satu dahan daun.

    [​IMG]
    Tumbuhan yang dimanfaatkan buahnya ini sudah jarang dijumpai meskipun sekarang beberapa daerah mulai mengembangkannya. Kawista relatif tahan kondisi buruk (kering atau tanah salin) dan tahan penyakit. Asalnya adalah dari India selatan hingga ke Asia Tenggara dan Jawa.

    [​IMG]
    Kawista dapat digunakan sebagai batang bawah bagi jeruk, namun memengaruhi rasa buah jeruk yang dihasilkan. Buah jeruk semacam ini dikenal sebagai "kajer" (dari "kawista" dan "jeruk") dan bisa ditemui di Galis, Madura. Di Aceh, kawista dikenal dengan nama buah batok. Digunakan sebagai bahan campuran bumbu rujak Aceh dan sirup. Di Kabupaten Rembang dikembangkan sirup kawista.

    [​IMG]
    Kawista (Limonia acidissima syn. Feronia limonia) dalam bahasa Jawa menyebutnya adalah Kawis. Kawis atau Kawista masih banyak kita jumpai hampir setiap wilayah di Indonesia. Bagi para penggemar bonsai tanaman buah kawista ini dijadikan bakalan bonsai kawista dengan sentuhan seni alami dan nilai jual yang tentunya sangat tinggi.
    Ada tanaman yang sejenis dengan Kawista yaitu Kawista Batu (Feronia lucida, suku Rutaceae) merupakan tumbuhan penghasil buah yang dapat dimakan. Tumbuhan yang masih sekerabat dengan jeruk ini yang kini sudah sulit ditemui, seperti juga kerabat dekatnya, kawista.​
    Sumber


    Mohon koreksi kalau ada salah-salah :maaf:
     
  5. mufaya M V U

    Offline

    dnanbl

    Joined:
    Dec 28, 2013
    Messages:
    8,963
    Trophy Points:
    192
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +3,038 / -0
    Mengenal Buah Langka, Kawista
    Sumber









    Coca cola, siapa yang nggak kenal? apa lagi meminumnya. seger yah kalau siang-siang pas panas terik minum Coca-cola. Gelembung-gelembung kecil segera muncul saat minuman berwarna cokelat bening itu dituang ke gelas. Sensasi rasa yang menggigit di lidah, langsung tercecap waktu ia masuk ke rongga mulut. Tapi siapa sangka kalau buah kawista ini jika dibuat sirup akan bereaksi seperti minuman Cola cola .

    Buah yang satu ini aslinya dari India dan di Indonesia tergolong sebagai buah yang langka. Bentuknya bulat warnanya putih sedikit cokelat kehijauan. Nyaris mirip bola batu. Hmm… jangan ditanya saat sudah masak. Aromanya sungguh wangi semerbak! Kalau banyak orang tak kenal buah kawista memang wajar. Karena buah yang satu ini sudah tergolong bua langka. Di daerah Rembang dan sekitarnya masih banyak ditanam pohon kawista. Karena itu pula di daerah ini dikenal sebagai produsen sirop kawista.

    Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Magnoliopsida; Ordo: Sapindales; Famili: Rutaceae; Genus: Limonia; Spesies: Limonia acidissima; Nama binomial Limonia acidissima

    Secara umum pohon ini dikenal sebagai Kawista. Di beberapa daerah di Jawa biasa disebut sebagai Kawis sedangkan di Bali pohon ini dinamakan Kusta. Tanaman bernama ilmiah (binomial) Limonia acidissima ini dikenal sebagai Indian Woodapple atau Elephant Apple.

    Ciri-ciri pohon Kawista
    Pohon Kawista (Kawis) menyukai daerah kering. Batangnya relatif kecil dan bisa mencapai tinggi hingga 12 meter dengan cabang dan ranting yang ramping, serta memiliki kebiasaan meluruhkan daunnya. Cabang pohon Kawista (Limonia acidissima) biasanya ditumbuhi duri. Daunnya majemuk berukuran panjang hingga 12 centimeter, dan anak daunnya berhadapan, dua sampai tiga pasang. Bunga Kawista biasanya bergerombol dengan warna putih atau hijau dan kemerahan. Bunga keluar dari ketiak daun atau terletak di ujung ranting. Buah Kawista berbentuk bulat, berkulit keras dan bersisik, dan berwarna coklat putih. Daging buahnya berbau harum berwarna coklat kehitaman. Buah Kawista yang telah cukup masak akan jatuh dengan sendirinya. Karena kulit buahnya yang keras, meskipun jatuh buah ini tidak akan rusak.

    Habitat dan Penyebaran Kawista
    Pohon Kawista tumbuh di daerah tropis dengan kondisi tanah yang kering. Tumbuhan penghasil buah ini merupakan tanaman dataran rendah yang mampu tumbuh hingga pada ketinggian 400 mdpl. Kawista tumbuh alami di daerah Sri Lanka, India, Myanmar, dan Indocina, kemudian menyebar hingga ke Malaysia dan Indonesia. Pohon Kawista juga sudah diintrodusir ke Amerika. Di Indonesia, Kawista tumbuh alami di daerah pesisir utara pulau Jawa.

    Bagaimanakah pemanfaatan buah Kawista ini?
    Buah Kawista dapat dimakan langsung. Atau diolah menjadi berbagai komoditas seperti sirup dan dodol. Selain itu Buah kawista yang matang dipercaya mampu menjadi obat menurunkan panas dan sakit perut, serta dimanfaatkan sebagai tonikum. Kulit batang pohon Kawista dipercaya juga dapat menjadi campuran jamu untuk mengatasi haid yang berlebihan, gangguan hati, mengatasi mual-mual, bahkan untuk mengobati luka akibat gigitan serangga.

    Cara menikmati KAWIS secara tradisional adalah dengan membantingnya hingga retak kemudian setelah terbelah, dagingnya dikeruk ke dalam gelas, ditaburi gula pasir, lalu dimakan, atau agar lebih joss dapat ditambah es dan sedikit air seperti limun. Keunikan rasa Kawista ini akhirnya dilirik oleh pasar dan dikembangkanlah sirup Kawista, dirintis di Rembang dan kini menjadi oleh-oleh khas serta identitas daerah Rembang, daerah perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur di Pantai Utara.

    COLA VAN JAVA, begitulah nama sirup Kawista ini populer di kalangan masyarakat Internasional. Begitu dituang ke dalam segelas air akan muncul gelembung-gelembung layaknya minuman bersoda, dan ada sensasi mengigit di lidah serta gas yang menyelusup hidung ketika kita meminum sirup kawista ini, persis seperti ketika kita minum cola berkarbonasi. Amerika, Finlandia, dan Jepang adalah sederet tujuan ekspor produk sirup Kawista ini. ‘Rasa menggigit pada minuman kola dan kawista kemungkinan muncul dari senyawa berbentuk kristal yang berubah menjadi gas CO2 saat diolah,’ kata Dr Ir Raffi Paramawati, ahli teknologi pangan dari Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Serpong, Tangerang, Banten. Sayangnya tidak banyak yang mengenal dan membudidayakan pohon Kawista. Pohon dan buah Kawista ini memang kalah populer dengan aneka buah lainnya, tetapi bukankah ini juga termasuk salah satu kekayaan yang menunggu eksplorasi kita.
     
  6. wiwis6002 M V U

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Mar 29, 2012
    Messages:
    9,242
    Trophy Points:
    203
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2,554 / -2







    Bagaimanakah Pemanfaatan Buah Kawista ?
    Buah Kawista dapat dimakan langsung. Atau diolah menjadi berbagai komoditas seperti sirup dan dodol. Selain itu Buah kawista yang matang dipercaya mampu menjadi obat menurunkan panas dan sakit perut, serta dimanfaatkan sebagai tonikum. Kulit batang pohon Kawista dipercaya juga dapat menjadi campuran jamu untuk mengatasi haid yang berlebihan, gangguan hati, mengatasi mual-mual, bahkan untuk mengobati luka akibat gigitan serangga.

    Cara menikmati KAWIS secara tradisional adalah dengan membantingnya hingga retak kemudian setelah terbelah, dagingnya dikeruk ke dalam gelas, ditaburi gula pasir, lalu dimakan, atau agar lebih joss dapat ditambah es dan sedikit air seperti limun. Keunikan rasa Kawista ini akhirnya dilirik oleh pasar dan dikembangkanlah sirup Kawista, dirintis di Rembang dan kini menjadi oleh-oleh khas serta identitas daerah Rembang, daerah perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur di Pantai Utara.


    [​IMG]
    COLA VAN JAVA, begitulah nama sirup Kawista ini populer di kalangan masyarakat Internasional. Begitu dituang ke dalam segelas air akan muncul gelembung-gelembung layaknya minuman bersoda, dan ada sensasi mengigit di lidah serta gas yang menyelusup hidung ketika kita meminum sirup kawista ini, persis seperti ketika kita minum cola berkarbonasi. Amerika, Finlandia, dan Jepang adalah sederet tujuan ekspor produk sirup Kawista ini. ‘Rasa menggigit pada minuman kola dan kawista kemungkinan muncul dari senyawa berbentuk kristal yang berubah menjadi gas CO2 saat diolah,’ kata Dr Ir Raffi Paramawati, ahli teknologi pangan dari Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Serpong, Tangerang, Banten.

    Sayangnya tidak banyak yang mengenal dan membudidayakan pohon Kawista. Pohon dan buah Kawista ini memang kalah populer dengan aneka buah lainnya, tetapi bukankah ini juga termasuk salah satu kekayaan yang menunggu eksplorasi kita.



    sumber
     
  7. justkaen MODERATOR

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Aug 25, 2011
    Messages:
    2,099
    Trophy Points:
    252
    Ratings:
    +27,563 / -0
    nyumbang artikel ya :malu





    Wanginya Bisnis Kawista, Jarang Tercecap​


    [​IMG]


    Buah Kawista adalah salah satu sumber daya hayati Indonesia, tapi buah ini sangat tidak popular sehingga kini nyaris punah. Padahal bila dikembangkan, buah maupun produk olahannya sangat potensial untuk menjadi komoditas perdagangan yang handal.

    Kalau banyak orang Indonesia tak kenal buah kawista, itu memang wajar. Karena buah yang satu ini sudah tergolong buah langka. Saat ini, di pasar-pasar, pasar tradisional sekalipun, sudah sangat jarang orang yang menjajakannya. Bahkan nyaris tidak ada.
    Buah ini punya nama Latin-nya Limonia acidissima syn. Feronia limonia, aslinya dari India selatan tapi kemudian menyebar hingga Asia Tenggara dan Jawa. Tidak diketahui pasti, kapan mulai masuk Indonesia namun sebagian orang jadul (generasi tua) di Jawa Tengah dan Jawa Timur mengenalnya dengan sebutan kinco, kemudian di daerah lain menyebutnya dengan buah kawis.

    Menilik dari nama Latin buah kawista, sepertinya buah langka ini ada kaitannya dengan buah jeruk. Tapi memang benar, kawista adalah kerabat dekat buah maja dan masih termasuk dalam suku jeruk-jerukan (Rutaceae). Pohonnya tinggi dengan daun-daun yang kecil dan rindang.

    Buah kawista bentuknya bulat, dengan warna putih sedikit cokelat kehijauan. Bila dilihat dari kejauhan, maka tekstur kulit buah ini terlihat mirip melon. Tapi kulit buah kawista sangat keras, itulah yang membuatnya nyaris mirip bola batu.

    Jika sudah masak pohon, maka buah ini akan menebarkan aroma sangat wangi. Untuk menikmati kawista, tak ada cara lain kecuali membantingnya lebih dulu hingga kulitnya yang keras itu retak atau pecah. Isi kawis berwarna kuning kecokelatan hingga hitam kelam, dengan biji-biji seperti jambu biji dan sedikit berserabut daging buahnya.

    Orang-orang jadul biasanya menikmati kawista dengan cara mengeruk daging buahnya dengan sendok dan langsung memakannya bersama taburan gula pasir. Rasa kawista memang agak asam dan tidak manis sama sekali. Bisa juga diaduk dengan es, sedikit air dan gula pasir hingga lebih asyik rasanya.

    Cola van Java

    Gelembung-gelembung kecil segera muncul saat minuman berwarna cokelat bening itu dituang ke gelas. Sensasi rasa yang menggigit di lidah, seperti minuman cola bersoda, langsung tercecap waktu ia masuk ke rongga mulut. Tapi, itu bukan minuman cola berkarbonasi yang banyak dijumpai di pasaran, melainkan sirup kawista asal Rembang, Jawa Tengah.

    Nikmatnya minuman sirup itu tercecap wartawan yang bertandang ke kediaman Imam Tohari, di siang hari yang panas pada akhir Mei 2010. Segarnya segelas sirup kawista yang dicampur es batu melenyapkan dahaga seketika. Sensasi yang terasa menggigit di lidah berlanjut ke tenggorokan. Lalu beberapa detik kemudian terasa ada gas menelusup ke hidung. Sensasi itu mirip saat meneguk minuman cola berkarbonasi.

    Sirup dari buah kawista memang serupa dengan minuman asal buah cola, Colanitida. yang banyak tumbuh di daratan Afrika. Bedanya, kawista tumbuh di tanah air, terutama Pulau Jawa. Jadi, pantaslah sirup kawista kerap dijuluki java cola, atau cola van Java alias cola dari Jawa.

    “Rasa ‘menggigit’ pada minuman kola dan kawista kemungkinan muncul dari senyawa berbentuk kristal yang berubah menjadi gas CO2 saat diolah,” kata Dr Ir Raffi Paramawati, ahli teknologi pangan dari Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Serpong, Tangerang, Banten.

    Sirup Kawista

    Kristal itu berupa senyawa komplek yang sifatnya menyerupai asam karbonat sehingga menyebabkan munculnya gelembung udara saat minuman dituang. Sayangnya, minuman cola asli sudah jarang dijumpai di pasaran. Kebanyakan minuman kola yang beredar menggunakan perisa cola sintetis dan sudah melalui proses karbonasi di pabrik.

    “Proses karbonasi dilakukan dengan melarutkan gas CO2 ke dalam air sehingga membentuk asam karbonat H2CO3 atau soda,” tutur Dr Ir Sri Widowati MappSc, dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor, Jawa Barat.

    Dengan begitu minuman rasa cola bisa diproduksi massal sehingga mudah dijumpai di pasaran. Itu berbeda dengan sirup kawista yang hanya banyak dijumpai di Rembang. Rembang memang sohor sebagai sentra kawista sejak puluhan tahun lalu.

    Pohon berumur puluhan tahun tumbuh di pekarangan penduduk di Kecamatan Lasem, Sumberejo, dan Paciran. “Diperkirakan saat ini ada 1.000 pohon kawista tersebar di Rembang,” tutur Suratmin, sekretaris Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Rembang. Kerabat jeruk itu panen raya pada Februari – April.

    Kawista itu berbeda dengan kawista Feronia lucida yang biasa digunakan untuk bakalan bonsai. Masyarakat menyebutnya kawista kerikil karena buahnya hanya sebesar kerikil. Sedangkan buah kawista Limonia acidissima disebut kawista batu.

    Penduduk Rembang kerap mengkonsumsi buah segarnya dengan taburan gula. Cara lain diolah menjadi sirup sehingga awet. Minuman khas itu dibuat dengan merebus daging buah kawista bersama air. Air rebusan disaring dengan kain halus agar sari buah dan seratnya terpisah. Kemudian sari buah diendapkan selama 24 jam dalam wadah tertutup.

    Setelah mengendap, air di lapisan atas dipisahkan dari endapan dan ditambah pengental. Setelah didiamkan selama 12 jam, air sari itu direbus sekaligus ditambahkan gula pasir. Perbandingannya 1 liter sari kawista : 700 g gula. Setelah mendidih, sari kawista disaring kembali dan dimasukkan ke dalam botol. “Agar awet selama setahun, bisa ditambahkan pengawet makanan natrium benzoat sebanyak 1 sendok teh untuk 1 liter sirup,” kata Imam Tohari, produsen sirup kawista.

    Komoditas Ekspor

    Selain sirup, 3 tahun belakangan muncul olahan-olahan baru seperti madu mongso – dodol khas Jawa berbahan dasar tape ketan – dan selai. “Selama ini serat kawista sisa pengolahan sirup belum pernah dimanfaatkan, makanya saya coba-coba mengolahnya menjadi madu mongso dan selai,” kata Imam.

    Pemilik CV Karya Bakti Makanan dan Minuman itu membuat madu mongso dengan memadukan serat kawista, tape ketan, santan, dan gula merah yang dipanaskan di atas api kecil sampai mengental. Rasanya manis bercampur asam, dengan aroma buah segar. Sedangkan selai kawista dibuat dengan merebus serat kawista, gula merah, dan air tape sampai mengental.

    Imam memproduksi sekitar 2.500 botol sirup, 22 ribu botol limun (cola van Java), serta 4.000 pak selai dan madumongso tiap tahun. Itu hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi di sekitar Rembang saja.

    Menurut L Agus Sukamto, peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor, sejatinya kawista berpotensi dikembangkan sebagai komoditas bernilai tinggi. “Di Sri Lanka, kawista diolah menjadi minuman dan cream sebagai komoditas ekspor,” tuturnya. Buah didapat dari tanaman yang banyak tumbuh di pekarangan rumah dan kebun.

    Di tanahair kawista adaptif ditanam di daerah kering di pesisir pantai seperti Rembang dan Jepara (Jawa Tengah), Karawang (Jawa Barat), serta Tuban (Jawa Timur). “Penanaman kawista di luar Jawa seperti di Bali pun memungkinkan asal daerah kering,” kata Agus

    Tembus Jepang

    Penanaman kawista kurang berkembang karena dianggap tumbuh sangat lambat dan lamban berproduksi. Dalam buku Plant Resouces of South East Asia (PROSEA) disebutkan kawista baru berbuah setelah umur 15 tahun. Itu jika tanaman asal biji atau setek akar. Dengan okulasi kawista bisa lebih cepat tumbuh.

    Itu dibuktikan oleh Wawan K Sarip, di Karawang, Jawa Barat. Kawista asal okulasi mulai belajar berbuah umur 2 tahun. Untuk menggenjot pertumbuhan, Wawan menggunakan batang bawah rangkap 2 – 5. Dengan umur genjah, Wawan berencana mengebunkan 200 kawista di Karawang, pada 2011 guna memenuhi permintaan ekspor olahan kawista ke Jepang.

    Dua tahun terakhir Wawan memang getol mengolah kawista menjadi minuman segar dan dodol. “Tiap ikut pameran saya bisa jual 200 kemasan dodol dan 200 botol minuman,” tutur pemilik PT Axar Qiara itu.

    Produk kawista milik Wawan bahkan masuk dalam 10 besar produk unggulan Karawang untuk ekspor ke Jepang. Artinya cola van Java punya peluang untuk dikembangkan. Sayang sekali kini tidak banyak lagi pohon kawista yang ditanam orang. Tapi itu juga berarti bahwa peluang bisnis kawista masih terbuka lebar. ins

    Sekilas Tentang Kawista

    Kawista (Limonia acidissima syn. Feronia limonia) adalah kerabat dekat maja dan masih termasuk dalam suku jeruk-jerukan (Rutaceae). Tumbuhan yang dimanfaatkan buahnya ini sudah jarang dijumpai meskipun sekarang beberapa daerah mulai mengembangkannya. Kawista relatif tahan kondisi buruk (kering atau tanah salin) dan tahan penyakit. Asalnya adalah dari India selatan hingga ke Asia Tenggara dan Jawa.

    Kawista dapat digunakan sebagai batang bawah bagi jeruk, namun mempengaruhi rasa buah jeruk yang dihasilkan. Buah jeruk semacam ini dikenal sebagai "kajer" (dari "kawista" dan "jeruk") dan bisa ditemui di Galis, Madura. Di Kabupaten Rembang dikembangkan sirup kawista. Orang Jawa menyebutnya kawis atau kinco.

    Source
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.