1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Fauna Babirusa (Babyrousa Babyrussa)

Discussion in 'Flora dan Fauna' started by darkash, Dec 24, 2013.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. darkash Veteran

    Offline

    Poor Slave

    Joined:
    Jul 31, 2010
    Messages:
    5,718
    Trophy Points:
    300
    Ratings:
    +28,732 / -190



    [TH="background-color: #D3D3A4"]Babirusa[/TH]







    [TH="background-color: #D3D3A4"]Klasifikasi ilmiah[/TH]






    [​IMG]
    Spesimen Babirusa di Museum Sejarah Alam Field,Chicago
    Status konservasi
    [​IMG]
    Rentan (IUCN 2.3)



















    Kerajaan: Animalia
    Filum: Chordata
    Kelas: Mammalia
    Ordo: Artiodactyla
    Famili: Suidae
    Genus: Babyrousa
    Perry, 1811
    Species
    Babyrousa babyrussa
    Babyrousa bolabatuensis
    Babyrousa celebensis
    Babyrousa togeanensis

    Deskripsi

    Babirusa adalah marga hewan dari beberapa jenis babi liar yang hanya terdapat di sekitar Sulawesi, Pulau Togian, Malenge, Sula, Buru dan pulau-pulau Maluku lainnya. Habitat babirusa banyak ditemukan di hutan hujan tropis. Hewan ini gemar melahap buah-buahan dan tumbuhan, seperti mangga, jamur dan dedaunan. Mereka hanya berburu makanan pada malam hari untuk menghindari beberapa binatang buas yang sering menyerang.


    Panjang tubuh babirusa sekitar 87 sampai 106 sentimeter. Tinggi babirusa berkisar pada 65-80 sentimeter dan berat tubuhnya bisa mencapai 90 kilogram. Meskipun bersifat penyendiri, pada umumnya mereka hidup berkelompok dengan seekor pejantan yang paling kuat sebagai pemimpinnya.
    Binatang yang pemalu ini bisa menjadi buas jika diganggu. Taringnya panjang mencuat ke atas, berguna melindungi matanya dari duri rotan. Babirusa betina melahirkan satu sampai dua ekor satu kali melahirkan. Masa kehamilannya berkisar antara 125 hingga 150 hari. Bayi babirusa itu akan disusui selama satu bulan, setelah itu akan mencari makanan sendiri di hutan bebas. Selama setahun babirusa betina hanya melahirkan satu kali. Usia dewasa seekor babirusa lima hingga 10 bulan, dan dapat bertahan hingga usia 24 tahun.
    Mereka sering diburu penduduk setempat untuk dimangsa atau sengaja dibunuh karena merusak lahan pertanian dan perkebunan. Populasi hewan yang juga memangsa larva ini kian sedikit hingga termasuk dalam daftar hewan yang dilindungi. Jumlah mereka diperkirakan tinggal 4000 ekor dan hanya terdapat di Indonesia.
    Sejak tahun 1996 hewan ini telah masuk dalam kategori langka dan dilindungi oleh IUCN dan CITES. Namun masih sering dijumpai perdagangan daging babirusa di daerah Sulawesi Utara. Karena itu, pusat penelitian dan pengembangan biologi LIPI bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat beserta Departemen Kehutanan dan Universitas Sam Ratulangi mengadakan program perlindungan terhadap hewan langka ini. Perlindungan tersebut meliputi pengawasan habitat babirusa dan membuat taman perlindungan babirusa di atas tanah seluas 800 hektar.


    Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Babirusa
     
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. nugrozipho MODERATOR
    Trivia Mania

    Offline

    表裏一体

    Joined:
    Feb 18, 2013
    Messages:
    13,832
    Trophy Points:
    319
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +40,338 / -7
    Babi Rusa Beruntung Punya Hutan Nantu

    Babi Rusa Beruntung Punya Hutan Nantu


    [​IMG]
    Sekawanan Babi Rusa sedang menjilati mineral di Kubangan Adudu, Suaka Margasatwa Nantu, Gorontalo.

    Harus diakui, babi rusa (Babyrousa babyrussa) menjadi salah satu daya tarik utama di Suaka Margasatwa Nantu, Provinsi Gorontalo. Hewan endemik karismatik Sulawesi Utara ini memang beruntung masih punya hutan Nantu. Di kawasan seluas 31.125 hektar ini, babi rusa seakan diberi rumah untuk terus mempertahankan populasinya dari ancaman kepunahan.

    Adalah Yayasan Adudu Nantu International (YANI), sebuah lembaga nirlaba yang peduli kelestarian alam, menjaga babi rusa dari perburuan liar.

    "Walau sudah berkurang dari sebelumnya, babi rusa masih terus diburu dan dagingnya diperdagangkan ke daerah Minahasa," ujar salah satu Board YANI, Dr Ir Lynn M Clayton, kepada Kompas.com beberapa waktu lalu di Gorontalo.

    Menurut catatan YANI, populasi hewan langka ini pada tahun 1980 tinggal sekitar 500 ekor saja. Tetapi, saat ini, populasinya diperkirakan sudah meningkat karena perlindungan yang terus diberikan melalui usaha konservasi pada habitatnya di hutan Nantu.

    "Saat ini, diperkirakan ada sekitar 3.000 ekor," ujar Kepala Laboratorium Konservasi Biodiversitas Unsrat, Manado Dr John Tasirin.

    Sebuah kolam yang dikenal dengan nama Kubangan Adudu menjadi sebuah tempat pengamatan terbaik babi rusa di hutan Nantu. Di kubangan yang berukuran sekitar 40 x 60 meter ini, setiap saat, kawanan babi rusa datang untuk menjilati mineral berupa garam. Sewaktu mengamati di Adudu, Kompas.com beruntung menemukan sekawanan babi rusa berjumlah 17 ekor dalam kubangan.

    "Itu jumlah yang besar karena sudah jarang menemui hewan itu dalam kawanan yang besar seperti tadi," ujar Jagawana Nantu, James Kumolontang, yang menemani Kompas.com saat mengintai babi rusa di Adudu.


    Habitatnya terancam
    Menurut James, daging babi rusa masih bisa terus diperdagangkan di Pasar Tradisional Langowan, Minahasa. Pemasoknya adalah para pemburu yang memasang jerat di Nantu. James direkrut oleh YANI menjadi salah satu penjaga hutan Nantu. Dulunya, James merupakan seorang pemburu babi rusa.

    Ancaman terhadap babi rusa tidak hanya datang dari perburuan liar, tetapi praktik illegal logging di kawasan Nantu juga mengancam habitat hewan liar ini. Demikian pula dengan aktivitas para petambang liar di pedalaman Nantu juga menjadi sebuah ancaman bagi kelestarian hutan dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi ini.

    "Nantu merupakan salah satu hutan hujan tropis terbaik di Asia Tenggara. Nantu layak disebut sebagai laboratorium alam terbaik yang ada di Indonesia," jelas Tasirin.

    Penjelasan Tasirin sangat beralasan. Sebab, di hutan yang mencakup dua kabupaten di Gorontalo ini, hidup berbagai flora dan fauna endemik Sulawesi. Selain babi rusa, hidup pula anoa (Bubalus depressicornis) serta monyet sulawesi (Macaca heckii), serta burung rangkong sulawesi.

    "Di sini pula dapat ditemui tarsius (Tarsius Spectrum) serta 90 jenis burung, di mana 35 jenis di antaranya khas Sulawesi," papar Tasirin.

    Hewan unik
    Secara fisik, babi rusa terlihat cukup aneh. Panjang tubuh hewan ini sekitar 85-100 cm dengan tinggi 65-80 cm. Berat tubuhnya bisa mencapai 100 kg dengan ekor sepanjang 20 cm.

    Jika babi hutan biasanya mencari makan dengan menyuruk tanah, babi rusa malah memakan buah-buahan dan bahkan membelah kayu mati untuk mencari larva lebah.

    "Salah satu makanan favorit babi rusa di Nantu adalah buah pangi. Padahal buah pangi beracun. Untuk menetralisasi racun di tubuhnya itu, babi rusa lalu menjilati mineral yang ada di Adudu," ujar James.

    Babi rusa termasuk hewan omnivora. Betinanya hanya melahirkan sekali dalam setahun dengan jumlah bayi paling banyak dua ekor. Hewan ini bisa mencapai usia sekitar 24 tahun.

    Yang paling unik dari babi rusa adalah jenis jantannya. Jantan dewasa babi rusa mempunyai sepasang taring tajam yang muncul dari moncong dan sepasang lainnya keluar dari hidung lalu melengkung hingga mata.

    Studi paling lengkap mengenai babi rusa selama ini adalah hasil penelitian Lynn yang dilakukannya bertahun-tahun. Menurut catatannya, babi rusa tersebar di seluruh Sulawesi bagian utara, tengah, dan tenggara.

    Wilayah yang diduga masih menjadi habitat babi rusa antara lain Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (Sulawesi Utara-Gorontalo), Cagar Alam Panua (Sulawesi Utara), dan Suaka Marga Satwa Nantu (Gorontalo). Di beberapa lokasi seperti di Cagar Alam Tangkoko dan di Suaka Margasatwa Manembo-nembo (Sulawesi Utara) keberadaan babi rusa dianggap sudah punah.

    Oleh karena itu, di hutan Nantu, babi rusa seolah mendapat rumah tinggalnya. Tingkat keterancamannya yang tinggi ini membuat IUCN memasukkan babi rusa dalam satwa endemis kategori konservasi vulnerable (rentan) sejak 1986. Demikian pula, CITES memasukan babi rusa dalam daftar Apendiks I yang berarti tidak boleh diburu dan diperdagangkan.


     
  4. Iya_an Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 24, 2012
    Messages:
    6,744
    Trophy Points:
    218
    Ratings:
    +38,105 / -89
    [h=1]Dr Lynn Clayton: Babirusa, Mamalia Teraneh di Dunia[/h]sumber ; http://www.mongabay.co.id/2012/06/25/dr-lynn-clayton-babirusa-mamalia-teraneh-di-dunia/

    Babirusa Sulawesi (Babyrousa babirussa) mungkin salah satu mamalia paling aneh di dunia. Babirusa termasuk dalam genus ‘Babyrousa’ dalam keluarga babi. Babirusa pejantan sangat unik, memiliki empat taring, dua di antaranya tercuat dari moncongnya.

    Untuk sampai ke puncak hirarki, babirusa pejantan akan memerangi satu sama lain dalam kegiatan dijuluki ‘tinju’, di mana mereka akan bertumpu di atas kaki belakang mereka dan bertarung satu sama lain. Meskipun banyak keanehan mereka, babirusa tidak secara formal dipelajari sampai akhir 1980-an ketika Dr Lynn Clayton menghabiskan empat tahun di hutan Sulawesi untuk mengamati mereka.
    “Seperti [ahli biologi Alfred Russsel] Wallace seabad sebelum saya melakukan perjalanan dengan perahu kayu, tidur di pondok kelapa yang terpencil dan menghabiskan berjam-jam ‘bertengger pada platform di pohon’ menunggu penampakan dari babirusa yang sulit dipahami. Kadang-kadang hasilnya spektakuler seperti ketika saya mengamati 44 babirusa bersama di Adudu di Nantu, “kata Clayton dalam wawancara dengan mongabay.com.
    Waktunya di hutan Sulawesi, mengamati mamalia karismatik yang hanya sedikit diketahui oleh banyak orang, mendorong Clayton untuk bekerja ke arah penyelamatan spesies ini -dimana habitatnya berkurang akibat perburuan- sebagai habitat hutannya.
    [​IMG]Tengkorak Babirusa Jantan, Mamalia Unik yang Berada di Wilayah "Wallacea". Foto: Didier Descouens/ Wikimedia Common

    “Perburuan liar dan perusakan hutan hujan yang saya amati selama ini membuat saya dan tim saya dari rekan lokal menerapkan pos pemeriksaan anti-perburuan dan mengkampanyekan perlindungan formal dari Nantu/ Paguyaman hutan,” katanya. Dalam dua puluh tahun sejak itu, Clayton bersama dengan pekerja lapangan lokal, telah berhasil berhasil mempertahankan 62.000 hektar ekosistem hutan hujan Nantu.
    “Nantu telah digambarkan sebagai ‘salah satu dari lima situs terbaik untuk keanekaragaman hayati di Asia Tenggara’ oleh para ilmuwan yang mengunjungi,” katanya. “Lebih dari 100 jenis burung telah dicatat di sini, dimana 35 spesies endemik. Ini termasuk dua jenis rangkong (masuk dalam keluarga burung bucerotidae). Yang paling unik tentang Nantu adalah sejumlah besar salt-lick alami yang berada di hutan: Ini adalah satu tempat di bumi di mana sejumlah besar babirusa berkumpul dengan perilaku ‘tinju’ luar biasa mereka. ” (catatan editor: salt-lick adalah sumber di permukaan dimana umumnya satwa menjilati garam alami).
    Selain babirusa, hutan juga berisi populasi dari kerbau kerdil yang terancam, yaitu anoa; primata nokturnal kecil tarsius; dan monyet makaka berjambul. Namun, meskipun berada di bawah perlindungan hukum, hutan Nantu masih terancam. Clayton mengatakan bahwa ancaman terbesar adalah pertambangan emas ilegal, yang “meracuni DAS” yang digunakan oleh 15.000 warga desa hilir. Selain itu, penggundulan hutan ilegal dan perburuan liar tetap memprihatinkan.
    Sejak mencapai perlindungan hukum terhadap hutan Nantu Clayton dan kolaborator lokal telah menyiapkan sejumlah program inovatif termasuk menanam puluhan ribu pohon sebagai zona penyangga antara hutan dan desa-desa dan menciptakan buku anak-anak untuk menyoroti babirusa itu.
    Clayton mengatakan bahwa kunci untuk perlindungan jangka panjang dari Nantu adalah “memfasilitasi pengalaman pertama dari keanekaragaman hayati hutan hujan oleh lokal sekolah anak-anak, siswa dan pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya.”
    Dalam sebuah wawancara pada bulan Desember 2010, Lynn Clatyon berbicara dengan mongabay.com tentang babirusa, kekayaan hutan Nantu, dan program kreatif untuk tetap aman.
    Wawancara dengan Lynn Clayton
    Mongabay.com: Apa yang membawa Anda ke Sulawesi dan membuat Anda untuk memulai proyek Anda?
    Saya pertama kali datang ke Sulawesi ketika masih kuliah sarjana di Universitas Oxford. Saya telah diberikan beasiswa untuk menghabiskan satu tahun (1986) di Sulawesi mengumpulkan data untuk buku “The Ecology of Sulawesi” (The Ecology of Sulawesi, 1987, AJ Whitten dan M. Mustofa). Intinya adalah untuk mengumpulkan data ekologi yang masih sedikit sekali diketahui dari bagian-bagian di Sulawesi. Jadi saya menghabiskan tahun yang indah bepergian sendiri ke seluruh Sulawesi melakukan proyek penelitian kecil pada kelelawar, tanaman bawah air, padang lamun dan hutan.
    [​IMG]Dr Lynn Clayton dan Petugas Kepolisian. Foto: Lynn Clayton

    Selama waktu itu saya jatuh cinta dengan Sulawesi dan endemik yang luar biasa dan satwa liar “Wallacean” yang tidak diteliti, dan memutuskan untuk kembali ke sini setelah lulus. Alfred Russel Wallace seabad sebelum saya menulis satwa liar Sulawesi: “sesuatu yang luar biasa kaya dalam formasi yang aneh … dalam beberapa kasus benar-benar unik di dunia “. Saya kembali ke Sulawesi pada tahun 1988 untuk belajar kemungkinan “formasi aneh” yang paling unik dari Sulawesi, Babirusa bertaring keriting, untuk master dan doktor saya. Karya ini difokuskan pada ekologi dan konservasi biologi dari Babirusa, spesies Sulawesi yang terancam punah dan membingungkan, yang hanya hidup di hutan hujan, di Hutan Nantu di bagian utara Sulawesi.​
    (Saya melacak) melalui informasi dari seorang pemburu tua dari Perancis (Maurice Patry, yang sekarang sudah tiada) yang sejak usia 12 tahun telah bermimpi melihat babirusa di alam liar. Ia melakukan tiga belas kunjungan ke Sulawesi sebelum ia menemukan Hutan Nantu. Pada awal PhD saya saya menemuinya di Paris, tinggal di apartemennya dekat jembatan 9, dan tidur di sofa. Bangun di tengah malam, saya menengadah dan melihat kepala harimau dan piala berburu lainnya di sekeliling saya – sedikit menakutkan!
    Maurice tidak ingin menceritakan lokasi Nantu karena begitu lama untuk menemukannya. Sebaliknya dia memberi saya beberapa petunjuk (nama-nama orang), jadi saya pergi ke Sulawesi dan mengikuti “jejak pemburu” yang telah ia tetapkan. Akhirnya setelah beberapa bulan, pemburu lokal menemani saya ke Nantu dan Adudu salt-lick.
    Babirusa beratnya sampai seratus kilogram dan pejantan dewasa memiliki empat taring, dua atas tumbuh secara vertikal ke atas melalui kulit moncong, yang telah lama mempesona para pengamat. Menemukan sebuah situs penelitian adalah tantangan yang cukup besar. Setelah pencarian selama enam bulan tanpa hasil di seluruh Sulawesi, pemburu akhirnya menuntun saya ke Paguyaman, nama untuk sungai yang sangat besar dan rumah dari hutan-hidup orang “polahi” yang tinggal di kaki pegunungan yang bertingkat-tingkat.
    [​IMG]Babirusa di Suaka Margasatwa Nantu. Foto: Lisa Gesnaci/ADM Capital

    Seperti Wallace abad sebelum saya melakukan perjalanan dengan perahu kayu, tidur di pondok kelapa jauh dan menghabiskan berjam-jam “bertengger pada platform di pohon” menunggu penampakan dari babirusa yang sulit dipahami. Kadang-kadang hasilnya spektakuler seperti ketika saya mengamati 44 babirusa bersama di Adudu salt-lick di Nantu. Setelah hampir empat tahun kerja lapangan mempelajari babirusa dalam kondisi jauh dan menantang – satu-satunya akses ke Nantu adalah dengan longboat sebuah perjalanan setengah hari lebih hulu di jeram, sementara banjir, gempa bumi, malaria dan pertemuan dengan 7 meteran ular itu bahaya yang cukup sering saya temukan – saya menyelesaikan gelar doktor di Universitas Oxford.​
    Ini adalah pertama kalinya studi jangka panjang dari ekologi babirusa di alam liar. Perburuan liar dan perusakan hutan hujan saya amati selama ini membuat saya dan tim serta rekan Indonesia untuk menerapkan pos pemeriksaan anti-perburuanan untuk mengkampanyekan perlindungan formal dari hutan Nantu/ Paguyaman. Setelah selesai doktor saya, saya kembali segera ke Paguyaman, tujuan saya untuk bekerja pada konservasi Nantu/ Paguyaman di seluruh Ekosistem.
    Lebih dari dua dekade hidup saya, saya habiskan di wilayah yang dikenal sebagai “Wallacea” yang saya pelajari. Saya lahir di desa di Sussex (England), dimana lebih dari satu abad sebelumnya, Alfred Russel Wallace menghabiskan berbulan-bulan untuk menulis bukunya yang terkenal “The Malay Archipelago”.
    Mongabay.com: Dapatkah Anda menjelaskan proyek Anda saat ini?
    Tujuan keseluruhan dari proyek ini adalah untuk melestarikan 62.000 hektar Nantu Rainforest di Propinsi Gorontalo, Sulawesi. Nantu adalah benteng terakhir di bumi dari babirusa (yang total populasi liar sekitar 5000 ekor) dan kepentingan internasional untuk satwa liar Sulawesi lainnya yang terancam punah, termasuk Anoa langka (sebuah kerbau kerdil endemik), spesies endemik lokal macaque dan Tarsier bermata spectral besar.
    Nantu adalah satu dari sedikit ekosistem hutan hujan murni Sulawesi yang tersisa, terdiri dari 33.000 hektar Suaka Margasatwa (secara resmi dikukuhkan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1999), sementara sisanya merupakan kombinasi dari hutan saat ini diklasifikasikan sebagai Hutan Lindung (19.000 ha) dan Hutan Produksi (10.000 ha).
    Nantu telah digambarkan sebagai “salah satu dari lima situs terbaik untuk keanekaragaman hayati di Asia Tenggara” menurut para ilmuwan yang pernah mengunjungi. Lebih dari 100 jenis burung telah dicatat di sini, dimana 35 spesies endemik. Ini termasuk dua jenis rangkong. Yang paling unik tentang Nantu adalah sejumlah besar salt-lick alami di hutan: ini adalah satu tempat di bumi di mana sejumlah besar babirusa berkumpul dan di mana mereka memiliki perilaku “tinju” luar biasa, di mana pejantan dewasa bertumpu di atas kaki belakang mereka dan berkelahi dgn tombak sambil berlari, dapat diamati.
    [​IMG]Lokasi Hutan Nantu di Propinsi Gorontalo

    Kegiatan proyek kunci adalah:​
    1. Perlindungan hutan: Unit Perlindungan Nantu, sebuah unit perlindungan keanekaragaman hayati inisiatif, yang terus berpatroli di hutan Nantu. Unit ini terdiri dari enam asisten lokal bekerja bersama empat polisi pasukan khusus. Operasional di Nantu selama sepuluh tahun terakhir, termasuk prestasi menghentikan illegal logging, pembukaan tebang-dan-bakar dan perburuan satwa liar di Nantu. Sebelum berdirinya sepuluh rakit kayu ilegal (40 m3) yang diekstrak dari DAS Nantu harian dan tujuh belas babirusa dan anoa dua per minggu terperangkap oleh pemburu di sekitar salt-lick. Unit ini mencegah penghancuran unik salt-lick “Adudu”. Tiga salt-lick alami sebelumnya terjadi dalam DAS Paguyaman. Saat ini hanya tinggal satu, dua lainnya, yang berada di luar batas cadangan Nantu telah hancur.
    2. Perawatan iklim: menetapkan Nantu sebagai “hutan demonstrasi” berbiaya rendah, “pencegahan deforestasi” dampak tinggi dan pendidikan perawatan iklim bagi Indonesia.
    3. Pendidikan: menetapkan Nantu sebagai pusat pendidikan internasional dan lokal dan penelitian hutan hujan. Sebuah pusat pelatihan lapangan telah dibangun di Nantu, dimana lokakarya pelatihan konservasi reguler dan kunjungan studi lapangan untuk masyarakat setempat, tokoh agama, sekolah guru dan siswa sedang dilaksanakan.
    4. Pengembangan masyarakat: bantuan mata pencaharian kepada masyarakat setempat, termasuk kegiatan yang menghasilkan pendapatan (penanaman pohon dan bantuan pertanian), berbasis desa hidro-listrik, klinik kesehatan, dan bantuan advokasi hukum.
    5. Kesadaran dan pembangunan kapasitas: melaksanakan program kesadaran keanekaragaman hayati, termasuk “Konser Konservasi” yang dilakukan sendiri oleh orang lokal Gorontalo, perpustakaan desa ekologi dan sumber daya dan pusat kesadaran “Café Nantu”. Proyek ini juga bertujuan untuk mendukung ilmuwan lokal dan nasional melalui keuangan, dukungan logistik dan akademik untuk MSc. dan studi PhD di Biologi Konservasi.
    6. Program sekolah: melaksanakan kunjungan studi Nantu, pendidikan pengajaran lingkungan, beasiswa Hutan Nantu (menyediakan pendidikan sekunder untuk anak-anak lokal) dan pengembangan materi kurikulum konservasi. Seri buku cerita bergambar anak-anak, membangun keberhasilan “Tempat Khusus di Hutan”, tentang Red-Knobbed Hornbill dan Tersier spektral yang direncanakan.
    7. Pengelolaan hutan berbasis masyarakat: perintis inisiatif manajemen partisipatif berbasis desa, termasuk pos jaga desa, forum pemangku kepentingan Nantu dan pos batas perlindungan cadangan.
    8. Perdagangan satwa liar: proyek bergerak Unit Anti-Perburuan aktif terhadap perdagangan satwa liar Sulawesi. Termasuk mencegah diangkutnya babirusa yang dilindungi secara hukum (umumnya dijerat dengan kawat jerat kaki) dibawa ratusan kilometer dari kawasan hutan ke pasar daging. Proyek Unit Anti-perburuan melaksanakan pos pemeriksaan 24 jam sepanjang jalan utama, kampanye untuk meningkatkan kesadaran untuk pemburu dan penyuplai dan bekerja sama dengan peradilan lokal, polisi dan pemburu untuk mencegah kepunahan babirusa dari perdagangan ini.
    [​IMG]Pohon Berbanir Raksasa yang Ada di Hutan Sulawesi Bagian Utara. Foto: Rhett A. Butler

    Kemajuan yang dicapai selama dekade terakhir meliputi:
    1. Berkampanye untuk perlindungan formal Nantu, sehingga ditetapkan sebagai kawasan lindung oleh pemerintah Indonesia (31.000 hektar) pada tahun 1997 dan tombak-utama peraturan daerah untuk melindungi Nantu di DPRD provinsi.
    2. Melakukan perluasan operasi anti-perburuan di seluruh bagian Sulawesi Utara, yang berhasil mengurangi perdagangan daging babirusa illegal di pasar dari 15 babirusa per minggu (1991) menjadi satu babirusa per minggu (2007).
    3. Mempublikasikan Nantu secara internasional dan nasional melalui film dokumenter televisi difilmkan (termasuk “Kehidupan Mamalia” oleh Sir David Attenborough, televisi nasional Indonesia, NHK Jepang, dan TF1 Perancis, dan selanjutnya memberikan copy CD salinan secara luas kepada pemangku kepentingan lokal).
    4. Menerapkan lebih dari lima puluh operasi perlindungan khusus habitat bekerja sama dengan pemerintah setempat untuk mencegah penebang liar dan praktik tebang habis hutan.
    5. Menerapkan zona penyangga melalui penanaman pohon, khususnya menanam 8000 pohon jati dan 34.000 pohon kakao yang diserahkan kepada petani setempat yang tinggal di sekitar perlindungan Nantu.
    6. Pendirian LSM lokal “Yayasan Adudu Nantu Internasional (YANI) pada tahun 2002.
    7. Pembuatan buku cerita anak-anak tentang babirusa berjudul “Tempat Istimewa Di Dalam Hutan” ( dimana 5000 eksemplar dibagikan kepada sekolah lokal-anak yang tinggal di sekitar hutan Nantu).
    [​IMG]Buku yang Diproduksi untuk Kepentingan Peningkatan Pendidikan Konservasi Lingkungan. Foto: YANI

    Mongabay.com: Apa saja ancaman saat ini?​
    Seseorang dapat membayangkan di masa depan jika tidak ada upaya perlindungan yang dilakukan. Sejumlah besar perkebunan gula tebu ditinggalkan di sepanjang tepi hilir sungai Paguyaman sepanjang berkilo-kilo meter dari Nantu. Lahan tanah pernah kaya oleh hutan tropis, dengan pohon-pohon besar dipterocarpaceae setinggi 40 meter, terdegradasi oleh dekade industri penebangan yang tidak terkendali. Batas antara Nantu dan lahan rusak yang mengelilingi sangat mencolok -kadang-kadang secara harfiah ada garis yang jelas, mana pohon dan vegetasi yang langka.
    Ancaman utama untuk Nantu pada saat ini adalah dari penambangan emas ilegal. Beberapa ratus penambang saat ini beroperasi jauh di dalam Hutan Nantu, meracuni aliran sungai dengan penggunaan merkuri. Sekitar 15.000 warga desa hilir tergantung pada DAS Paguyaman / Nantu untuk satu-satunya pasokan air mereka. Penebangan liar, pembukaan tebang-dan-bakar dan perburuan satwa liar ilegal juga ancaman terhadap Nantu.
    Mongabay.com: Apakah Anda melihat banyak pemburuan?
    Sebagai hasil dari patroli intensif proyek hutan lindung yang dijelaskan di atas perburuan ilegal di Hutan Nantu telah banyak dihentikan. Namun kewaspadaan terus diperlukan terhadap jerat-kaki yang dipasang oleh para pemburu di Nantu. -Sejumlah kecil babirusa Sulawesi terus dibeli oleh beberapa penyuplai nakal dan dijual di pasar Langowan dekat Manado di Sulawesi Utara.
    Mongabay.com: Apa tantangan terbesar bagi konservasi di daerah tersebut?
    Rendahnya kesadaran di semua sektor masyarakat akan pentingnya menjaga hutan. Hal ini diakibatkan terutama dari kurangnya materi pendidikan yang menyoroti hal ini.
    Mongabay.com: Apakah ada Taman Nasional? Jika tidak ada, apakah ada keinginan untuk membuatya?
    Tidak ada. Status daerah di sana bukanlah Taman Nasional, tetapi lebih ke Perlindungan Satwa Liar (catatan editor: sejak tahun 1999 Nantu ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa), ditambah beberapa Perlindungan dan Produksi Hutan. Rencana sedang berlangsung untuk meng-upgrade Nantu untuk menjadi Taman Nasional.
    Mongabay.com: Apakah ada potensi pendanaan karbon (REDD) untuk membantu mendanai cadangan dan menciptakan mata pencaharian alternatif?
    Ya, ada potensi besar untuk pembiayaan karbon untuk mendukung pelestarian Hutan Nantu. Penilaian awal menunjukkan Kawasan hutan Nantu menyimpan lebih dari tiga belas juta ton karbon biomassa.
    Mongabay.com: Apa pendapat Anda pada kemitraan REDD Norwegia-Indonesia? Apakah memiliki dampak positif pada pelestarian hutan di Indonesia?
    Saya sepenuhnya mendukung setiap upaya yang bertujuan untuk melindungi hutan Indonesia. Saya pikir terlalu dini untuk menilai dampak dari kemitraan ini pada konservasi hutan Indonesia.
    Mongabay.com: Apa kunci untuk melindungi satwa liar di Paguyaman/ Nantu dan cadangan lainnya di Indonesia?
    Memfasilitasi pengalaman pertama dari keanekaragaman hayati hutan hujan lokal untuk anak-anak sekolah, mahasiswa dan stakeholders lainnya. penegakan hukum hutan yang efektif diimplementasikan dalam cagar hutan.
    Mongabay.com: Bagaimana orang luar negeri membantu usaha Anda?
    Dana untuk mendukung pekerjaan ini selalu sangat dibutuhkan, dan dibelanjakan langsung untuk melindungi Hutan Nantu. Kami juga sedang berusaha untuk mendirikan Dana Nantu Kepercayaan untuk mengamankan keberlanjutan jangka panjang keuangan untuk pekerjaan ini.
     
  5. nugrozipho MODERATOR
    Trivia Mania

    Offline

    表裏一体

    Joined:
    Feb 18, 2013
    Messages:
    13,832
    Trophy Points:
    319
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +40,338 / -7
    Wild Fact #302 – In Desperate Need of a Dentist – Babirusa


    You may have never heard of the Babirusa before but I guarantee you will be sharing today’s Wild Fact with your friends. This is because the Babirusa is capable of doing something that is incredibly unique. What is it? Well, you are going to have to wait for at least one or two more paragraphs to find out. This member of the pig family has an odd and sporadic distribution throughout a few islands in Indonesia. Researchers believe their bizarre distribution is a result of the Babirusa being offered as gifts to native royalty. Nothing says “thanks for having us” like introducing an invasive species into a delicate ecosystem!





    [​IMG]
    Result of Overgrown Canines
    The Teething Process

    All right, I am too excited to talk about the unique teeth of the male Babirusa. As you can see from the picture above, they have incredibly long canine teeth that protrude out from their mouth. In fact, they have two sets of long canine teeth, an upper and a lower set, with the upper set being the most unique. Most animals with long canines just let them stick out the side of their mouth. The Babirusa takes a different approach as their upper teeth will grow through their snout from the inside, outwards. And you thought getting your first tooth was painful!

    A Threat to Themselves

    If the Babirusa isn’t careful, these unique upper canines will result in their demise. There have been many specimens that have let their upper canines grow too long, causing them to curl back and pierce their skull. Typically, this isn’t a desired fate. The worst part is, these upper canines don’t serve any real function as their position makes it impossible to use them forforaging or defence. It is believed that these large canines are simply used as a status symbol to show rank amongst other Babirusa. Just one more example of a guy going to extreme lengths to impress the ladies.
    The Biggest Threat

    Although the Babirusa is capable of accidentally killing themselves, their biggest threat is of the human variety. Poaching and habitat destruction have caused this pig species to be listed as endangered. The Government in Indonesia has made it illegal to hunt the Babirusa but that doesn’t seem to deter the inhabitants from collecting this “delicacy”. With any luck thisinteresting pig species will be able to survive the onslaught of poachers and habitat destruction as they are truly an unique animal species.


     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.