1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Legend/Myth Sejarah Kwan Kong (Guan Yu) dari Dynasty Warrior

Discussion in 'History and Culture' started by loveminion, Oct 1, 2013.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. loveminion M V U

    Offline

    Superstar

    Joined:
    Aug 2, 2013
    Messages:
    15,324
    Trophy Points:
    227
    Ratings:
    +297,563 / -0
    Jangan di close mod, klo di close napa sejarah nya dewa Yunani ga di close juga, don't be racist... klo di close ane dah eneg buat thread lagi...
    [​IMG]

    Guan Di atau secara umum disebut Guang Gong (Kwan Kong – Hokkian) yang berarti paduka Guan, adalah seorang panglima perang kenamaan yang dihidup pada zaman San Guo (221 – 269 Masehi). Nama aslinya adalah Guan Yu alias Guan Yun Chan (Kwan In Tiang – Hokkian). Oleh kaisar Han ia diberi gelar Han Shou Ting Hou. Kwan Kong dipuja karena kejujuran dan kesetiaan. Dia adalah lambang atau tauladan kesatria sejati yang selalu menempati janji dan setia pada sumpahnya. Sebab itu Kwan Kong banyak dipuja dikalangan masyarakat, disamping kelenteng-kelenteng khusus. Gambarnya banyak dipasang dirumah pribadi, toko, bank, kantor polisi, pengadilan sampai ke markas organisasi mafia. Para anggota perkumpulan rahasia itu biasanya melakukan sumpah sejati dihadapan Kwan Kong.

    Disamping dipuja sebagai lambang kesetiaan dan kejujuran, Kwan Kong dipuja sebagai Dewa Pelindung Perdagangan, Dewa Pelindung Kesusastraan dan Dewa Pelindung rakyat dari malapetaka peperangan yang mengerikan. Julukan Dewa Perang sebagai umumnya dikenal dan dialamatkan kepada Kwan Kong, harus diartikan sebagai Dewa untuk menghindarkan peperangan dan segala akibatnya yang menyengsarakan rakyat, sesuai dengan watak Kwan Kong yang budiman. Kwan Kong adalah penduduk asli kabupaten Hedong (sekarang Jiezhou) di propinsi Shanxi.

    Bentuk tubuhnya tinggi besar, berjenggot panjang dan berwajah merah. Tentang wajahnya yang berwarna merah ini adalah cerita tersendiri yang tidak terdapat dalam novel San Guo ( kisah tiga negeri). Suatu hari dalam pengembaraannya, Kwan Kong berjumpa dengan seorang tua yang sedang menangis sedih. Ternyata anak perempuan satu-satunya dengan siapa hidupnya bergantung, dirampas oleh wedana setempat untuk dijadikan gundik, Kwan Kong, yang berwatak budiman dan tidak suka sewenang-wenang semacam ini, naik darah. Dibunuhnya wedana yang jahat itu dan sang gadis dikembalikan kepada orang tuanya.

    Tetapi dengan perbuatan ini Kwan Kong sekarang menjadi buronan. Dalam pelariannya itu Ia sampai dicela DongGuan di propinsi Shanxi. Ia lalu membasuh mukanya di sebuah sendang kecill yang terdapat di pergunungan itu. Seketika rupanya berubah menjadi merah, sehingga tidak dapat dikenali lagi. Dengan mudah Ia menyelip diantara para petugas yang diperintahkan untuk menangkapnya tanpa diketahui. Riwayat Kwan Kong selanjutnya dan sampai akhir hayatnya ditulis dengan sangat indah dalam novel San Guo yang terkenal itu.

    Dalam babak pertama dalam novel tersebut diceritakan bagaimana Kwan Kong dalam pengembaraannya berjumpa dengan Liu Bei dan Zhan Fei disebuah kedai arak. Dalam pembicaraan mereka ternyata cocok dan sehati, sehingga memutuskan untuk mengangkat saudara. Upacara pengangkatan saudara ini, dilaksanakan dirumah Zhan Fei dalam sebuah kebun buah Tao atau persik Liu Bei menjadi saudara tertua, Kwan Kong yang kedua dan Zhan Fei bontot. Bersama-sama mereka bersumpah sehidup semati dan berjuang untuk membela negara. Peristiwa ini terkenal dengan nama “ Tao-Yuan-Jie-Yi ” (Tho Wan Kiat Gie – Hokkian) atau “ Sumpah Persaudaraan Di kebun Persik ”, sangat dikagumi oleh orang dari zaman ke zaman dan dianggap sebagai lambang persaudaraan sejati.

    Lukisan tiga bersaudara ini sedang melaksanakan upacara sumpah ini banyak menjadi objek lukisan, pahatan, patung keramik yang sangat disukai orang hingga dewasa ini. Selanjutnya diceritakan ketiga saudara angkat ini membentuk pasukan sukarela untuk memerangi kaum pemberontak Destar Kuning yang pada waktu itu sangat mengguncangkan sendi-sendi kerajaan Han yang telah rapuh. Dalam pertempuran itu mereka memperlihatkan kegagahan sebagai prajurit dan pimpinan militer yang cakap. Kegagahan Kwan Kong menjadi perhatian orang pertama kali pada saat terjadi pertempuran di benteng Hu Luo Guan. Waktu itu Liu Bei bersama kedua adiknya bergabung dengan ke-18 Raja Muda yang membentuk pasukan gabungan untuk menumpas Dong Zhuo yang lalim. Dong Zhuo mengangkat diri menjadi perdana menteri dan dengan seenaknya sendiri makzulkan Kaisar, dan menggantikannya dengan Kaisar kecil yang menjadi bonekanya. Di Hu Luo Guan terjadi pertempuran besar antara pasukan gabungan para raja muda melawan bala tentara Dong Zhuo yang dipimpin oleh seorang panglima yang gagah perkasa, Hua Xiong ( Hoa Hiong – Hokkian ). Dalam beberapa kali pertempuran pasukan raja muda mengalami kerusakan besar dan beberapa panglimanya tewas ditangan Hua Xiong. Yuan Xiao dan Cao Cao yang menjadi pimpinan gerakan itu jadi gelisah. Tiba-tiba Kwan Kong menyanggupkan diri untuk maju ke medan perang menghadapi Hua Xiong. Semua orang memandang rendah kemampuannya, hanya Cao Cao yang melihat kehebatan terpendam yang ada pada diri Kwan Kong. Dengan secawan arak yang masih hangat Cao Cao mempersilakan Kwan Kong minum sebelum maju ke medan laga. Kwan Kong menolak, Ia minta agar arak itu ditunda setelah Ia pulang dengan membawa kepala Hua Xiong. Di medan laga, hanya dengan beberapa gebrakan saja Hua Xiong jatuh dan tewas diujung senjata Kwan Kong. Dengan membawa kepala Hua Xiong, Kwan Kong pulang ke kubunya di sambut Cao Cao dengan arak yang masih hangat. Sejak itu Cao Cao mulai tertarik kepada Kwan Kong. Hu Lou Guan masih sekali lagi menjadi saksi kehebatan Kwan Kong. Dengan gugurnya Hua Xiong, Dong Zhuo lalu mengangkat Lu Bu ( Lu Po – Hokkian ) sebagai komandan pasukannya. Lu Bu adalah seorang yang gagah perkasa yang jarang ada tandingannya di medan laga pada zaman itu. Dengan senjata tombak bercagak, Lu Bu mengobrak-abrik pasukan para raja muda tanpa ada yang mampu menghalanginya.

    Pada saat yang genting itu, Kwan Kong maju ke depan dan mencegat Lu Bu. Keduanya bertempur dengan seru tanpa ada yang kalah dan yang menang. Melihat saudaranya sulit mengalahkan lawan, Liu Bei dan Zhang Fei segera mengeprak kudanya untuk menggerubuti Lu Bu. Pertempuran antara ketiga saudara menggerubuti Lu Bu, banyak menjadi objek lukisan yang menarik. Akhirnya Lu Bu merasa tidak dapat memenangkan mereka, lalu ia memutar kudanya dan mengundurkan diri. Pertempuran yang bersejarah ini diperingati orang sebagai San Ying Zhan Lu Bu atau Tiga Pahlawan Menempur Lu Bu. Kesetiaan Kwan Kong terhadap saudara angkat juga dikisahkan dalam novel sejarah ini. Dikisahkan setelah lolos dari usaha pembunuhan oleh suatu komplotan yang dipimpin oleh Dong Cheng ( Tang Sin – Hokkian ), Cao Cao makin menancapkan kuku kekuasaannya di ibukota, tanpa ada yang berani menantang. Sampai-sampai kaisarpun harus memperoleh izinnya terlebih dahulu apabila akan menemui seseorang. Cao Cao berusaha menyingkirkan Liu Bei, yang dianggap duri dalam daging. Liu Bei pada waktu itu ada di kota Xuzhou. Bala tentara dikerahkan untuk menggempur kota kedudukan Liu Bei. Bersama Zhang Fei, Liu Bei berusaha menahan serbuan dari pasukan Cao Cao yang tak seimbang jumlahnya. Liu Bei dan Zhang Fei melarikan diri dengan berpencar diikuti tentaranya yang cerai berai. Setelah Xuzhuo jatuh, Cao Cao mengerahkan pasukannya menggempur Xiapei, tempat kedudukan Kwan Kong dan keluarga Liu Bei. Karena kalah jumlahnya, akhirnya Kwan Kong terkepung di sebuah bukit. Cao Cao yang telah mengagumi pribadi Kwan Kong, berusaha menarik Kwan Kong agar mau menakluk kepihaknya. Menyadari resiko dan tanggung jawab akan keselamatan keluarga kakaknya, Kwan Kong memutuskan menyerah, tapi dengan syarat bahwa walaupun bekerja pada Cao Cao Ia tetap setia pada Liu Bei, kakaknya dan begitu tahu Liu Bei berada Ia akan segera pergi untuk bergabung dan meninggalkan Cao Cao. Mulanya Cao Cao ragu-ragu menerima syarat ini. Tetapi ia beranggapan bahwa apabila ia memperlakukan Kwan Kong lebih baik daripada yang telah dilakukan Liu Bei, tentu Kwan Kong akan tetap memihak dia. Begitulah Kwan Kong menakluk pada Cao Cao.

    Cao Cao memperlakukannya secara istimewa dan penuh dengan penghormatan. Pernah suatu ketika di perjalanan kembali ke Kota Raja, Cao Cao sengaja hanya menyediakan satu kamar di tempat rombongan Kwan Kong. Tetapi Kwan Kong tetap teguh hati. Dibiarkannya tempat itu ditempati oleh dua orang istri Liu Bei, sedangkan Dia sendiri menjaga didepan pintu dengan golok terhunus sambil membaca kitab Chun Qiu ( kitab catatan hikayat zaman Chun Qiu yang ditulis oleh Nabi Kong Zi ). Pose Kwan Kong membaca kitab Chun Qiu ini menjadi salah satu poin yang juga banyak disukai oleh pelukis dan pemahat pada zaman kemudian. Berulang kali Cao Cao berusaha merebut hatinya, tetapi selalu gagal. Suatu hari Cao Cao menghadiahkan jubah kebesaran kepada Kwan Kong ketika dilihatnya bajunya sudah tua dan lusuh. Kwan Kong segera menanggalkan baju lamanya dan mengenakan baju baru pemberian Cao Cao. Tapi Kwan Kong mengenakan baju tuaNya kembali diluar baju baru Cao Cao. Ketika Cao Cao dengan heran bertanya, Ia menjawab “Baju Tua ini adalah pemberian kakak angkatKu Liu Bei, walaupun Aku kini mengenakan baju pemberian Paduka Perdana Menteri, tidak seyogyanya Aku melupakan budi kakak angkatKu”.

    Mendengar jawaban ini, kekaguman Cao Cao makin bertambah. Hadiah-hadiah berupa emas, perak tak terhitung banyaknya, tetapi Kwan Kong tidak pernah menyentuhnya. Barang-barang tersebut hanya ditumpuk dalam gudang. Puluhan wanita cantik yang dikirimkan kepadanya diserahkan untuk melayani kedua kakak iparnya, tanpa Ia merasa tertarik untuk memiliki. Dia dapat menjaga budi pekerti dan kesusilaan sehingga lawan-lawannya segan dan kagum padanya. Untuk mengambil hati Kwan Kong, Cao Cao menghadiahkan seekor kuda yang disebut Chi Tu ( Kelinci Merah ) kepadanya. Kuda ini adalah bekas tunggangan Lu Bu yang dapat berjalan 1.000 li dalam sehari. Seketika itu juga Kwan Kong berlutut untuk menghaturkan terima kasih kepada Cao Cao. Cao Cao dengan heran lalu bertanya “Aku telah menghadiahkan banyak barang kepada Jendral, tapi Jendral hanya menerima dengan biasa saja. Tapi kini demi seekor kuda, Jendral lutut dihadapanku, sungguh aneh”. Kwan Kong segera menjawab “Barang lain walau bagaimana berharganya, Aku tidak memperdulikan, tapi dengan memiliki kuda ini, begitu Aku mendengar kabar dimana kakakKu, Liu Bei berada, Aku dapat dengan cepat pergi menemuinya”. Mendengar ini Cao Cao menyesal bukan main.

    Liu Bei yang melarikan diri dari Xuzhou akhirnya diterima oleh Yuan Xiao (Wan Siauw-Hokkian) penguasa wilayah Hebe. Atas saran Liu Bei, Yuan Xiao menggerakan tentaranya untuk menyerang Cao Cao. Pasukan Yuan Xiao ini dipimpin oleh panglimanya yang terkenal yaitu Yang Liang (Gan Liang-hokkian). Para panglima Cao Cao tak dapat menahan serbuan Yang Liang, bahkan beberapa panglimanya tewas. Cao Cao gelisah melihat kegagahan panglima musuh ini. Kwan Kong minta izin untuk melawan Yang Liang, sekaligus untuk membalas budi Cao Cao. Yang Liang terbunuh hanya dengan sekali gebrakan saja, Wen Chou (Bun Ciu-Hokkian) juga salah satu panglima gagah yang diandalkan oleh Yuan Xiao, memimpin pasukannya untuk menuntut balas. Kembali pertempuran berkobar, dan beberapa panglima Cao Cao terbunuh diujung senjata Wen Chou. Kembali Kwang Kong maju ke medan perang dan berhasil menumbangkan pahlawan dari Hebei itu, tanpa mengetahui bahwa Liu Bei ada di pasukan musuh. Kemudian secara rahasia Liu Bei berhasil mengadakan kontak dengan Kwan Kong dan menjelaskan dimana dia berada sekarang.

    Bergegas-gegas Kwan Kong bersiap untuk pergi bersama kedua iparnya dan beberapa pengiring. Sesuai dengan janjinya Ia akan pergi secara jantan, dengan berpamitan kepada Cao Cao. Cao Cao secara licik selalu menghindar agar Kwan Kong jangan sampai bertemu dengannya.

    Akhirnya Kwan Kong memutuskan untuk berangkat walau tanpa perkenaan Cao Cao, dengan meninggalkan barang-barang berharga termasuk para wanita cantik hadiah Cao Cao dan sepucuk surat perpisahan. Dengan menunggang kuda, Kwan Kong temani beberapa penggiring, mengawal kedua kakak iparnya melewati kota-kota yang dijaga oleh para panglima Cao Cao. Karena mencegah lewatnya Kwan Kong, enam panglima yang menjaga lima kota tewas di tangannya. Begitulah akhirnya Kwan Kong dapat bergabung kembali dengan Liu Bei dan Zhang Fei, dan bersama-sama mereka merintis usaha untuk menegakkan negara Shu yang akan menjadi salah satu dari Tiga Negeri atau San Guo.

    Berkat keuletannya dalam berjuang akhirnya Liu Bei berhasil mengundang seorang ahli militer dan politik kenamaan yaitu Zhuge Liang alias Kong Ming (Cut Kat Liang alias Kong Bing-Hokkian), untuk menjadi penasehatnya. Pada waktu itu Cao Cao mengerahkan pasukan besar-besaran untuk menyapu daerah kekuasaan Liu Bei. Dalam beberapa kali pertempuran pasukan-pasukan Liu Bei terdesak. Atas saran Zhuge Ling. Liu Bei mengadakan perserikatan dengan Sun Quan (Sun Kwan-Hokkian) untuk melawan Cao Cao.

    Berkat usaha Zhuge Liang akhirnya pasukan gabungan Liu Bei dan Sun Quan berhasil menghancurkan armada perang Cao Cao mundur ke darat, disana pasukan-pasukan Liu Bei bersiap memberikan pukulan yang terakhir. Pertempuran di Chibi ini betul-betul menghabiskan energi Cao Cao, sehingga sejak itu ia tak berani bergerak ke seleatan lagi. Dikisahkan dengan sisa-sisa pasukannya Cao Cao yang tidak seberapa jumlah mengundurkan diri ke utara. Seperti yang telah diperhitungkan oleh Zhuge Liang, Cao Cao telah melewati suatu celah strategis yang disebut Huarong. Tugas menjaga jalur penting ini dipercayakan kepada Kwan Kong. Mulanya Zhuge Liang ragu apakah Kwan Kong akan dapat mengangkap atau membunuh Cao Cao, sebab penasehat militer ulung ini sangat paham watak Jendral yang sangat mengutamakan budi ini. Bukankah Cao Cao pernah menanam budi pada Kwan Kong, pada waktu Kwan Kong berpihak kepada Cao Cao. Kwan Kong berkeras akan menjalankan tugasnya, bahkan sedia di hukum mati bila Dia sampai gagal.

    Melihat tekadnya, Zhuge Liang akhirnya menerima dan memberinya tugas untuk menjaga jalur vital itu. Cao Cao sesuai dengan perhitungan, lewat Huarong. Kwan Kong segera menghadang dan akan membunuhnya. Cao Cao melihat Kwan Kong, segera turun dari kuda dan berlutut mohon dia dibiarkan lewat, sambil mengingatkan Kwan Kong betapa ia memperlakukannya pada waktu Kwan Kong menyerah kepadanya. Melihat keadaan Cao Cao yang compang camping dan prajuritnya yang tinggal tak seberapa itu, Kwan Kong tergerak hatinya, bagaimanapun dulu Cao Cao pernah menanam budi kepadanya. Akhirnya Ia rela melepaskan musuhnya itu, sebagai balasan atas perlakuan baik pada dirinya pada masa lalu, dan dengan tegap kembali kehadapan Zhuge Liang untuk bersedia dihukum mati karena telah menelantarkan tugas utamanya. Atas saran Liu Bei, Kwan Kong dibebaskan dari hukuman.

    Zhuge Liang sendiri juga menyadari bahwa memang Cao Cao belum saatnya tumpas. Perbuatan Kwan Kong ini sangat di kagumi oleh orang dari zaman ke zaman, sehingga Ia diangkat sebagai Dewa dan banyak dipuja dan dihormati. Sampai akhir hayatnya Kwan Kong tetap setia pada saudara-saudara angkatnya. Pada waktu itu Liu Bei sudah berhasil mendirikan kerajaan dengan nama Shu (Siok-Hokkian) yang merupakan kelanjutan kerajaan Han yang dirampas oleh Cao Cao, wilayahnya yang meliputi propinsi Sichuan sekarang dengan ibukota Chengdu. Cao Cao menguasai daerah lembah sungai Huang He (Sungai Kuning) dan mendirikan kerajaan Wei (Gui-Hokkian) dengan ibukota Luoyang. Sun Quan mendirikan kerajaan Wu (Gui-Hokkian ) dengan ibukota Wuchang, kemudian dipindahkan ke Nanjing yang meliputi wilayah yang membentang dari tengah dan hilir sungai Yangzi. Keadaan yang disebut Tiga Negeri sudah terbentuk. Kwan Kong menjaga kota strategis, Jingzhou berusaha meluaskan kekuasaannya dengan menyerbu ke utara. Dengan waktu singkat dapat disebut kota Fancheng dan memukul mundur pasukan Cao Cao yang dipimpin oleh Jendralnya yang bernama Cao Ren (Co Jin-Hokkian).

    Kemudian ketika bala tentara Cao Cao dengan jumlah besar datang memberikan bantuan, Kwan Kong berhasil menhancurkan mereka dengan menenggelamkan dalam banjir dan pimpinannya, Pang De (Bank Tek-Hokkian), dan Yu Jin tertawan. Memahami situasi yang tak menguntungkan pihaknya, Cao Cao segera mengajak Sun Quan untuk berserikat. Sun Quan, yang telah lama menginginkan kota JingZhou, yang dikuasai Kwan Kong, kembali kedalam wilayah kekuasaannya, setuju dan mengerakan pasukan merebut JingZhou. Kwan Kong akhirnya menghasil di jebak dan di tawan, kemudian dihukum mati karena menolak untuk menakluk. Karena takut akan pembalasan Liu Bei, kepala Kwan Kong dikirimkan ke tempat Cao Cao. Kwan Kong gugur pada tahun 219 Masehi dalam usia 60 tahun.

    Cao Cao yang telah lama kagum kepada Kwan Kong, memakamkan kepalanya, setelah disambung dengan tubuh dari kayu cendana, secara kebesaran. Kuburan Kwan Kong terletak di propinsi Henan kira-kira 7 km sebelah utara kota Louyang. Pemandangan di situ sangat indah, sedangkan bangunan kuburannya sangat megah seakan-akan sebuah bukit kecil dari kejauhan. Sekeliling bangunan itu ditanami pohon Bai (Cypress) yang selalu hijau, melambangkan semangat Kwan Kong yang tidak pernah padam dan abadi dari jaman ke jaman. Pohon-pohon itu kini sudah menghutan dan ratusan tahun umurnya, seban itu tempat tersebut dinamakan Guan Lin atau Hutan Guang Gong. Batu nisannya adalah hadiah dari kaisar dinasti Qing, dimana makan itu dipudar kembali.Berdekatan dengan Guan Lin, terdapat sebuat kelenteng peringatan untuk mengenang Kwan Kong, yang dibangun pada jaman dinasti Ming. Kelenteng itu merupakan hasil seni bangunan dan seni ukir yang bermutu tinggi, sehingga merupakan objek wisata yang selalu dikunjungi para wisatawan dari dalam negeri dan luar negeri. Kelenteng peringatan Kwan Kong yang tersebar diseluruh Tiongkok terdapat di Jiezhou, propinsi Shanxi. Jiezhou, yang pada jaman San Guo disebut Hedong, adalah kampung halaman Kwan Kong. Kelenteng itu memiliki keindahan bangunan dan arsitektur yang sangat mengagumkan dan merupakan salah satu objek wisata terkemuka di Shanxi.

    Sebagai dewata, Kwan Kong dipuja umat Taoisme, Konfusianisme dan Buddhisme, Kaum Taoist memujanya sebagai Dewata pelindung dari malapetaka peperangan, sedangkan kaum Konfusianisme menghormati sebagai Dewa Kesusasteraan dan kaum buddhis memujanya sebagai Hu Fa Qie Lan atau Qie Lan Pelindung Dharma. Menurut kaum Buddist, setelah Kwan Kong meninggal arwahnya muncul dihadapan rahib Pu Jing di kuil Yu Quan Si di gunung Yu Quan Shan, propinsi Hubei, Rahib Pu Jing pernah menolong Kwan Kong yang akan dicelakai seorang panglima Cao Cao, dalam perjalanan bergabung dengan Liu Bei. Setelah itu karena takut pembalasan Cao Cao si rahib menyingkir ke gunung Yu Quan Shan dan mendirikan Kuil Yu Quan Si. Liu Bei yang sangat berterima kasih akan budi Ragib Pu Jing kepada adik angkatnya itu, lalu memberikan dana yang cukup besar untuk membangun kelenteng Yu Quan SI sebagai balas budi.Setelah meninggal roh Kwan Kong kemudian pergi menemui Rahib Pu Jing yang ketika itu sedang bersemedi, Kwan Kong menampakkan diri di hadapan Rahib itu, tempat penampakan roh Kwan Kong itu kemudian ditandai oleh sebatang pilar yang bertuliskan “Disini tempat Guan Yun Chang dari dinasti Han menampakkan diri”. Pilar batu itu adalah hadiah dari kaisar Wan Li jaman Dinasti Ming dan masih bisa dilihat sampai sekarang.Kepada Rahib Pu jing, roh Kwan Kong minta pelajaran Dharma. Sejak itu Kwan Kong menjadi pengikut Buddist dan berikrar menjadi pengawal agama Buddha dan ajarannya.
    sumber: kaskus
     
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. udhienbong MODERATOR
    SENIOR GM

    Offline

    Si Paling IDWS

    Joined:
    Aug 15, 2012
    Messages:
    26,434
    Trophy Points:
    368
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +115,879 / -3
    wah2, jadi inget waktu saya ke kelenteng tertua yang ada di semarang,
    dewa2 yang dipuja dari ketiga kepercayaan tersebut ada dalam satu tempat ibadah, hanya saja arah mata angin yang memisahkannya

    untuk guan yu sendiri memang cukup terkenal dalam dewa2 perang cina sana ya ?
    saya lihat beberapa lukisan2 di kelenteng yang ada di jogja menggambarkan sosok guan yu :XD:
    terlebih lagi alur ceritanya kurang lebih hampir sama dengan yang ditulis disini,




    oh ya, saya bisa minta direct link dari sourcenya gak ?
    lain kali jangan ditulis kayak gitu penulisan sumbernya ya,

    saya tunggu 1x24 jam dari sekarang :semangat:
     
  4. Nexus82 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Aug 5, 2009
    Messages:
    544
    Trophy Points:
    56
    Ratings:
    +10 / -0
    Mantab story telling nya ... mungkin kelemahan si Guan yu ini adalah orang nya arogan dan susah di atur ... kematian nya akibat kesombongan nya sendiri. Kalo nga salah karena dia bilang anak macan mau di kawinin sama anak anjing pada orang suruhan sun quan yg bermaksud menjodohkan anak mereka.
     
  5. magicgambit Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Nov 12, 2010
    Messages:
    57
    Trophy Points:
    7
    Ratings:
    +10 / -0
    Catatan tambahan. Tidak ada catatan sejarah resmi yang menyatakan bahwa Guan Yu, Zhang Fei dan Liu Bei melakukan sumpah saudara. Kejadian tersebut hanyalah cerita di novel (dan semakin dipopulerkan oleh KOEI). Asal muasal cerita tersebut adalah omongan bahwa ketika Liu Bei, Guan Yu dan Zhang Fei tidur dalam satu tenda, mereka tampak seperti saudara.
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.