1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Mudik Cermin Bias Pembangunan Nasional

Discussion in 'Lifestyle' started by dzokee, Sep 8, 2011.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. dzokee Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Aug 9, 2011
    Messages:
    17
    Trophy Points:
    1
    Ratings:
    +6 / -0
    JUMLAH pemudik meningkat dari tahun ke tahun. Tahun ini saja berdasarkan data Kementrian Perhubungan akan ada sekira 13 juta orang berpindah untuk mengunjungi kampung halaman dalam rangka berlebaran. Jumlah ini meningkat dari jumlah pemudik tahun lalu yakni 12 juta orang.

    Beberapa pihak meyakini besarnya jumlah pemudik ini merupakan tambang emas bagi pembangunan daerah asal pemudik. Pemudik, memang biasa membawa sejumlah dana untuk keperluan berbagi dengan sanak keluarga dan keperluan konsumtif. Diharapkan, dari aktivitas pembelanjaan inilah, ekonomi lokal bergerak naik dan mendorong pembangunan daerah.

    Tapi tunggu dulu. Pengamat administrasi pembangunan Irfan Ridwan Maksum justru mengatakan jangan terlalu berharap dari modal yang dibawa para pemudik. Pasalnya, kehadiran sejumlah besar pemudik di daerah asal bersifat sesaat dan hanya pada momen tertentu. ”Pembangunan yang terjadi di daerah saat musim mudik bersifat sesaat, sporadis, dan tidak sistematis,” ujarnya kepada okezone, belum lama ini.

    Pemerintah Daerah (Pemda) pun tidak punya kuasa untuk mengatur penggunaan modal yang dibawa para pemudik ini, guna menggerakkan perekonomian daerah. Kecuali, jika Pemda menerapkan semacam retribusi rutin bagi para warganya yang merantau, meski ide ini terdengar janggal dan tidak adil bagi warga perantau.

    Irfan mencontohkan, katakanlah seorang pemudik membawa pulang uang sejumlah Rp20 juta. Pemudik ini jelas punya pilihan, apakah uang akan dihabiskan untuk kepentingan konsumtif ataukah menjadi simpanan.

    Jika dikonsumsi, maka untuk menyumbang pergerakan ekonomi lokal, dana tersebut harus dibelanjakan pada tempat-tempat usaha milik pengusaha lokal, utamanya sektor pariwisata daerah. Jika memilih untuk disimpan, maka dana harus dipastikan disimpan di bank lokal, bukan bank milik nasional. Ini dilakukan untuk menjaga agar perputaran dana memberi manfaat bagi pembangunan di daerah, bukannya kembali ke pusat.

    Melihat manfaatnya yang tak seberapa bagi kemajuan di daerah, Irfan menyoroti fenomena mudik lebih sebagai akibat dari ketimpangan pembangunan nasional, yang kemudian memunculkan bias Jawa, bias kota, dan bias Jakarta. Dari keseluruhan jumlah pemudik tahun ini, Jakarta masih mendominasi dengan sekira 7 juta penduduknya yang mudik. Ini berarti, Jakarta masih menjadi magnet kuat bagi banyak orang untuk datang dan khususnya mengadu nasib.

    Secara nasional, kata Irfan, belum meratanya pembangunan dikarenakan Indonesia belum memiliki kelembagaan pembangunan perkotaan nasional. Kebijakan politik otonomi daerah pun, rasanya sampai saat ini belum mengaitkan bagaimana kelembagaan perkotaan di daerah ditata. Akibatnya, Sumber Daya Manusia terus tersedot dan beralih ke kota-kota besar yang lebih menjanjikan dalam hal pembangunan, dan otomatis ketersediaan lapangan kerja.

    Ya, mudik memang tradisi unik dari masyarakat Nusantara yang banyak menyimpan simbol-simbol penuh makna. Mudik merupakan ritual kultural. Selain sarat dengan ranah sosial dan religius, mudik identik dengan fenomena ekonomi. Pulang kampung adalah taruhan keberhasilan seorang pemudik di tanah rantau. Dan seyogianya mudik menjadi ajang berkumpul dengan keluarga dalam bingkai spritualitas, tidak sekadar pamer status.
     
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. boaloverz M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Oct 7, 2009
    Messages:
    617
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +1,266 / -0
    ya ternyata ada dampak baiknya juga mudik itu yah jadi memaksa pemerintah untuk membangun infrastruktur
     
  4. kyoryo M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Jan 7, 2010
    Messages:
    491
    Trophy Points:
    31
    Ratings:
    +23 / -1
    dan budaya mudik ini juga cuma ada di wilayah asia tenggara khususnya indonesia . malaysia pun juga ada kan budaya mudik?
     
  5. panda_blue M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 16, 2012
    Messages:
    505
    Trophy Points:
    37
    Ratings:
    +719 / -0
    :lalala:
    kalo gw juga suka mudik , untungnya gw mudik ngga begitu jauh dari rumah , jadi ngga perlu modal banyak , emang mudik adalah suatu kebudayaan di negara kita ini , soalnya liburan paling panjang para pekerja kan di hari raya:onsen:
    kalo mo mudik kapan aja ya jangan jadi pegawai :hoho:
    tapi jangan jadi pengangguran lho :awas:
    apalagi pengacara (pengangguran banyak acara ) :hahai:
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.