1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Other Sejarah panjang Lagu Internationale

Discussion in 'History and Culture' started by ichreza, Oct 11, 2011.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. ichreza M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Nov 8, 2009
    Messages:
    838
    Trophy Points:
    191
    Ratings:
    +8,787 / -0
    [FONT=Arial, Helvetica, Sans-Serif]Dengan membaca tulisan Lenin “Eugène Pottier” kita mengetahui bahwa penyair sanjak “Internationale” adalah seorang anggauta Komune Paris yang dipilih oleh 3352 suara dari sejumlah 3600 suara pemilih. Dan lewat tulisan itu pula kita menjadi tahu bahwa penyair-buruh Eugène Pottier menciptakan sanjak “Internationale” itu pada saat sebulan sesudah terjadinya peristiwa berdarah bulan Mei 1871, atau menurut Lenin, “boleh dikata, pada esok hari sesudah kekalahan bulan Mei yang berdarah......”. Tetapi Pottier, putra terbaik proletariat Perancis yang pada tahun 1848 sudah ikut serta dalam pertempuran besar melawan burjuasi, dengan sajak “Internationale”-nya bukan meratapi kekalahan bulan Mei. Sebaliknya ia melihat kebesaran Komune Paris – kekuasaan diktatur proletariat yang pertama di dunia – yang mampu bertahan selama 72 hari, dan dengan optimisme revoluioner memandang ke depan. Proletar - Penyair Pottier dengan sajak “Internationale” - nya adalah jurubicara dari proletariat yang menyadari akan tugas-sejarahnya pada waktu itu dan meneriakkan tugas sejarahnya itu untuk dilanjutkan sampai terwujudnya Internationale di dunia, sampai tercapainya cita-cita komunisme. Lagu “Internationale” menyebarkan ide-ide Komune Paris ke seluruh dunia, yaitu keharus proletariat menggunakan kekerasan revoluioner untuk menghancurkan mesin negara yang lama, menggantikan dengan mesin negara yang baru dan menjalankan diktatur proletariat.
    [/FONT]
    [FONT=Arial, Helvetica, Sans-Serif]
    [/FONT]
    [FONT=Arial, Helvetica, Sans-Serif]Tetapi lewat saduran dalam bahasa Indonesia yang selama ini dinyanyikan, mana kita temukan lagi kesadaran klas buruh seperti yang diterikkan Pottier itu? Apa yang dinyanyikan adalah serba samar, serba tidak jelas. Tentang ketidak jelasan ini memang ada hubungannya dengan pandangan hidup Soewardi Soerjaningrat alias Ki Hadjar Dewantara. Tapi yang patut menerima tudingan di sini yalah pimpinan PKI periode 1951-1965 yang tidak menghargai “Internationale” yang telah menjadi harta-perbendaharaan sangat berharga bagi klas buruh sedunia dan lagu proletariat sedunia. Pimpinan Partai lama seharusnya mewarisi api Komune Paris yang diabadikan oleh Pottier dalam “Internationale”, tetapi kenyataannya mereka hanya mengambil abunya dengan mempopulerkan saduran sajak “Internationale” yang serba samar itu untuk dinyanyikan setiap orang Komunis dan massa revolusioner Indonesia pada umumnya. Ketiadaan mereka melakukan penyaduran kembali dengan konsekwen adalah jelas dikarenakan garis politiknya yang oportunis-revisionis, menggandol pada burjuasi. [/FONT]
    [FONT=Arial, Helvetica, Sans-Serif]Mari kita lihat saduran “Internasionale” oleh Ki Hadjar , yang dikerjakan lewat Bahasa Belanda. Betapa indah bentuknya bisa kita rasakan lewat bunyi kata-katanya yang diusahakan selalu berpantun. Kalau kalimat yang satu berakhir dengan sukukata “ar”, bunyi “ar” itu kita temukan lagi pada akhir kalimat yang lain:”lapar”, “besar”, “sadar”. Tetapi sehabis merasakan keindahan bentuk luarnya, sehabis mengagumi kata-katanya yang berpantun, apakah kita tahu apa hakekat kata-kata itu semua? Apakah kita tahu apa yang dimaksud dengan “Kehendak yang mulia dalam dunia senantiasa tambah besar”? Apakah kita tahu pula yang dimaksud oleh kalimat “Dunia sudah berganti rupa”? Kita hanya bisa merasa megah sambil beraba-raba. [/FONT]
    [FONT=Arial, Helvetica, Sans-Serif]
    [/FONT]
    [FONT=Arial, Helvetica, Sans-Serif]Apabila kami menyebut saduran Ki Hadjar, yang kami maksudkan adalah juga saduran dalam bahasa Indonesia yang dianggap syah dan dipopulerkan oleh pimpinan PKI periode 1951-1965 karena yang tersebut belakanganjika dibandingkan dengan yang tersebut di muka pada hakekatnya sama saja. Perubahannya hanya sedikit dan tidak fundamental, kalimat-kalimat yang serab tidak jelas seperti yang kami kemukakan di atas sebagai contoh itu masih tetap dipertahankan. Versi Indonesia lagu “Internationale” sebagaimana yang kita kenal itu telah kehilangan api dan jiwa militan Komune Paris seperti yang terdapat dalam bahasa aslinya. Keadaan yang menyedihkan ini tidak boleh terus berlarut-larut. Mengingat seriusnya masalah ini kami menganggap perlu dan penting untuk mengusahakan adanya saduran baru dari sajak lagu “Internationale” dalam bahasa Indonesia yang sedapat mungkin mewakili suara Pottier, sesuai dengan jiwa sajak dalam bahasa aslinya. [/FONT]
    [FONT=Arial, Helvetica, Sans-Serif]
    [/FONT]
    [FONT=Arial, Helvetica, Sans-Serif]Pada pertengahan tahun yang lalu seorang kawan di antara kita, kawan A Yuwinu, mengedarkan konsep saduran baru lagu “Internationale” hasil karyanya, yang terdiridari tiga bait dan telah dimasukkan ke dalam not musik. Bahan yang dipakai oleh kawan tersebut yalah teks terjemahan bahasa Tionghoa(China) dan bahasa Rusia. Jadi saduran yang sekarang ini bukanlah usaha yang pertama kali, melainkan lanjutan dari usaha kawan A Yuwinu dan penyempurnaan atas hasil kerjanya, sesuai dengan permintaannya sendiri. Sebagai bahan dalam penyaduran sekarang ini telah digunakan terutama teks bahasa aslinya, yaitu bahasa Perancis, kemudian teks terjemahan bahasa Tionghoa dan bahasa Rusia dan selanjutnya juga teks terjemahan bahasa-bahasa Inggris, Jerman dan Belanda. [/FONT]
    [FONT=Arial, Helvetica, Sans-Serif]Dalam praktek penyaduran kembali teks lagu “Internationale”, kawan-kawan penyadur telah menjumpai banyak kesulitan. Yang sudah pasti, arti menyadur sekarang ini bukan lagi mengoper bentuk luarnya. Yang harus diterjemahkan di sini yalah pendirian dan pandangan Pottier sebagai proletar-penyair. Tetapi di segi lain sajak yang disadur itupun suatu sajak yang terikat pada jumlah not, terikat pada jumlah sukukata, terikat pula pada bunyi irama lagu itu sendiri. Kejadiannya, ada yang dalam aslinya diungkap dengan secara lengkap, dalam saduran terpaksa dipendekkan, diambil sarinya. Seperti misalnya dalam bait pertama kalimat terakhir. [/FONT]
    [FONT=Arial, Helvetica, Sans-Serif] Dalam aslinya kalimat itu berbunyi panjang: [/FONT]
    [FONT=Arial, Helvetica, Sans-Serif] “Dunia akan berubah mulai dari dasarnya: [/FONT]
    [FONT=Arial, Helvetica, Sans-Serif] [/FONT][FONT=Arial, Helvetica, Sans-Serif]Sekarang kita bukan apa-apa, kelak akan menjadi segala.” [/FONT]
    [FONT=Arial, Helvetica, Sans-Serif]
    [/FONT]
    [FONT=Arial, Helvetica, Sans-Serif]Bagaimana harus memendekkan mengambil sarinya dan sekaligus menyesuaikan dengan jalan-pikiran serta rasa-bahasa orang Indonesia? Terpaksa diubah dengan menggunakn kata-kata: [/FONT]
    [FONT=Arial, Helvetica, Sans-Serif] “Kita yang kini hina-papa [/FONT]
    [FONT=Arial, Helvetica, Sans-Serif] [/FONT][FONT=Arial, Helvetica, Sans-Serif]akan menguasai dunia.” [/FONT]
    [FONT=Arial, Helvetica, Sans-Serif]
    [/FONT]
    [FONT=Arial, Helvetica, Sans-Serif]Ini satu macam pengalaman. Yang kedua di sekitar ungkapan dan kiasan. Ungkapan dan kiasan, seperti juga halnya dengan peribahasa atau bahasa itu sendiri adalah termasuk harta-perbendaharaan bangsa. Dan bagi kita yang sudah terlalu lama di luarnegeri, terlalu lama jauh terpisah dari kehidupan bangsa sendiri, ungkapan dan kiasan itu banyak dilupakan. Inilah salah satu segi negatifnya akibat terpisah dari masyarakat bangsa sendiri. [/FONT]
    [FONT=Arial, Helvetica, Sans-Serif]
    [/FONT]
    [FONT=Arial, Helvetica, Sans-Serif]Pengalaman yang konkrit tentang hal ini yalah mengenai ungkapan dan kiasan yang dikemukakan Pottier dalam bait ketiga. Di situ Pottier mengungkapkan kaum penghisap dengan kiasan “burung-burung gagak dan ruak-ruak bangkai”. Ini jelas suatu ungkapan Perancis, yang tidak boleh begitu saja dioper ke Indonesia. Orang Rusia mengopernya dengan kiasan “anjing-anjing dan algojo-algojo”, di Tiongkok berubah menjadi “ular berbisa dan binatang buas”, bagi orang Inggris cukup dengan “ burung-burung buas keparat”. [/FONT]
    [FONT=Arial, Helvetica, Sans-Serif]
    [/FONT]
    [FONT=Arial, Helvetica, Sans-Serif]Bagaimana yang sebaiknya untuk Indonesia? [/FONT]
    [FONT=Arial, Helvetica, Sans-Serif]Adalah memerlukan waktu yang cukup lama, kalau akhirnya baru bisa ditemukan kiasan yang “srek”, yaitu dengan menyebutkan;”setan siluman”. [/FONT]
    [FONT=Arial, Helvetica, Sans-Serif]Hal ini lagi memerlukan waktu yang lama yalah ke hati-hatia-an dalam mempertimbangkan. Dan ini terutama sekali terjadi di sekitar bait pertama. Apa sebab? Bait pertama adalah bait yang akan sering dinyanyikan, bait yang akan paling menonjol.
    [/FONT]
    [FONT=Arial, Helvetica, Sans-Serif]
    [/FONT]
    [FONT=Arial, Helvetica, Sans-Serif]Selain itu bait pertama ini di Indonesia sendiri sudah cukup dikenal dan sering dinyanyikan orang. [/FONT]
    [FONT=Arial, Helvetica, Sans-Serif]Dari itu baris-baris permulaan dari bait pertama, yaitu yang berbunyi: [/FONT]
    [FONT=Arial, Helvetica, Sans-Serif]“Bangunlah kaum yang terhina! [/FONT][FONT=Arial, Helvetica, Sans-Serif] [/FONT]
    [FONT=Arial, Helvetica, Sans-Serif]Bangunlah kaum yang lapar!” [/FONT]
    [FONT=Arial, Helvetica, Sans-Serif]tidak diubah. Dasar pertimbangannya yalah karena kedua baris itu kecuali mencerminkan yang terdapat pada bait sajak aslinya juga sudah berakar dalam, sudah mempunyai hak sejarah di dalam tubuh kebudayaan Indonesia. [/FONT]
    [FONT=Arial, Helvetica, Sans-Serif]Baru pada baris-baris selanjutnya diadakan perombakan. Suatu perombakan yang memerlukan pemikiran yang mendalam, sebab justru di dalam bait pertama itu pula letaknya pendirian dan pandangan Pottier yang paling fundamental. [/FONT]
    [FONT=Arial, Helvetica, Sans-Serif]
    [/FONT]
    [FONT=Arial, Helvetica, Sans-Serif]Dalam usaha menyadur sajak “Internationale” yang dalam bahasa Perancis-nya terdiri dari enam bait kami menganggap tepat pemilihan tiga bait seprti halnya teks lagu “Internationale” dalam bahasa-bahasa Inggris, Jerman, Belanda, Rusia dan Tionghoa. Dasar pertimbangannya yalah karena ketiga bait merupakan isi pokok dari sajak dalam bahasa aslinya yang seluruhnya terdiri dari enam bait itu. Bait pertama, yang dalam aslinya juga bait pertama, beirisi seruan mobilisasi kepada proletariat dan rakyat pekerja pada umumnya supaya bangkit berjuang untuk meng-“hancurkan seluruh dunia lama”. Bait kedua, yang dalam aslinya juga bait kedua, menunjukkan tugas sejarah yang dipikul oleh proletariat, yaitu membebaskan sluruh umat-manusia. Untuk ini proletariat harus bersandar kepada kekuatannya sendiri dan perjuangannya sendiri, bukan kepada kemurahan hati maha-juruselamat, tuhan ataupun raja. Bait ketiga, yang dalam aslinya adalah bait keenam, menanamkan keyakinan bahwa perjuangan proletariat untuk menggulingkan kekuasaan klas-klas penghisap dan menggantikannya dengan kekuasaan rakyat pekerja – diktatur proletariat – pasri akan mencapai kemenangan. [/FONT]
    [FONT=Arial, Helvetica, Sans-Serif]
    [/FONT]
    [FONT=Arial, Helvetica, Sans-Serif]Sebagai bahan untuk bisa lebih mendalam memahami arti politik dan sejarah lagu “Internationale”, kami muat dalam siaran ini tulisan Lenin “Eugène Pottier”. Kami sertakan juga teks lagu “Internationale” dalam bahasa-bahasa Perancis, Inggris, Jerman, Belanda, Rusia dan Tionghoa dengan terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Terjemahan dari berbagai bahasa ini sengaja diekrjakan dengan tidak mementingkan nilai puitis ataupun bunyi pantun-pantunnya dan tidak menyesuaikannya dengan jumlah not lagunya.Sudah barang tentu masih terdapat kekurangan-kekurangan maupun kesalahan-kesalahan. Selain itu dimuat juga teks lagu “Internationale” saduran Soewardi Soerjaningrat alias Ki Hadjar Dewantara dan saduran yang dipopulerkan oleh pimpinan PKI periode 1951-1965. Dengan menyertakan teks lagu “Internationale” dalam berbagai bahasa ini diharapkan supaya bisa dijadikan bahan perbandingan dan penelitian. Begitu pula kami masukkan dalam siaran ini saduran kawan A.Yuwinu. [/FONT]
    [FONT=Arial, Helvetica, Sans-Serif]
    [/FONT]
    [FONT=Arial, Helvetica, Sans-Serif]Sekarang, pada tahun 1971, seratus tahun sesudah sajak “Internationale” diciptakan oleh Eugèn Pottier atau juga pada tahun di mana diperingati ulang tahun ke-100 Komune Paris yang besar, kami siarkan saduran baru kami. Saduran yang belum sempurna ini bisalah kiranya dijadikan bahan pemikiran atau bahan studi. Yang sudah jelas, kami menganggap versi Indonesia lagu “Internationale” yang bersumber pada saduran Ki Hadjar Dewantara itu tidak sepatutnya dinyanyikan lagi. [/FONT]
    [FONT=Arial, Helvetica, Sans-Serif]Kolektif “Enam Maret” [/FONT]
    [FONT=Arial, Helvetica, Sans-Serif]Akhir Desember 1971.

    sumber:http://indomarxist.tripod.com/00000019.htm
    [/FONT]
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.